Jika kita tidak menjaga hati dengan baik, banyak penyakit yang bisa menghampiri. Karena tidak hanya berhenti pada penyakit yang timbul akibat kerusakan hati, tapi juga penyakit hati yang sudah diderita, salah satunya adalah varises esophagus.
Jika varises pada kulit adalah melebarnya vena permukaan, ada hubungan yang tidak normal antara vena dengan arteri. Nah, varises esophagus merupakan pelebaran pembuluh darah dalam yang ada di dalam kerongkongan makanan (esofagus), yang umumnya disebabkan aliran balik darah ketika hati tidak bekerja dengan baik.
Hipertensi porta merupakan penyebab utama varises esophagus. Dr. Hirlan Sp. PD, KGEH, internis Prima Laboratorium & Klinik Semarang, menjelaskan bahwa hipertensi porta merupakan tekanan vena porta yang meningkat secara kuat dalam perut. Vena porta merupakan pembuluh darah yang menghubungkan atau mengirim darah dari usus menuju liver/ hati.
Singkatnya, mengapa terjadi hipertensi porta? Karena ada sumbatan pada vena porta. Penyebabnya antara lain karena penyakit hati yang berat/ kronis, tumor atau penyakit pada jaringan ikat. Kelainan pada jaringan ikat ini, akan menekan pembuluh vena di luar hati, sehingga arus darah pada vena meningkat tinggi, dan mencari ’jalan lain’, yang tentunya lebih mudah pecah, menuju liver, untuk masuk ke jantung. Nah, ’jalan lain’ inilah yang disebut varises esophagus tersebut. Tidak seimbangnya tekanan aliran darah dengan kemampuan pembuluh darah mengakibatkan pembesaran pembuluh darah (varises).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Varises esophagus ini bisa disebabkan karena hipertensi porta di dalam atau di luar liver. Sebagian besar, berhubungan dengan penyakit hati berat/ kronis. Gejalanya tidak terlihat, kecuali jika sudah sangat lanjut, seperti asites, yakni timbunan cairan dalam rongga perut. Perut terlihat buncit karena berisi cairan. Atau, bisa juga karena venectasi, yakni vena pada dinding perut yang melebar. Gejala lainnya, yang termasuk gejala lanjut, adalah muntah darah dan tinja berwarna hitam. Mitos yang terkadang berkembang di masyarakat, perut yang membesar akibat asites ini, dihubungkan dengan hal-hal mistis (santet).
Banyak pasien penderita varises esophagus tidak mendapatkan pertolongan sejak awal sakit, karena penyakit ini sulit dideteksi sejak dini. Kecuali, melalui endoskopi; pemeriksaan/ pengobatan ke dalam saluran pencernaan menggunakan alat menyerupai teropong (endoskop). Tetapi, yang biasanya terjadi, pasien datang dalam keadaan sudah terlambat. Menurut dr. Hirlan, biasanya, pasien datang dalam kondisi sudah mengalami muntah darah.
Lima tahun lalu dan ke belakang, penyebab utama kasus muntah darah yang terjadi di Semarang, adalah karena varises esophagus yang pecah, sehingga terjadi pendarahan variceal. Pendarahan variceal bisa terjadi akibat sirosis hati, atau penyakit hati kronis. Sirosis hati ini biasanya karena infeksi kronis virus hepatitis B dan C.
Sirosis
Banyak masyarakat yang menghubungkan antara varises esophagus dengan kanker hati, menganggap bahwa jika seseorang menderita varises esophagus, jika sudah kronis atau sampai pecah, bisa menyebabkan kanker hati.
’’Yang menyebabkan kanker hati itu sirosis-nya. Varises esophagus tidak ada hubungannya dengan kanker hati,’’ jelas dr. Hirlan.
Lebih lanjut, dr. Hirlan menerangkan bahwa banyak kasus pasien yang meninggal, ini akibat sirosis hati. Sirosis hati merupakan kondisi ketika jaringan hati normal digantikan jaringan parut (fibrosis), sehingga sel-sel hati kehilangan fungsinya. Jaringan fibrosis ini mempengaruhi struktur normal dan regenerasi sel-sel hati.
