Uni Eropa memperbesar peluang mahasiswa Indonesia berkuliah di Eropa melalui penguatan kerja sama antarperguruan tinggi. Bentuk kerja sama berupa program gelar ganda atau double degree, pertukaran pelajar dengan transfer nilai mata kuliah, hingga pendirian kampus cabang.
”Saat ini terdapat sekitar 12.000 mahasiswa Indonesia berkuliah di Eropa. Kesempatan bertukar pengalaman dan pengetahuan akan terus diperlebar, termasuk untuk negara-negara di Asia Pasifik,” kata Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Vincent Guerend di sela-sela kunjungan ke Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, Jawa Tengah, Kamis (25/1).
Vincent mengatakan, peluang menjalin kerja sama dengan sejumlah universitas di Eropa sangat terbuka termasuk pendirian kampus cabang. Di Singapura, misalnya, terdapat 3-5 univerisitas dari Eropa yang membuka kampus cabang dengan menggandeng universitas lokal. Hal serupa sangat mungkin dilakukan di Indonesia tergantung kesepakatan di antara perguruan tinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sejauh ini, program kerja sama yang paling diminati adalah gelar ganda dan pertukaran pelajar. Uni Eropa melalui program SHARE menyediakan beasiswa pertukaran pelajar khusus untuk mahasiswa dari 10 negara anggota ASEAN. Adapun beasiswa kuliah di Eropa yang paling diminati mahasiswa Indonesia adalah program Erasmus.
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA–Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Guerend (depan) mengunjungi Kampung Wonosari atau ”Kampung Pelangi” di Kelurahan Randusari, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (24/1). Uni Eropa memperbesar peluang mahasiswa Indonesia berkualiah di negara-negara Eropa melalui penguatan kerja sama antarperguruan tinggi.
Rektor Undip Yos Johan Utama mengatakan, sejauh ini terdapat 40 program kerja sama antara Undip dan sejumlah universitas di Eropa, seperti Belanda, Perancis, Denmark, Jerman, Italia, dan Finlandia. Kerja sama berjalan baik dan terus ditingkatkan, terutama pada bidang riset dan penelitian. Undip juga siap jika diminta kerja sama untuk membuka kampus cabang.
”Meski sejauh ini kerja sama berjalan baik, masih perlu ditingkatkan terutama visiting professor (mengundang pengajar), double degree, dan kuliah bersama,” kata Yos.
Koordinator Nasional Campus France Indonesie Institut Français d’Indonésie (IFI) Editha Nurida mengatakan, jumlah mahasiswa Indonesia yang berkuliah di Perancis terus meningkat dan pada 2015-2017 mencapai 1.439 orang. Mayoritas mahasiswa mengambil program beasiswa sarjana dan master di bidang ekonomi, manajemen bisnis, teknik, dan sains murni.
Saat ini Perancis menempati peringkat keempat negara tujuan kuliah paling diminati. Peringkat pertama adalah Amerika Serikat, selanjutnya Inggris dan Australia. Pemerintah Perancis memberikan berbagai kemudahan dan potongan harga bagi mahasiswa asing, seperti subsidi tempat tinggal, asuransi kesehatan, dan biaya administrasi.
Kepedulian pemuda
Selain pendidikan, kerja sama di bidang pembangunan perkotaan yang berkelanjutan menjadi sorotan Uni Eropa dan Indonesia. Menurut Vincent, kepedulian kaum muda terhadap isu-isu perkotaan dapat ditingkatkan melalui beasiswa dan pertukaran pelajar. Masalah isu perkotaan membutuhkan kolaborasi dari berbagai disiplin ilmu, misalnya hukum, lingkungan, dan ekonomi.
”Harapannya, kaum muda dapat memunculkan gagasan baru untuk mengatasi masalah urbanisasi dan pemanasan global di perkotaan,” ujar Vincent.
Yos menambahkan, selama ini mahasiswa Undip rutin menggelar riset dan penelitian bersama organisasi internasional atau perguruan tinggi asing. Riset dan penelitian diarahkan untuk mencari solusi atas permasalahan Kota Semarang, seperti abrasi dan limpasan air laut atau rob. Kolaborasi di bidang riset dan penelitian sangat penting untuk transfer pengetahuan dan teknologi.–KARINA ISNA IRAWAN
Sumber: Kompas,25 Januari 2018