Biodiversitas, Sumber Daya Kunci Bagi Pembangunan

- Editor

Sabtu, 11 Maret 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Peterr Hanneberg mengangkat judul di atas dalam majalah Enviro No. 14 edisi Desember 1992. Majalah enam bulanan terbitan Badan Perlindungan Lingkungan Swedia (SNV) itu pada edisi tersebut menurunkan tulisan-tulisan bertema Konferensi Lingkungan dan Pembangunan Sedunia di Rio de Janeiro. Tulisan Peter Hanneberg, Pemimpin Redaksi Enviro menarik disimak pada peringatan Hari Bumi tahun in.

Tomat dan tebu mungkin tak akan tumbuh dalam skala komersial saat ini jika pemulia tanaman tak dapat mengisolasi gen-gen dari spesies liar. Cokelat, jagung, gandum, singkong, dan hewan penghasil daging, juga tak dapat diperbaiki tanpa bantuan gen-gen dari varietas yang belum dimuliakan. Untuk menjaga masa depan produksi makanan dan obat-obatan, amatlah penting melindungi gene pool di alam yang masih ”asli”.

Spesies liar dan variasi genetlk yang muncul dan hadir dapat menyumbang secara bermakna pada perkembangan pertanian, farmasi dan industry. Bagi generasi-generasi mendatang, keragaman hayati memiliki potensi besar untuk memberi pangan penduduk yang terus berlipatganda. Hanya dalam dua dekade dari sekarang kita harus memproduksi makanan sebanyak tiga kali dari yang dihasilkan sekarang ini memperkuat kebutuhan bagi dipeliharanya kekayaan keragaman genetis yang ada.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sembilan puluh delapan persen dari semua produksi ternak di seluruh dunia bersumber dari hanya sepuluh spesies hewan liar dan burung. Binatang-binatang liar masih tetap digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat hewan yang diternakkan. Salah satu contohnya adalah sapi liar di AS yang disilangkan dengan sapi ternak, menghasilkan beefalo yang diyakini dapat meningkatkan produksi daging.

Dunia tumbuh-tumbuhan diperkirakan memiliki sekitar 75.000 spesies yang bisa dimakan. Namun hanya sekitar 20 spesies yang menjadi 90 persen dari makanan pokok di dunia. Spesies dan varietas liar yang dapat memperbaiki tanaman-tanaman pangan ini jumlahnya ribuan.

Tomat dan tebu
Tomat yang kita kenal sekarang ternyata berasal dari paduan gen beberapa spesies liar yang ditemukan di Ekuador dan Peru. Sebuah tipe tomat khusus dari Kepulauan Galapagos telah digunakan untuk menciptakan tomat yang paling banyak dibudidayakan di dunia karena bisa dipanen dengan mesin. Warna dan nilai gizinya juga diperbaiki.

Dan khusus untuk produksi gula tebu, tanpa adanya gen-gen dari tebu liar di Indonesia, mustahil produksi tebu di dunia dapat mencapai nilai komersial seperti sekarang. Kini para ahli percaya bahwa materi genetik dari sebuah strain tebu liar di Hawaii dapat dipakai untuk mengembangkan tebu yang tahan terhadap serangan tikus.

Cokelat juga merupakan tanaman perkebunan yang paling banyak memperoleh perbaikan dari persilangan kerabat-kerabat liarnya. Ini kemudian diikuti oleh tembakau, yang kini sudah dibuat tahan terhadap sejumlah penyakit serius.

Sembilan puluh persen dari seluruh produksi biji-bijian di kuasai oleh gandum, padi, jagung dan barley. Keempat jenis tanaman ini juga telah banyak disempurnakan dengan bantuan gen-gen dari spesies liar yang berhubungan, sehingga mereka lebih tahan terhadap berbagai penyakit tanaman serta hasil panennya ditingkatkan.

Kentang, singkong dan dan kentang manis mencakup 94 persen dari produksi tanaman umbi-umbian seluruh dunia. Ketiganya juga dibuat lebih tahan terhadap aneka penyakit berkat bantuan spesies liar. Di India dan sejumlah negara Afrika, panen singkong telah dapat ditingkatkan antara 2-18 kali. Kemajuan serupa dicapai dengan tanaman sayuran, pohon-pohon kayu hutan dan buah-buahan.

Lebih efektif
Di dunia hewan, berbagai varietas penghasil daging dan telur, ikan, serta serangga seperti lebah madu serta ulat sutera telah pula diperbaiki sifat-sifatnya. Masukan materi genetik dari alam tidak hanya meningkatkan pertumbuhan dan hasil bersih tanaman pangan dan ternak utama, namun juga membuat tanaman dan ternak lebih tahan terhadap penyakit. Sementara penggunaan pestisida malah sering membuat parasit dan hama tanaman lebih kebal, sehingga dibutuhkan dosis yang lebih besar.

”Sejak 1945, pestisida yang disemprotkan telah meningkat satu juta persen. Sementara kerugian hasil panen tidak berkurang dan pertumbuhannya hanya 20 persen, ” kata David Pimental dari Universitas Cornell.

Agenda 21 yang merupakan dokumen historis yang dihasilkan Konferensi Rio de Janeiro menyerukan perlunya didorong transisi dari praktek-praktek pertanian yang konvensional dan tak berkelangsungan, termasuk penggunaan bahan kimia yang berlebihan. Cara-cara yang digunakan dalam Revolusi Hijau dengan penekanan pada penggunaan pupuk dan pestisida berbasis minyak, monokultur dan hibridisasi benih, terbukti telah menyebabkan punahnya ribuan varietas tumbuhan lokal. Bahkan telah terjadi peningkatan penggunaan bahan berbahaya, pencemaran air tanah, erosi tanah, dan penyakit pada para petani.

Temuan farmasi
Di bidang obat-obatan, kita juga patut berterima kasih pada variasi genetik spesies-spesies liar. Setiap kali seorang dokter meresepkan obat, peluangnya 50:50 bahwa obat tadi berasal dari tumbuhan atau hewan liar.

Kini, seorang anak yang menderita leukemia memiliki peluang sembuh empat per lima, berkat adanya substansi aktif yang ditemukan dalam sejenis tumbuhan hutan tropis asal Madagaskar. Tiga puluh tahun Ialu, anak yang sama hanya akan memiliki peluang seperlima untuk bisa bertahan hidup.

Ilmu-ilmu modern kini baru saja mulai menyaring kekayaan kehidupan dari planet kita. Di hutan hujan tropis, seperti juga di ekosistem lainnya, dapat dipastikan ribuan spesies organisme hidup yang dapat menjadi bahan obat yang bernilai tinggi bagi kemanusiaan, namun masih belum ditemukan.

Keuntungan ekonomis dari penggunaan yang bijak keragaman hayati juga bisa dikuantifikasi. Di seluruh dunia, obat-obatan dari produk alami bernilai 40 milyar dollar setahun. Di Asia, produksi gandum telah meningkat dua milyar dollar AS, dan produksi beras melonjak 1,5 milyar dollar AS setahun pada pertengahan 1970-an, sebagai hasil pengkerdilan secara genetis kedua tanaman pangan itu. Sejenis gandum liar dari Turki menyumbang penghematan sebesar 50 juta dollar AS setahun di AS saja, karena gandum liar itu bisa menghasilkan varietas-varietas gandum yang tahan terhadap penyakit. Sejenis kerabat jagung kuno dari Meksiko yang disilangkan dengan varietas-varietas modern membuat penghematan di kalangan petani seluruh dunia sekitar 4,4 milyar dollar setahun. Sebuah gen dari tanaman barley Ethiopia terbukti melindungi panenan barley di California senilai 160 juta dollar setahun dari serangan virus kerdil kuning.

30 juta organism
Hingga kini masih amat sulit, untuk tidak mengatakan mustahil, menentukan berapa jumlah spesies organisme di bumi. Para ahli umumnya memperkirakan sekitar 30 juta spesies, kendati ada yang memperkirakan antara 5 hingga 80 juta. Hanya 1,4 juta spesies telah dideskripsi dan diberi nama. Ini mencakup 750.000 insekta, 41.000 hewan bertulang belakang dan 250.000 tumbuhan.

Sejumlah besar hewan tak bertulang belakang, jamur ganggang, dan mikroorgamsme lainnya, masih akan ditemukan dan diberi nama.

Semua spesies organisme ini adalah hasil evolusi jutaan tahun. Manusia berkembang dari basis ini, tapi justru paling intensif mengeliminasi keragaman hayati yangdiciptakan dalam waktu begitu lama. Dikhawatirkan seperempat spesies mahluk hidup di bumi akan punah dalam 20-30 tahun mendatang.

Kendati disadari bahwa penetapan cagar alam saja tak cukup untuk melindungi punahnya keragaman hayati, habitat alami yang kaya tetap dapat dipertahankan dengan ditetapkannya menjadi taman nasional atau cagar alam. Yang cukup menggembirakan, menurut statistik UNEP (Program Lingkungan Hidup PBB) selama dua tahun antara tahun 1988 hingga 1990 jumlah cagar alam bertambah sekitar 3.000 dan luas daerah yang dilindungi bertambah luas dengan 200 juta hektar. Tahun 1990 di seluruh dunia tercatat 6.930 cagar alam yang meliputi 652 juta hektar atau 4,9 persen dari seluruh daratan di bumi.

Cara pemeliharaan keragaman hayati yang lain adalah penetapan organisme yang langka, penanaman bibit tumbuhan secara ex situ di kebun raya atau bank gen, serta menjaga agar emisi polutan ke biosfer bisa ditekan sehingga tidak mengganggu kehidupan para orgamsme.

Strategi ”Pemeliharaan Bumi” baru yang dicetuskan di Rio de Janeiro menetapkan, biodiversitas harus dipertahankan sebagai masalah prinsp, masalah keselamatan, dan sebagai masalah keuntungan ekonomis. (ij)

Sumber: Kompas, 22 APRIL 19935

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB