Lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia akan ditata ulang. Hal itu disebabkan selama ini jumlah lembaga riset dan pengembangan banyak, tetapi tidak memberikan hasil yang signifikan.
Selain itu, optimalisasi sumber daya manusia, anggaran, dan fasilitas riset, tidak tercapai. Untuk memecahkan masalah ini, maka pembentukan Badan Riset Nasional disiapkan. Badan riset tersebut akan mengoordinasikan semua kegiatan riset di lembaga dan kementerian.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) Asman Abnur menyampaikan hal ini dalam Rapat Kerja Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, di Bogor, Jawa Barat, Selasa (6/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
—Penelitian dengue di Laboratorium Unit Dengue Lembaga Eijkman Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Jakarta, Senin (31/10/2016). Hingga kini, belum ada vaksin atau obat yang efektif dari penyakit akibat virus Dengue, dan pencegahan yang efektif dari gigitan nyamuk Aedes aegypti. (Kompas/Heru Sri Kumoro)
“Selama ini anggaran riset yang diberikan cukup besar dan serapannya tinggi. Laporan keuangannya WTP (Wajar Tanpa Pengecualian). Namun, begitu ditanya hasilnya, dana itu untuk apa, susah dijawab,” ujarnya.
Selain itu, menurut Asman, program riset yang dijalankan selalu sama dari tahun ke tahun. “Ke depan jangan ada lagi lembaga yang tidak jelas hasilnya dan tak ada kemajuan, ” ungkapnya.
Pelaksana Tugas Sestama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Handoko memaparkan, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2016-2017 untuk penelitian dan pengembangan pemerintah sekitar Rp 26 triliun. Akan tetapi, anggaran yang digunakan murni untuk penelitian hanya Rp 10 triliun.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO–Pemeriksaan Air Kawah Gunung Galunggung – Seorang laboran memeriksa kadar logam dalam air yang diambil dari kawah Gunung Galunggung di Laboratorium Atomic Absorption Spectrometer Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Yogyakarta, Kamis (15/12/2016). Laboratorium itu dibuka untuk umum selama kegiatan Merapi Volcano Expo yang berlangsung hingga 23 Desember 2016. Kegiatan itu digelar sebagai media penyebaran berbagai informasi tentang kegunungapian kepada masyarakat.–Kompas/Ferganata Indra Riatmoko
Penataan
Sejauh ini, pemanfaatan anggaran riset dinilai kurang optimal. Karena itu penataan litbang nasional menjadi prioritas. Hal itu juga bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas litbang.
Lebih lanjut, Asman mengatakan, beberapa kementerian memiliki balai dan pusat penelitian dengan kegiatan riset yang sama, tumpang tindih, dan mengulang penelitian yang telah dilakukan. Itu perlu dievaluasi agar nantinya dapat merekomendasikan lembaga-lembaga riset yang bisa diintegrasikan.
Ia berharap, ada satu badan yang menjadi pusat penelitian di bidang ilmu pengetahuan yang akan mengoordinasikan semua kegiatan riset di Indonesia. “Jadi hasil penelitiannya jelas mau dipakai untuk apa. Jangan sampai biaya penelitiannya besar tetapi tidak bermanfaat bagi negara dan industri,” ujarnya.
Asman berharap LIPI melaksanakan kajian tentang rencana pembentukan Badan Riset Nasional ini. Itu merupakan satu badan yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden seperti lembaga yang ada di Jepang yaitu Rikagaku Kenkyusho, Australia Research Council, dan National Science Foundation di Amerika Serikat.
Kajian yang perlu dilaksanakan itu terkait dengan penataan kelembagaan litbang nasional, termasuk pemetaan sumber daya manusia atau peneliti dan fasilitas riset di kementerian atau lembaga, serta memetakan kebutuhan hasil riset bagi kementerian. “LIPI perlu mengkaji mekanisme transisi dalam penataan kelembagaan litbang nasional tersebut,” ujarnya.
Hal itu menjadi fokus bahasan di Raker LIPI yaitu menyangkut tata kerja, pola organisasi serta fokus program penelitiannya. Hasil pembahasan ini akan menjadi dasar Kementerian PAN RB dalam mereformasi SDM yang diperlukan, organisasinya, dan sistem penempatan jabatannya.
Sementara Pelaksana Tugas Kepala LIPI Bambang Subiyanto mengatakan, LIPI mendapat tugas meninjau kembali kesesuaian tugas yang diberikan lembaga riset dengan kegiatan penelitian yang dilakukan dan hasil yang dicapai. Dalam peninjauan itu, ditemukan banyak kajian dan hasil riset lembaga litbang ilmu pengetahuan dan teknologi tak dipakai, malah yang dipakai hasil kajian konsultan luar.
Menanggapi pembentukan Badan Riset Nasional, Bambang menyatakan pihaknya akan mengacu pada Akademi Ilmu Pengetahuan China (China Academy of Science/CAS. Pembicaraan rencana pembentukan BRN akan dilakukan dengan CAS. Untuk itu, perwakilan dari CAS akan datang ke Indonesia bulan ini.–YUNI IKAWATI
Sumber: Kompas, 7 Maret 2018