Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat, Selasa (17/4/2018) ini akan mengevakuasi seekor anak harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dari Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam, ke Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera di Kabupaten Dharmasraya. Anak harimau Sumatera berusia sekitar dua tahun itu ditangkap pada Sabtu (14/4/2018).
Kepala BKSDA Sumbar Erly Sukrismanto di Padang, Senin (16/4/2018), mengatakan, evakuasi ke Pusat Rehabilitas Harimau Sumatera di Dharmasraya dilakukan untuk memeriksa kesehatan dan memulihkan kondisi harimau itu sebelum dilepasliarkan kembali. Pusat rehabilitasi itu berada sekitar 250 kilometer arah selatan Palupuh.
Erly mengatakan, anak harimau itu masih dalam perangkap di Palupuh, sekitar 127 kilometer utara Kota Padang. Kondisinya sehat. Anak harimau itu tidak dibius agar kondisinya tetap baik. Pembiusan baru dilakukan saat akan dibawa ke Dharmasraya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae)
BKSDA Sumbar menempatkan anak harimau itu di Palupuh untuk memancing dua ekor harimau yang diduga masih berkeliaran. Dua ekor harimau itu terdiri dari induk dan satu anak.
“Hari ini, kami memasang kembali dua perangkap di dekat lokasi anak harimau yang telah tertangkap. Kami berharap, kedua harimau lainnya juga bisa tertangkap,” kata Erly.
Kepala Seksi Wilayah I BKSDA Sumbar Khairi Ramadhan menambahkan, jika salah satu dari dua harimau yang masih berkeliaran adalah induk harimau yang tertangkap, maka berdasarkan perilaku alamiahnya, induk akan mencari anaknya yang hilang atau tidak berada di area lintasan jelajah.
“Pilihan untuk tidak langsung mengevakuasi anak harimau yang tertangkap itu sekaligus menghidarkan serangan induk ke warga. Kalau dia tidak menemukan di hutan, induk itu bisa masuk ke pemukiman terdekat,” kata Khairi.
Meski demikian, menurut Erly, apapun hasilnya, Selasa pagi mereka tetap akan mengevakuasi anak harimau yang sudah tertangkap ke Dharmasraya. Erly tidak menyebutkan berapa lama anak harimau itu akan berada di Dharmasraya hingga dilepasliarkan.
“Sebelum pelepasliaran, kami terlebih dulu akan mengkaji dan menilai tempat terbaik untuk pelepasliaran. Kemungkinan salah satu dari tiga tempat yakni di Dharmasraya, di kawasan Cagar Alam Rimbo Panti Kabupaten Pasaman, atau ke habitnya sekarang di Agam,” kata Erly.
Perangkap
Sebelumnya, warga melaporkan ada jejak harimau di beberapa titik di Palupuh. Harimau juga menyerang anjing. Early mengatakan pemasangan perangkap itu menjadi opsi terakhir yang diambil setelah upaya pengusiran tidak berhasil.
“Sebelumnya, kami melakukan pengusiran dengan bunyi-bunyian dari sore sampai malam. Harimau itu memang pergi dari lokasi itu, tetapi ternyata muncul di lokasi yang lain. Di sana mereka menyerang ternak masyarakat di sana,” kata Khairi.
Erly memastikan, kawasan konservasi yang menjadi habitat harimau Sumatera di Agam seperti Cagar Alam Manijau Utara-Selatan masih baik. Oleh karena itu, dia menduga harimau itu keluar dari habitatnya untuk mencari daerah jelajah untuk penguasaan.
Dalam pencarian daerah jelajah itu, mereka tidak menemukan makanan seperti babi yang jumlahnya semakin berkurang karena perburuan oleh warga. Akibatnya, mereka menyerang ternak warga.–ISMAIL ZAKARIA
Sumber: Kompas, 17 April 2018