Secara singkat, sirosis menyebabkan varises esophagus, lalu menyebabkan muntah darah, jika (varises esophagus) sudah sampai pecah. Faktor di luar fisik yang bisa memicu muntah darah adalah kerja fisik yang terlalu berat, sehingga varises esophagus menjadi pecah.
Secara fisik, orang dengan usia yang lebih tua, lebih mudah terkena varises esophagus. Dan penyakit ini lebih banyak diderita pria pada usia antara 30 – 50 tahun. Mengapa lebih banyak pria? Hingga saat ini belum ada penyebab pasti.
Pengobatan yang dilakukan terhadap pasien varises esophagus, biasanya untuk menghentikan pendarahan. Darah yang keluar, digantikan melalui transfusi darah, lalu diberi obat untuk menurunkan tekanan vena porta.
Pengobatan yang kedua, adalah ligasi varises, atau terapi dengan mengikat varises pada esofagus; mengikat pembuluh darah yang berdarah dengan pita elastis.
Ketiga, melalui injeksi endoskopi, atau menyuntik pembuluh darah dengan larutan tertentu supaya pendarahannya berhenti. Terakhir, dengan cara mengobati sirosis, yang menjadi pemicu/ yang mengakibatkan varises esophagus. Misalnya melakukan transplantasi hati. (11)
Oleh Irma Mutiara Manggia
Sumber: Suara Merdeka, 4 November 2012
————–
Cegah Varises Mulai Sekarang
VARISES bisa dikatakan mengganggu penampilan tak pernah diinginkan oleh kebanyakan wanita. Tonjolan pembuluh berwarna biru yang berbenjol-benjol tidak teratur dan menyembul dari bawah kulit membuat kaki tidak enak dipandang. Bahkan pada beberapa kasus, penderita dapat merasakan gatal hingga nyeri akibat varises. Nah, bagaimana solusi untuk mencegah munculnya varises? Simak tips berikut!
Pertama adalah berolahraga. Jarang berolahraga, akan membuat otot Anda lemah. Otot yang lemah tidak akan mampu mendukung pekerjaan pembuluh vena hingga akhirnya memicu timbulnya varises.
Kedua, turunkan berat badan. Orang dengan berat badan berlebih cenderung memiliki darah yang lebih banyak untuk dialirkan oleh vena. Dan sayangnya, tak sedikit dari mereka yang cenderung kurang gerak. Padahal dampak dari kurang gerak akan mempengaruhi kekuatan otot yang berfungsi mendukung pekerjaan pembuluh vena.
Yang ketiga, jangan berdiri terlalu lama. Ya, jika Anda dituntut untuk lama berdiri, usahakan agar sesering mungkin menyelinginya dengan berjalan-jalan atau sesekali Anda juga bisa mengangkat kaki secara bergantian. Hal tersebut tentunya dapat mengurangi tekanan pada kaki.
Keempat, angkat kaki Anda. Mengangkat kaki di atas ketinggian jantung selama kurang lebih 10 menit tiap jamnya dapat mengurangi tekanan pada vena Anda. Atau, Anda juga bisa meletakkan bantal di kaki saat Anda tidur.
Lima, jangan duduk terlalu lama. Ketika duduk, lutut dan pangkal paha akan menekuk. Nah, hal ini dapat membuat aliran darah menuju jantung menjadi lebih berat.
Usahakan untuk menyelingi dengan meluruskan kaki atau berjalan. Saat duduk, jangan silangkan kaki Anda. Hal itu dapat menghalangi aliran darah. Keenam, lakukan diet seimbang. Dengan berdiet secara seimbang, tentunya tubuh akan mendapat asupan nutrisi yang cukup. Saat nutrisi tubuh terpenuhi, pembuluh darah dan otot Anda akan menjadi lebih kuat sehingga dapat bekerja secara maksimal.
Yang ketujuh, gunakan stoking pendukung. Stoking pendukung atau stoking kompresi ini merupakan stoking kaki atau celana ketat dengan bahan elastis yang kuat. Stoking ini dapat menghambat perkembangan varises, membantu memperlancar aliran darah Anda dan mengurangi rasa sakit saat varises menyerang.
Kedelapan, jangan kenakan pakaian ketat. Berbeda dengan stoking yang memang dirancang khusus menjadi ketat untuk membantu aliran darah ke atas, pakaian atau celana yang ketat justru akan menghambat aliran darah sehingga lebih besar memicu timbulnya varises.
Kesembilan, berhenti merokok. Zat berbahaya yang terkandung dalam rokok dapat membuat pembuluh darah menjadi kaku lalu terjadilah penyempitan.(Ike Purwaningsih-11)
—————–
Wanita Berisiko Lebih Besar
VARISES bukan suatu jenis penyakit baru. Mungkin Anda belum tahu kalau penyakit ini rupanya sudah dikenal sejak lama. Buktinya, pada sekitar tahun 1580 sebelum masehi, varises pernah ditemukan pada mumi.
Kendati mengganggu penampilan, pada kasus kebanyakan tidaklah berbahaya. Pada tingkat lanjut biasanya penderita akan merasakan kakinya terasa berat, bengkak, jadi cepat lelah dan beberapa kali terkena kram. Terkadang terjadi juga perubahan warna kulit.
Dalam kasus yang langka, bekuan darah dapat terbentuk pada varises. Hal ini tentunya bisa menjadi sangat berbahaya apalagi jika bekuan darah tersebut berpindah melalui pembuluh darah ke jantung atau paru-paru. Penyumbatan karena bekuan darah itu dapat menyebabkan gagal jantung atau juga embolisme paru. Penyumbatan tersebut tidak melulu disebabkan oleh bekuan darah namun juga bisa karena tumor. Varises yang seperti itu disebut varises sekunder. Maksudnya, penyakit yang muncul akibat pengaruh dari penyakit utama.
Pada varises, katup yang bertugas menahan aliran darah tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya, darah yang mengalir ke jantung akan kembali ke seluruh tubuh atau bisa juga tertahan di pembuluh darah vena. Sisa darah yang ada pada pembuluh vena dapat menyebabkan elastisitas dinding vena menurun lalu membuatnya melebar dan bercabang.
Biasanya, varises muncul dan terlihat dengan jelas di kaki bagian betis. Namun, beberapa ada juga yang terjadi di saluran mulut ke perut (esofagus) dan di sekitar jalan lahir. Varises yang terjadi di esofagus acap berhubungan dengan kerusakan fungsi hati. Kerusakan pada sel hati ini nantinya bisa mengganggu tugasnya dalam menyaring darah. Hingga akhirnya aliran darah menuju hati jadi tidak lancar lalu membentuk tonjolan pembuluh darah di esofagus.
Varises umumnya diderita oleh orang yang sudah berumur, kendati banyak juga orang muda yang terkena penyakit tersebut. Menurut “National Womens Health Information Center” (NWHIC), sekitar 50 persen orang yang berusia 50 tahun ke atas lebih sering mengalami masalah pada pembuluh darah.
Namun, berdasarkan rata-rata kasus yang terjadi, varises memang cenderung lebih sering menyerang wanita. Hal itu wajar saja terjadi lantaran kontraksi pembuluh vena pada wanita lebih lemah dan lunak dibandingkan pria.
Pengaruh Hormon
Varises bukanlah suatu jenis penyakit yang dapat menular. Selain dikarenakan oleh faktor genetik atau faktor keturunan, penyakit satu ini juga diperngaruhi oleh hormon yang ada pada wanita. Itu mengapa sebagian besar penderita adalah wanita. Terlebih pada wanita hamil, risiko terkena lebih besar. Pasalnya, pada saat hamil, jumlah hormon yang nantinya dapat memicu munculnya varises pada wanita semakin bertambah. Nah, hormon wanita tersebut biasanya juga bisa dipicu oleh pengonsumsian pil kontrasepsi.
Selain faktor genetik, dapat muncul lantaran kebiasan atau gaya hidup seseorang, seperti berat badan berlebih, berdiri terlalu lama, jarang berolahraga, sering menggunakan sepatu hak tinggi dan merokok.
Pada varises ringan umumnya dapat disembuhkan dengan mengonsumsi obat-obatan, rutin berolahraga terutama untuk memperkuat otot kaki dan menggunakan stoking kaki khusus vitofit. Stoking tersebut dapat digunakan untuk mencegah terjadinya pendarahan ataupun lebam dan yang pasti dapat membantu memperlancar aliran darah. (Ike Purwaningsih-11)
Sumber: Suara Merdeka, 30 September 2012
————–
Penting Menjaga Hati
VARISES esophagus memang tak langsung menyebabkan sirosis hati. Tetapi, penyakit ini sebagian besar berhubungan dengan penyakit liver yang berat. Liver atau hati lebih banyak melakukan ‘tugas’ dibandingkan organ lain dalam tubuh kita.
Mulai dari bertanggung jawab terhadap metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan mineral, hingga mengubah glukosa menjadi glikogen, dan menyimpannya untuk kemudian digunakan sebagai sumber energi.
Nah, mengingat buruknya dampak yang timbul akibat sirosis hati, penting bagi kita untuk menjaga agar hati tetap sehat.
Pertama, mengurangi konsumsi minuman beralkohol. Alkohol bisa merusak hati karena menghalangi metabolisme protein, lemak dan karbohidrat. Selain itu, bisa memicu terjadinya sirosis alkoholik, yang berkembang pada 15% individu yang meminum minuman beralkohol untuk waktu satu dekade.
Kedua, membatasi makanan berkadar lemak tinggi. Menyantap makanan secara ‘sembarangan’, terkadang jauh lebih nikmat. Seperti makanan cepat saji atau jeroan. Tapi, terlalu sering mengkonsumsi makanan seperti ini, Anda akan ‘menimbun’ racun dan lemak dalam tubuh. Karena, jika sudah mengalami obesitas atau diabetes, bisa memicu penyakit liver. Ini bukan berarti Anda tak boleh sama sekali menyantap gurihnya makanan serba jeroan atau makanan cepat saji jika sedang tak ada waktu untuk memasak, tapi sebaiknya memang lebih sering mengkonsumsi makanan sehat, untuk menjaga liver dalam kondisi baik.
Ketiga, hindari sering berada di lingkungan beracun. Lingkungan ‘beracun’ ini yang paling sering ‘berinteraksi’ dengan kita dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari asap polusi kendaraan bermotor, udara yang tercemar limbah, asap cat sampai asap rokok. Hati memang mempunyai fungsi sebagai filter yang menyaring zat-zat yang berbahaya bagi tubuh. Namun, jika kapasitasnya sudah penuh, maka hati tak bisa lagi menjadi filter. Jika Anda terpaksa sering berada di lingkungan yang beracun, sebaiknya selalu mengenakan masker.
Keempat, menjaga diri dari virus hati. Caranya, menghindari kontak dengan virus penyakit hati, yakni dengan cara memproteksi diri dari benda-benda yang terinfeksi. Mulai dari melakukan seks dengan aman, menghindari penggunaan jarum suntik yang tidak steril. Misalnya jarum suntik yang biasa digunakan untuk piercing atau tato.
Terakhir, jika Anda sudah terlanjur menderita sirosis yang sudah asites (adanya timbunan cairan dalam rongga perut), hindari makanan yang banyak mengandung garam. Mulai dari makanan yang banyak menggunakan garam meja atau garam dalam bumbu, sampai makanan yang serba diasinkan (asinan).
“Jagalah hati”, tak hanya berlaku secara emosional (rasa), tapi hati dalam arti sesungguhnya, alias menjaga kesehatan liver. (Irma Mutiara Manggia-11 ).
Sumber: Suara Merdeka, 4 November 2012