Edukasi untuk Kendalikan Diabetes

- Editor

Senin, 12 Februari 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pengidap diabetes di Indonesia makin muda, kisaran usia 18-30 tahun, dan jumlahnya terus bertambah. Kondisi itu berdampak pada meningkatkan biaya kesehatan ditanggung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan selaku pengelola program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat.

Untuk itu, penanganan diabetes tak bisa hanya dengan pengobatan. ”Pengelolaan diabetes butuh pendekatan hulu masalah, yakni pentingnya edukasi pada masyarakat, termasuk lewat lembaga pendidikan tentang bahaya konsumsi gula berlebihan,” kata konsultan endokrinologi pada Rumah Sakit Dr Soetomo, Subagio Adi, di Surabaya, Jumat (9/2).

Ia menyampaikan itu terkait dengan penyelenggaraan simposium tahunan kesehatan kardiometabolik pada RSUD Dr Soetomo. Simposium itu mengambil subtema ”Komplikasi Diabetes pada Penderita Anemia”, dan diabetes telah berdampak pada ginjal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Perluas kampanye
Subagio mengatakan, Kementerian Kesehatan sebenarnya telah melaksanakan kampanye tentang risiko diabetes dan kaitannya dengan pola konsumsi gula berlebih. ”Kampanye perlu diperluas, terutama di era media sosial ini, dan semua instrumen komunikasi. Diabetes yang dijuluki sebagai pembunuh diam-diam butuh perhatian lebih dari sekadar tugas tenaga kesehatan,” ujarnya.

Meski demikian, dalam hal penatalaksanaan, ada kemajuan pengobatan, antara lain, pendekatan terbaru berupa pencegah agar glomerulus atau jaringan kapiler di ginjal tak lagi membuat kandungan gula darah masuk lagi ke darah melainkan langsung dibuang bersama urine. Itu tak mensyaratkan adanya insulin pada darah sehingga pengelolaan kadar gula darah lebih sederhana.

Panitia simposium kesehatan kardiometabolik, Aldrich Kurniawan Liemarto, mengatakan, saat ini 50 persen dari jumlah total pasien yang menjalani cuci darah atau hemodialisis di RSUD Soetomo akibat diabetes. Hal yang mengkhawatirkan ialah, muncul populasi pradiabetes yang menurut Riset Kesehatan Dasar 2007 pada usia di atas 18 tahun masih 10 persen, tetapi pada 2013 jadi 30 persen. (ODY)

Sumber: Kompas, 10 Februari 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB