Gajah sumatera liar mati kembali terjadi di Aceh. Kali ini, gajah jantan berumur enam tahun ditemukan di area kebun campuran di Gampong/Kampung Turut Cut, Kecamatan Mane, Kabupaten Pidie, Selasa (17/11) malam. Dua pekan terakhir, tiga gajah ditemukan mati.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Genman Suhefti Hasibuan di Banda Aceh, Rabu (18/11), mengatakan, gajah itu ditemukan mati oleh anggota BKSDA Aceh yang sedang patroli di Gampong Turut Cut, hari Selasa sekitar pukul 20.00. Kondisi bangkai masih segar dan utuh. Gading berukuran sekitar 30 sentimeter masih pada tempatnya.
Pihak BKSDA Aceh menduga gajah mati keracunan pupuk urea dan amonia. Beberapa karung pupuk urea dan amonia tampak sobek-sobek, isinya berserakan. Jarak bangkai gajah dan pupuk itu sekitar 100 meter.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pupuk itu milik petani lokal dan memiliki ladang di sekitar lokasi. “Penyebab pastinya masih diselidiki. Tim kami sudah ke lapangan untuk otopsi dan identifikasi,” ujar Genman.
Data Forum Komunikasi Leuser (FKL), 36 gajah mati karena diracun atau disetrum selama 2012 hingga November 2015.
Genman menyampaikan, banyaknya kasus gajah mati di Aceh, terutama karena dugaan diracun ataupun disetrum merupakan puncak konflik gajah dan manusia di Aceh. Konflik itu karena pemanfaatan lahan yang tidak sesuai di sekitar koridor ataupun habitat gajah. Masyarakat banyak yang membuat permukiman ataupun kebun dengan isi tanaman yang disukai gajah.
Direktur Walhi Aceh Muhammad Nur mengatakan, keberadaan gajah kian terdesak. Jika tidak ada upaya nyata dan tegas, gajah terancam punah di Aceh dalam 20 tahun ke depan. Gajah satwa yang tergolong sulit berkembang biak, butuh 2 tahun mengandung dengan jeda kelahiran berikutnya sekitar 5 tahun. (DRI)
——————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 19 November 2015, di halaman 14 dengan judul “Gajah Liar Ditemukan Mati di Aceh”.