Memulihkan Ekosistem Laut lewat Transplantasi Karang

- Editor

Jumat, 5 Februari 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati laut yang sangat potensial, contohnya ekosistem terumbu karang. Ekosistem ini punya peran penting, baik dari segi estetika, ekologi, maupun ekonomi.

Ekosistem terumbu karang menyajikan pemandangan indah di bawah laut dan berperan sebagai pelindung pesisir dari abrasi dan sedimentasi karena kemampuannya meredam arus yang datang dari laut lepas.

Sebagai sumber ekonomi, ekosistem terumbu karang menghasilkan ikan karang, udang, teripang, dan kerang mutiara serta memberi tempat hidup yang nyaman bagi organisme bawah laut lain.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Namun, perubahan iklim menyebabkan degradasi keanekaragaman hayati laut itu. Hal buruk yang menimpa ekosistem terumbu karang adalah terjadinya pemutihan (bleaching) akibat hilangnya alga simbion Zooxanthellae di dalam jaringan karang tersebut. Pengurangan dampak buruk perubahan iklim bisa dilakukan melalui berbagai cara penghijauan.

Pemulihan kondisi terumbu karang secara normal butuh waktu sangat lama, tetapi kini ada banyak metode. Salah satunya adalah transplantasi karang, seperti dilakukan mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK) Institut Pertanian Bogor (IPB), akhir tahun lalu, di Pulau Kelapa Dua, Kepulauan Seribu.

Transplantasi karang merupakan salah satu upaya rehabilitasi terumbu karang lewat pencangkokan atau pemotongan karang hidup yang selanjutnya ditanam di area yang rusak atau lahan kosong. Manfaat metode ini ialah mempercepat regenerasi terumbu karang sehingga memulihkan ekosistemnya.

Bertepatan dengan Hari Nusantara Nasional Ke-14, mahasiswa Departemen ITK Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB melakukan transplantasi karang. Kegiatan itu diikuti 23 peserta, baik mahasiswa IPB maupun luar IPB. Mereka terdiri dari mahasiswa ITK IPB, mahasiswa Pascasarjana Teknologi Perikanan Laut IPB, mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB, dan mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah.

”Konservasi adalah tugas semua orang. Karena itu, kami mengajak semua kalangan ikut menyelamatkan ekosistem karang Indonesia,” ujar Tio, ketua panitia.

Kegiatan yang merupakan rangkaian Dies Natalis Ke-23 Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan (Himiteka) IPB tersebut dilaksanakan dalam bentuk penanaman terumbu karang dan penyelamatan ekosistem perairan laut.

Metode yang digunakan pada transplantasi itu adalah metode konblok. Setiap konblok diisi lima karang transplan yang direkatkan dengan semen. Jenis karang yang ditransplantasi adalah spesies Favia sp, Pocillopora damicornis, dan Tubastraea micranthus.

Kiki, koordinator lapangan dari Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, menyatakan, tiap metode transplantasi punya kelemahan dan kelebihan. ”Saat ini kami baru menggunakan metode rak dan konblok dalam kegiatan transplantasi.”

Kegiatan itu merupakan kegiatan perdana Himiteka IPB dan akan menjadi kegiatan tahunan. Mahasiswa juga akan terus memonitor bibit-bibit karang.

Kegiatan tersebut diharapkan membantu pemulihan ekosistem terumbu karang sebagai habitat bagi organisme bawah laut yang hidup di dalamnya.

(RINA FAJARYANTI, JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR)
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 Februari 2016, di halaman 26 dengan judul “Memulihkan Ekosistem Laut lewat Transplantasi Karang”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Menghapus Joki Scopus
Kubah Masjid dari Ferosemen
Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu
Misteri “Java Man”
Empat Tahap Transformasi
Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom
Gelar Sarjana
Gelombang Radio
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:08 WIB

Menghapus Joki Scopus

Senin, 15 Mei 2023 - 11:28 WIB

Kubah Masjid dari Ferosemen

Jumat, 2 Desember 2022 - 15:13 WIB

Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu

Jumat, 2 Desember 2022 - 14:59 WIB

Misteri “Java Man”

Kamis, 19 Mei 2022 - 23:15 WIB

Empat Tahap Transformasi

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB