Nobel Kimia untuk penemu mekanisme reparasi DNA

- Editor

Kamis, 5 Oktober 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tomas Lindahl, Paul Modrich dan Aziz Sancar mendapat Hadiah Nobel Kimia 2015 untuk studi mereka tentang bagaimana sel-sel memperbaiki DNA yang rusak dan menjaga informasi genetik.

Lindahl dari Francis Crick Institute dan Clare Hall Laboratory di Inggris, Modrich dari Howard Hughes Medical Institute dan Duke University School of Medicine di Amerika Serikat serta Aziz Sancar dari University of North Carolina di Amerika Serikat berhak atas hadiah delapan juta crown Swedia atau 969.000 dolar AS atas hasil kerja mereka.

Kerja mereka telah membuahkan pengetahuan tentang bagaimana sel hidup berfungsi dan misalnya digunakan untuk pengembangan terapi kanker baru menurut siaran pers Royal Swedish Academy of Sciences.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ketiga penerima Hadiah Nobel Kimia 2015 memetakan bagaimana sistem-sistem perbaikan DNA berfungsi pada tingkat molekuler.

Lindahl menemukan mekanisme molekuler, dasar perbaikan eksisi, yang secara konstan mengimbangi kehancuran DNA.

Aziz Sancar memetakan perbaikan eksisi nukleotida, mekanisme yang digunakan sel untuk memperbaiki kerusakan DNA akibat ultra violet.

Orang-orang yang lahir dengan kecacatan dalam sistem perbaikan ini bisa kena kanker kulit jika mereka terpapar cahaya matahari.

Tomas Lindahl berpose untuk pemotretan setelah memenangkan Penghargaan Nobel untuk Kimia di Laboratorium Clare Hall Institut Francis Crick, sebelah utara London, Inggris, Rabu (7/10). Tomas Lindahl, Paul Modrich dan Aziz Sancar memenangkan hadiah untuk “Studi Mekanis Perbaikan DNA”. (REUTERS/Stefan Wermuth)

Sel juga menggunakan perbaikan eksisi nukleotida untuk membetulkan kerusakan akibat substansi mutagenik.

Sementara Modrich menunjukkan bagaimana sel mengoreksi kesalahan yang terjadi ketika DNA bereplikasi selama pembelahan sel.

Mekanisme perbaikan ketidakcocokan ini mengurangi frekuensi kesalahan selama replikasi DNA hingga ribuan kali. Cacat kongenital dalam perbaikan ketidakcocokan antara lain menyebabkan kanker kolon.

Temuan pada penerima Hadiah Nobel Kimia itu telah memberikan pandangan tentang bagaimana sel-sel berfungsi, pengetahuan yang antara lain digunakan untuk mengembangkan terapi kanker.

Penerjemah: Maryati
Editor: Fitri Supratiwi

Sumber: Antara, Rabu, 7 Oktober 2015

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB