Bidang Biologi Primadona Asing

- Editor

Selasa, 19 Januari 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dari tahun ke tahun, kerja sama riset biologi di Indonesia jadi primadona pihak asing ketimbang bidang-bidang lain. Ini mengingat Indonesia negara megabiodiversitas berlimpah informasi keilmuan biologi yang belum terungkap. Namun, peneliti Indonesia wajib memastikan sejak awal kerja sama memberikan manfaat berimbang.

“Indonesia tak menutup pintu terhadap peneliti asing, tetapi harus jelas Indonesia dapat manfaat seimbang, tidak lebih banyak bagi pihak asing,” kata Direktur Pengelolaan Kekayaan Intelektual, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek dan-Dikti) Sadjuga, Senin (18/1), di Jakarta.

Kepala Seksi Administrasi Perizinan Penelitian Kemenristek-Dikti Sri Wahyono mengatakan, keanekaragaman hayati Indonesia memang daya tarik peneliti asing. Selama 16 tahun terakhir, 60 persen kerja sama riset Indonesia dengan asing terjalin di bidang biologi. Cakupannya termasuk ekologi (mempelajari lingkungan tempat tinggal organisme), zoologi (hewan), primatologi (primata), dan pengelolaan sumber daya alam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Selama 2014, Kemenristek- Dikti mencatat ekologi bidang paling diminati peneliti asing, mencakup 15,43 persen dari kerja sama riset yang disetujui. Bidang zoologi urutan kedua (9,77 persen) dan biologi makro urutan ketiga (8,79 persen). Urutan pertama 2013 adalah biologi, tahun 2012 ekologi, 2011 ekologi, dan 2010 biologi.

“Lokasi tujuan favorit riset biologi adalah kawasan konservasi atau daerah keanekaragaman hayati tinggi,” ujar Wahyono. Lokasi itu, antara lain, laboratorium alam rawa gambut yang dikelola Center for International Cooperation in Sustainable Management of Tropical Peatland (Cimtrop) Universitas Palangkaraya, Kalimantan Tengah, serta Cagar Alam Tangkoko-Dua Saudara, Sulawesi Utara.

Peneliti serangga Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Rosichon Ubaidillah, mengatakan, faktor lain penarik peneliti asing bidang biologi karena Indonesia laboratorium alam terlengkap dan terkompleks di dunia. Secara geografis, wilayah barat dipengaruhi biodiversitas Asia, wilayah timur dipengaruhi biodiversitas Australia dan Papua Niugini, serta di antara dua wilayah itu terdapat transisi yang dinamakan kawasan Walacea.

Masih banyak kekayaan hayati darat dan laut yang belum diketahui, mulai mamalia hingga mikroba dan dari yang berpotensi untuk obat dan kesehatan, energi, hingga pangan.

Manfaat berimbang
Sebagai negara pemilik kekayaan sumber daya hayati, Indonesia harus memastikan potensi manfaat jangka panjang dari riset juga dirasakan masyarakat Tanah Air, misalnya jika ada investor yang tertarik mengembangkan produk setelah membaca jurnal hasil riset antara peneliti asing dan Indonesia.

Sayangnya, kata Wahyono, Indonesia baru memiliki Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2006 tentang Perizinan Melakukan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan bagi Perguruan Tinggi Asing, Lembaga Penelitian dan Pengembangan Asing, Badan Usaha Asing, dan Orang Asing. Sementara itu, Indonesia belum mengatur teknis pembagian manfaat berimbang dari pemanfaatan sumber daya hayati.

Menurut Sadjuga, sambil menunggu terbitnya UU yang mengatur pembagian manfaat tersebut, pihak Indonesia yang menjadi mitra peneliti asing harus memastikannya dalam perjanjian, mulai nota kesepahaman hingga kesepakatan teknis.

Dari 10 besar negara asal peneliti asing yang melakukan kerja sama riset, Amerika Serikat dan Jepang konsisten menempati urutan pertama dan kedua. Pada 2014, sebanyak 23 persen peneliti asing berasal dari Amerika Serikat. (JOG)
——–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 19 Januari 2016, di halaman 14 dengan judul “Bidang Biologi Primadona Asing”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB