Media masa ditantang untuk lebih banyak memberikan informasi berbasis jurnalisme data. Fakta berupa data dibutuhkan oleh masyarakat di era digital saat ini.
Informasi berbasis jurnalisme data semakin diminati oleh masyarakat di tengah maraknya misinformasi dan berita bohong saat ini. Selain untuk menangkal hoaks, jurnalisme data diperlukan untuk mengungkap kebenaran, memperkuat kredibilitas informasi, serta menghindarkan persepsi dari politisasi isu.
Untuk itu, media masa saat ini ditantang untuk lebih banyak memberikan informasi berbasis jurnalisme data. Selain bekerja menggunakan data dalam peliputan, teknik jurnalisme data mengharuskan jurnalis menguasai berbagai perangkat lunak untuk mengolah dan memberi makna dari data tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–(kiri-kanan) CEO Katadata.co.id Metta Dharmasaputra, jurnalis data The Age Caig Butt, dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Unika Atmajaya Andina Dwifatma, dan Deputi II Kantor Staf Presiden Yanuar Nugroho dalam acara “Learning from The Experts: Are We Ready for Data-driven Journalism?” di Universitas Atma Jaya Jakarta, Senin (7/5/2018).
Craig Butt, seorang jurnalis data dari media masa di Australia, The Age, yang juga dosen Jurnalisme Data di University of Melbourne, Australia menyampaikan, jurnalisme data merupakan bentuk baru dari teknik jurnalistik yang perlu dikembangkan oleh pelaku media.
“Teknik ini mampu menyajikan data yang komprehensif dan membahas isu secara mendalam berdasarkan fakta berupa data. Informasi seperti inilah yang dibutuhkan oleh masyarakat di era digital saat ini,” ujar Butt di sela-sela diskusi bertajuk “Are We Ready for Data-driven Journalism?” di Jakarta, Senin (7/5/2018).
KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Craig Butt
Ia menambahkan, jurnalisme data biasanya didasarkan pada data yang akurat dan penelitian yang solid. Teknik ini dinilai mampu mendorong sistem pemerintahan yang transparan dan akuntabel. Untuk itu, wartawan pun ditantang untuk dapat memahami data secara komprehensif sehingga bisa menghasilkan analisa yang tepat.
Co-founder dan CEO Katadata.co.id, Metta Dharmasaputra, berpendapat, jurnalisme data saat ini semakin berkembang di Indonesia. “Indikasinya bisa dilihat dengan semakin banyak media yang menggunakan infografik dan produk data jurnalisme sebagai konten unggulan mereka,” katanya.
Media sosial pun bisa dimanfaatkan untuk semakin mempopulerkan jurnalisme data. Dari analisis data yang dikumpulkan, media bisa menyajikan atau melaporkannya dalam konten yang menarik dan ringkas untuk diterima masyarakat. Perlu kolaborasi antara tim analisis data, pembuat desain infografik, serta tim media sosial agar penyajian informasi bisa semakin berdampak.
Sayangnya, Metta menuturkan, masih banyak media yang terjebak pada pernyataan data jurnalisme semata. Data yang digunakan sekadar sebagai tambahan keterangan dalam tulisan, tanpa proses analisa dan penelitian secara lebih dalam.
Keterbukaan informasi
Dalam menyajikan informasi berbasis jurnalisme data perlu didukung oleh keterbukaan informasi di berbagai sektor masyarakat. Metta mengatakan, akses data yang tidak selalu mudah di Indonesia menjadi kendala dalam menyajikan informasi berbasis jurnalisme data.
Otoritas di berbagai sektor kepentingan mengontrol dan menutup akses data yang dibutuhkan. “Jika bisa dibuka pun perlu membayar dengan biaya yang besar,” katanya.
Deputi II Kantor Staf Presiden, Yanuar Nugroho, mengakui, data yang disajikan pemerintah pun masih ditemui banyak kekurangan. Data yang diberikan dari lintas kementerian dan lembaga terkadang masih tidak sesuai.
Untuk itu, pihaknya mendorong adanya integrasi melalui pemanfaatan teknologi agar penyajian data bisa semakin baik. “Saat ini pemerintah telah menginisiasi lewat Data Indonesia Dalam Satu Portal. Berbagai data disajikan dalam portal tersebut, mulai dari kesehatan, pendidikan, transportasi, dan ekonomi,” ucapnya.–DEONISIA ARLINTA
Sumber: Kompas, 8 Mei 2018