Produktivitas guru besar di perguruan tinggi yang minim menghasilkan karya ilmiah bukan semata-mata karena faktor individu profesor yang tidak produktif. Dukungan institusi perguruan tinggi, kebijakan kementerian terkait, dan lingkungan eksternal lainnya juga dibutuhkan untuk memacu guru besar untuk optimal memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menghasilkan inovasi yang dibutuhkan bangsa.
Mengacu pada data di Science and Technology Index atau Pusat Indeks Sitasi dan Kepakaran di Indonesia yang dibuat Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi tahun lalu, terdata 4.299 profesor yang mendaftar dari total 5.366 profesor di Indonesia. Namun, para profesor yang memenuhi syarat publikasi sesuai Peraturan Menristek dan Dikti Nomor 20 Tahun 2017 tentang Pemberian Tunjangan Profesi Dosen dan Tunjangan Kehormatan Profesor hanya 1.551 orang. (Kompas, 10/1/2018)
Guru Besar Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Malang Supriyono yang dihubungi dari Jakarta, akhir pekan lalu, mengatakan, sebenarnya peluang untuk publikasi internasional, terutama di bidang pendidikan, cukup luas. Dana penelitian juga tersedia, baik di dalam maupun luar negeri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
HUMAS UNIVERSITAS AIRLANGGA–Suasana pengukuhan empat guru besar baru di Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (8/7/2017). Sejak berdiri pada 10 November 1954, Unair telah memiliki 462 guru besar.
Namun, guru besar umumnya terhambat dalam mengembangkan riset dan publikasi terutama karena mengemban tugas-tugas mengajar, membimbing, serta kegiatan di luar kampus yang menyita waktu. Guru besar pun mempunyai beban mengajar yang tinggi karena perguruan tinggi membuka pendaftaran mahasiswa yang banyak untuk masuknya pendapatan negara bukan pajak.
”Semester kemarin saya mengajar 26 satuan kredit semester dari S-1, S-2, dan S-3,” ujar Supriyono.
Tuntutan administrasi
Supriyono tak menampik jika ada guru besar berkarya sekadar memenuhi tuntutan administratif. ”Asal sudah punya publikasi internasional, merasa sudah cukup. Dengan demikian, tunjangan guru besar aman,” katanya.
Guru Besar IPB Musa Hubeis, yang terbilang produktif dalam menghasilkan publikasi internasional bereputasi, mengatakan, kendala produktivitas seorang guru besar ada di faktor individu dan organisasi, pemerintah, serta faktor eksternal lain. Karena itu, mendorong produktivitas profesor dalam publikasi tak sekadar mengimbau, tetapi juga memberikan dukungan riil dalam kebijakan dan implementasi.
Menurut Ketua Umum Perhimpunan Guru Besar Indonesia Gimbal Doloksaribu, dukungan pendanaan riset jadi salah satu hambatan, terutama di PTS, yang membuat guru besar minim berkarya. Mereka belum bisa mengandalkan institusi untuk mendukung riset yang berpotensi menghasilkan publikasi internasional, sementara dana riset dari pemerintah yang terbatas sifatnya kompetitif. (eln)
Sumber: Kompas, 15 Januari 2018