Kegiatan Alam Terbesar Tahun Ini
Pemborosan energi terbesar di alam terjadi pada bintang-bintang dan matahari. Misalnya, matahari yang begerak 149,6 juta kilometer dari bumi itu, setiap detiknya melontarkan empat juta ton hidrogen yang telah diubah menjadi energi elektromagnetik ke jagad raya. Jika seluruh bahan bakar yang ada di bumi seperti kayu, minyak dan batu bara dikumpulkan, maka matahari membuang habis hanya dalam waktu tiga hari saja (Jane’s, 1987).
Dalam setiap 11 tahun (cycle), selalu ada semburan energi terbesar. Umpamanya, pada tanggal 12 November 1960 terjadi ledakan besar di permukaan matahari. Ketika itu sejumlah besar gas hidrogen telah dicampakkan sejauh 16 juta kilometer ke antariksa dan menimbulkan berbagai akibat sampai ke bumi (Kompas, 19 Oktober 1988). Ledakan separti ini akan terjadi lagi pertengahan tahun 1990 ini.
“Cycle 22”
Pada gambar 1 di halaman ini diperlihatkan kegiatan harian matahari sejak 8 Januari 1818 sampai dengan 31 Desember 1988 (sumber: EOS/AGU Agustus 1989). Diperlihatkan pula puncak-puncak di mana kegiatan maksimum terjadi. Tampak bahwa kegiatan maksimum yang akan terjadi pertengahan tahun ini telah dimulai sejak bulan September 1986 (Cycle 22).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Cycle 22 berkembang dengan mantap dan tampak berusaha mengatasi yang lainnya. Hal ini diperlihatkan dalam gambar 2 (sumber: Earth in Space, October 1989). Ia tampak menapaki Cycle 19, yang terjadi dalam dua interval sebelumnya, pada tahun 1960 seperti yang sudah dikemukakan (lihat juga gambar 1). Sebenamya pada tanggal 13 dan 14 Maret 1989 telah terjadi solar flare, pelontaran energi secara tiba-tiba, terbesar sejak 1868 (sumber yang sama).
Ada tiga pengaruh yang tercatat ketika itu. Yang pertama, badai surya menembus ke pedalaman Kanada bagian timur dan mempengaruhi sistem daya (power). Yang kedua, badai seperti itu bagai memadatkan atmosfer, sehingga menimbulkan efek drop; jika pada lokasi ini ada satelit, maka ia dapat tersedot ke bawah sehingga orbitnya menjadi lebih rendah, bahkan dapat dicampakkan kembali ke muka bumi. Yang ketiga, banyak sistem komunikasi dan navigasi yang tidak berfungsi ketika itu. Naiknya konsentrasi tenaga tinggi di antariksa sangat membahayakan wahana berawak (astronot) karena partikel yang juga berkecepatan tinggi itu dapat menembus wahana.
Satelit penyelldik
Tampak bahwa jarak yang sesuai antara bumi dan matahari serta adanya lapisan atmosfer telah membuat adanya kehidupan di planet bum ini. Jelaslah bahwa matahari yang 380.000 kali lebih besar daripada bumi itu, adalah sumber energi bagi seluruh kehidupan. Karena itu ia sangat menarik untuk dipelajari.
Banyak halangan yang ditemukan ketika mempelajari benda Iangit dari permukaan bumi. Yang pertama adalah karena jarak yang begitu jauh. Yang kedua karena adanya lapisan atmosfer yang dapat menghilangkan informasi yang dibutuhkan. Untuk mengatasi hal ini sejumlah besar satelit pernah diluncurkan.
Untuk mempelajari matahari, NASA (badan antariksa Amerika) meluncurkan OSO (Orbiting Solar Observation) pertama kali pada tahun 1962. Sejumlah besar data mengenai matahari telah dikumpulkan oleh seri satelit ini. Beberapa penemuan seperti solar flare dapat mencapai suhu 30 juta derajat: solar flare tunggol dapat membuang energi senilai seratus ribu tahun pemakaian di bumi hanya dalam beberapa jam saja; dan satelit ini mengirim data mengenai permukaan bola api yang sangat raksasa itu.
Berbagai seri satelit lain juga pernah diluncurkan seperti OAO (Orbiting Astronomical Observation) dimulai pada April 1966. OGO (Orbiting Geophysical Observation) September 1965; dan HEAD (High Energy Astronomical Observatories) 1977.
Untuk mempelajari tentang solar flare dan akibatnya terhadap bumi, diorbitkanlah SMM (Solar Maximum Mission) pada 14 Februari 1980. Wahana ini menjadi terkenal karena ini merupakan satelit pertama yang dapat diperbaiki di antariksa oleh misi ulang-alik 41C pada bulan April 1984. SMM yang direncanakan untuk mengamati puncak kegiatan matahari pada 1986 itu tidak dapat ikut serta mengamati kegiatan maksimum 1990 ini karena sudah jatuh di Lautan Hindia pada 2 Desember 1989 (AW&ST, Desember 1989).
Namun demikian, menurut majalah Aviation Week and Space Technology, (Okt 1989) ada sejumlah penemuan oleh misi SMM. Satelit yang membawa tujuh macam sensor itu berhasil mengumpulkan data pada solar-constant(energi matahari yang diukur pada jarak rata-rata bumi-matahari). Selama 18 bulan terakhir, wahana itu dapat mengamati sejumlah 80-100 solar flare berdasarkan kepada jumlah sinar gamma yang dipancarkan.
Sebelum wahana itu diluncurkan, hanya dapat diamati dua solar flare saja. Yang penting mungkin ini, sejumlah besar partikel sudah dilontarkan sejauh jutaan mil ke jagad raya sebelum solar flare terjadi. lni bertentangan dengan kepercayaan sebelumnya yang mengatakan bahwa pelontaran itu bersamaan dengan solar flare.
Tak langsung habis
Walaupun kegiatan maksimum terjadi sekitar pertengahan 1990, namun kegiatan itu tidak langsung habis. Berbagai kegiatan yang berharga, masih berlanjut antara 3-4 tahun sesudahnya. Cycle 19, di mana diikuti dengan baik oleh Cycle 22, menghasilkan lima badai geomagnetik yang amat besar sesudah tiga tahun kegiatan maksimum. Jika Cycle 22 tetap menapaki Cycle 19, maka diramalkan akan dapat menghasilkan data yang sangat berharga bagi ilmu fisika matahari (solar terestrial).
Suatu program terpadu antara NASA, ESA (Eropa), dam Uni Soviet, tertuang dalam misi SOHO (Solar and Heliospheric Observatory) dan beberapa kelompok satelit (cluster) yang akan diorbitkan pertengahan tahun ini pula untuk mempelajari matahari (EOS, Marat 1988). Dalam pada itu, untuk mempelajari atmosfer akan mengorbit pula wahana UARS (Uper Atmosspher Research Satellite). Diharapkan berbagai wahana itu dapat menyumbangkan data yang berharga. (Nasril Hadjar, peneliti Lapan).
Sumber: Kompas Minggu, 14 Januari 1990 halaman 3