Wiko sebagai merek ponsel dari Perancis membuka tahun 2016 dengan meluncurkan ponsel yang mengincar kelas pemula seharga Rp 1,9 juta. Mengusung tipe fablet atau ponsel pintar dengan ukuran layar 5,5 inci, Wiko memperkenalkan produknya dengan nama Pulp Fab. Spesifikasinya cukup meyakinkan dengan harga jual tersebut terlebih dengan desain produknya. Namun, mereka harus bisa meyakinkan konsumen agar mau membeli ponsel 3G.
Diluncurkan pada hari Jumat (29/1), Wiko menggunakan prosesor delapan inti berkecepatan 1,4 gigahertz, RAM 2 gigabita, serta penyimpanan internal 16 gigabita. Resolusi layar yang terdapat pada perangkat tersebut tergolong definisi tinggi, yakni 1.280 x 720 piksel. Sayangnya tidak disebut apakah Pulp Fab menggunakan teknologi perlindungan layar, misalnya Corning Gorilla Glass ataupun Dragontail, yang berarti pengguna harus mengusahakannya sendiri seperti memasang lapisan pelindung seperti tempered glass yang banyak dijual secara terpisah.
Di luar itu, tidak banyak informasi lagi yang bisa digali dari lembar spesifikasi Pulp Fab. Sepasang kamera 13 megapiksel di punggung dan 5 megapiksel di muka membuatnya bisa bersaing dengan ponsel-ponsel lain yang umumnya juga memiliki spesifikasi mirip. Dari beberapa kali percobaan menggunakan kamera dari ponsel tersebut, pengguna bisa mencari fokus dan mengambil gambar dengan cepat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Beberapa fitur yang mereka banggakan saat peluncuran adalah pemutar video yang bisa dijalankan di atas aplikasi lainnya (floating video player) sehingga pengguna bisa mengakses aplikasi lain tanpa kehilangan momen yang terjadi di dalam video. Ada pula fitur smart awake, yakni pintasan ke fungsi ponsel, seperti kamera atau pengiriman pesan hanya dengan mengusap ujung jari ke atas layar yang sedang mati membentuk huruf tertentu. Fitur ini sebetulnya lazim ditemui di ponsel-ponsel bahkan di kelas pemula seperti yang diincar oleh Wiko.
Fitur lainnya yang lumrah ditemui di ponsel lain yang digadang-gadang selama peluncuran adalah USB on the go (OTG) yang membuat ponsel bisa dicolok perangkat penyimpanan, fitur ini terbukti membantu pengguna untuk memperlebar kapasitas penyimpanan alternatif.
Tidak hanya itu, Wiko juga memastikan bahwa fitur OTG ini membuat ponsel bisa dihubungkan dengan perangkat input lainnya, seperti papan tuts atau tetikus, tidak banyak dilakukan oleh pengelola merek lainnya.
Untuk desain produk, Pulp Fab boleh dibilang cukup meyakinkan. Pinggiran ponsel ini berbahan besi, sementara sekujur punggungnya dilapisi bahan yang menyerupai kulit, memunculkan kesan mewah saat memegangnya.
Hanya 3G
Satu-satunya hal yang cukup mengganggu dari lembar spesifikasi Pulp Fab terkait konektivitasnya karena belum mendukung 4G Long Term Evolution (LTE). Keputusan tersebut bisa jadi membuat tim pemasaran Wiko harus berjuang menjual produk tersebut karena tingginya persaingan. Dengan kata lain, ada banyak ponsel pintar di pasar dengan spesifikasi yang hampir mendekati tetapi sudah bisa beroperasi di jaringan 4G, misalnya Lenovo.
KOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO–Wiko meluncurkan ponsel untuk kelas pemula, yakni Pulp Fab, dengan harga Rp 1,9 juta dengan spesifikasi prosesor delapan inti dan RAM 2 gigabita, Jumat (29/1/2016). Sayangnya ponsel ini masih beroperasi di jaringan 3G, cukup merugikan saat dikomparasi dengan tipe serupa dari merek lain.
CEO Wiko Mobile Indonesia, Dwi Lingga Jaya, menyebut pasar yang bisa disasar dengan spesifikasi tersebut cukup banyak di Indonesia. Dia meyakini permintaan akan perangkat yang bisa bekerja di jaringan 4G masih terbatas seiring dengan daerah cakupan operator telekomunikasi. Hingga hari ini, baru Smartfren yang memiliki jangkauan paling luas dibandingkan operator lainnya, yakni 85 kota.
“Kami juga akan meluncurkan seri premium dari Wiko, seperti Highway, pada tahun ini,” kata Dwi.
Disinggung mengenai rencana produksi ponsel 4G, Dwi memastikan bahwa Wiko akan memenuhi ketentuan yang diminta pemerintah terkait tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) yang dikenakan untuk produksi ponsel 4G di Indonesia. Salah satu langkah yang diambil adalah kerja sama dengan Parastar Group untuk meningkatkan porsi manufaktur ponsel di dalam negeri.
“Pembangunan pabrik masih dilakukan di daerah Bitung, Kabupaten Tangerang. Diharapkan tahun ini sudah bisa beroperasi,” ujar Dwi.
Chief Sales Officer Sung Khiun mengatakan bahwa Wiko masih mengandalkan jalur konvensional untuk memasarkan produk meski bukan berarti sepenuhnya meninggalkan jalur daring. Dia juga menggandeng operator telekomunikasi Tri serta beberapa jaringan toko elektronik untuk penawaran rabat ataupun paket data gratis.
Harga yang ditawarkan Wiko memang cukup menarik untuk ponsel Pulp Fab mereka. Namun, apakah konsumen juga siap “membayar harga” alias menggunakan perangkat yang belum bisa bekerja di jaringan 4G. Itu adalah pertanyaan yang harus dijawab sendiri.
DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO
Sumber: Kompas Siang | 2 Februari 2016