Peserta Kontes Robot Indonesia 2018 Regional II dituntut untuk mengeksplorasi kemampuannya dalam perancangan, implementasi, dan strategi. Hal ini bertujuan agar peserta mampu mengembangkan robot yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan daya saing sumber daya manusia Indonesia.
Kontes Robot Indonesia (KRI) merupakan ajang yang diselenggarakan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) lewat Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan. Kontes robot yang melibatkan sejumlah perguruan tinggi ini bertujuan sebagai ajang kompetisi rancang bangun dan rekayasa dalam bidang robotika.
Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Intan Ahmad mengatakan, saat ini robot sangat melekat dalam berbagai aktivitas keseharian manusia, terutama ditunjang oleh hal yang bersinggungan dengan internet. Oleh karena itu, Kemenristekdikti menggelar KRI untuk menciptakan pendidikan yang multidisiplin dan berperan langsung dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
KOMPAS/PRADIPTA PANDU MUSTIKA–Seorang peserta mengendalikan robot dalam Kontes Robot Indonesia 2018 regional 2 yang diselenggarakan di Universitas Tarumanagara, Jakarta, Sabtu (12/5/2018).
”Teknologi yang nyata harus dibuat sedemikian rupa agar menjadi menarik, dinamis, dan tidak membosankan. Dosen dan mahasiswa juga perlu dilibatkan bersama secara multidisiplin,” ujar Intan saat memberikan sambutan pada pembukaan Kontes Robot Regional 2 di Universitas Tarumanagara, Jakarta, Sabtu (12/5/2018).
Selain itu, menurut Intan, KRI merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas dan daya saing sumber daya manusia Indonesia dalam menghadapi era revolusi industri 4.0.
Salah satu langkah tersebut dapat dilakukan melalui pembuatan robot yang berkualitas dan berbasis teknologi tinggi sehingga dapat bersaing pada kontes robot nasional dan internasional.
”Peserta harus mengeksplorasi kemampuannya dalam perancangan, implementasi, dan strategi. Di samping itu, peserta juga harus mengembangkan ide untuk dapat merancang suatu wahana bergerak berbentuk robot dengan berbagai bentuk dan struktur kecerdasan,” tutur Intan.
KOMPAS/PRADIPTA PANDU MUSTIKA–Kontes Robot Indonesia 2018 Regional 2 Divisi Kontes Robot ABU Indonesia.
Lima divisi
KRI 2018 terdiri atas divisi, yakni Kontes Robot ABU Indonesia (KRAI), Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI), Kontes Robot Seni Tari Indonesia (KRSTI), Kontes Robot Sepak Bola Indonesia (KRSBI) Humanoid, dan Kontes Robot Sepak Bola Indonesia (KRSBI) Beroda.
Kontes tingkat regional diselenggarakan di empat wilayah, yaitu Regional 1 (area Sumatera), Regional 2 (area Jawa bagian barat, Kalimantan bagian barat, dan Sulawesi), Regional 3 (area Jawa bagian tengah, Kalimantan bagian timur dan selatan), serta Regional 4 (area Jawa bagian timur, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua).
Tim terbaik pada kontes tingkat regional akan diundang untuk ikut serta dalam kontes tingkat nasional di Surabaya. Setiap juara pertama di tingkat nasional dari setiap divisi akan mewakili Indonesia pada kontes robot internasional yang diselenggarakan di sejumlah negara, seperti Vietnam dan Amerika Serikat.
Kontes regional
Kontes Regional 1 dilaksanakan pada 26-28 April lalu di Universitas Riau, Pekanbaru. Perguruan tinggi yang menjuarai kontes ini antara lain Politeknik Negeri Batam pada KRAI, Universitas Negeri Padang pada KRPAI, Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung pada KRSBI, dan STMIK Mitra Lampung pada KRSTI.
KOMPAS/PRADIPTA PANDU MUSTIKA–Peserta mengatur robotnya dalam Kontes Robot Indonesia Regional 2 di Universitas Tarumanagara, Jakarta, Sabtu (12/5/2018).
Saat ini dilaksanakan Kontes Regional 2 di Universitas Tarumanagara, Jakarta, pada 10-12 Mei. Menurut Intan, ajang KRI mendapat respons tinggi oleh sivitas akademika di Regional 2 yang diikuti 96 tim robot dari 5 divisi.
”Respons yang tinggi dari sivitas akademika ini diharapkan dapat menghasilkan persaingan kompetitif untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas mahasiswa yang berprestasi,” ucap Intan.
Rektor Universitas Tarumanagara Prof Dr Agustinus Purna Irawan menyampaikan, peserta perlu mempersiapkan diri secara baik, sportif, serta dapat membangun jaringan antarperguruan tinggi dan antarmahasiswa.
”Lewat kontes ini, setiap perguruan tinggi, dosen, dan mahasiswa harus mampu meningkatkan kompetensi di berbagai bidang. Tanpa persiapan dan perhatian yang mendalam terhadap berbagai perubahan dunia saat ini dan masa mendatang, kita hanya akan menjadi penonton dalam revolusi industri 4.0,” kata Agustinus.–PRADIPTA PANDU MUSTIKA
Sumber: Kompas, 12 Mei 2018