El Nino;Ada Untung Ada Malang

- Editor

Senin, 3 Agustus 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

El Nino, “Anak Lelaki” atau “Bayi Kristus” , karena biasa mencapai puncak pada bulan Desember, telah menampakkan diri. Banyak negara di berbagai belahan bumi tergugah karena akan terjadi anomali iklim: kekeringan dan banjir bandang bakal terjadi bersamaan dengan panen yang lebih baik, angin topan berkurang, dan musim dingin lebih hangat.

221389El Nino dan La Nina adalah fase yang memiliki sifat berlawanan dalam siklus alamiah El Niño-Southern Oscillation (ENSO). Siklus memiliki periode antara dua dan tujuh tahun (Kompas, 31/7). Badan meteorologi dari berbagai belahan bumi-belahan bumi utara, belahan bumi selatan, dan ekuator-mengonfirmasikan akan terjadi El Nino kuat pada Agustus-Desember tahun ini (Kompas, 31/7).

Namun, pakar iklim dari Badan Meteorologi Jepang (JMA) Ikuo Yoshikawa mengatakan, “Kami tidak bisa mengatakan apakah El Nino akan berlanjut hingga musim semi (awal tahun depan), tetapi kami bisa mengatakan bahwa ada peluang besar akan berlanjut ke musim dingin.” Tahun ini, El Nino berawal pada Maret 2015.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Wakil Direktur Badan Atmosfer dan Kelautan Nasional AS (NOAA) Mike Halpert, awal Juli lalu, mengatakan, “El Nino bukan kiamat. Jadi, tak perlu bersembunyi di bawah tempat tidur. Realitasnya, di Amerika, El Nino bisa membawa hal baik.”

Halpert benar saat dia berbicara tentang AS. Secara nasional, saat terjadi El Nino pada 1997-1998, berdasarkan penelitian tahun 1999, AS justru menangguk keuntungan ekonomi nyaris mencapai 22 miliar dollar AS (jika dipatok kurs Rp 10.000, setara Rp 220 triliun atau sekitar 9 persen APBN Indonesia 2015). Keuntungan ekonomi juga bakal dinikmati Tiongkok, Meksiko, dan Eropa.

Kebalikannya, kemalangan terjadi di sejumlah negara di belahan bumi lainnya, di ekuator dan selatan ekuator.

Berdasarkan penelitian yang diprakarsai PBB, negara seperti Peru, Ekuador, Bolivia, Kolombia, dan Venezuela menderita kerugian sekitar 11 miliar dollar AS (sekitar Rp 110 triliun).

Menurut Pan-American Health Organization, banjir bandang di Peru meluluhlantakkan jembatan, permukiman, sejumlah rumah sakit, tanaman pangan, serta menelan 354 korban jiwa dan 112 orang hilang.

Negara-negara Australia, India, dan sebagian Indonesia akan mendapat kerugian dan bencana. Menurut peneliti dari Dana Moneter Internasional (IMF), Kamiar Mohaddes, yang juga pakar ekonomi dari Universitas Cambridge, London, EL Nino juga akan memangkas habis produk domestik bruto (GDP).

Meski dampak El Nino bisa diprediksi, pakar di International Research Institute for Climate and Society (IRICS) di Columbia University, AS, Tony Branston mewanti-wanti apa yang bakal terjadi setelah ini masih menyisakan tanda tanya.

Dampak berbeda
Proses dalam sistem iklim merupakan hasil interaksi dari atmosfer dan laut. Perubahan pada salah satu sistem akan mengubah pola iklim global.

Menurut Tri Wahyu Hadi dari kelompok keahlian sains atmosfer Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) ITB, akibat permukaan laut di timur Samudra Pasifik menghangat, tekanan udara pantai barat Amerika Latin melemah sehingga angin timuran pun melemah. Uap air yang seharusnya tertiup hingga Pasifik Barat bergeser ke Pasifik Tengah.

Di India, yang seharusnya pada Juli-Agustus memasuki puncak musim hujan, juga mengalami kekeringan dari penyebab yang sama. Pola musim yang juga dipengaruhi angin monsun di India telah menyebabkan terjadinya monsun musim panas. Angin yang bertiup ke barat dari Pasifik bercampur angin monsun yang bergerak dari selatan Asia.

Perbedaan dampak El Nino yang berbeda-beda di berbagai belahan dunia antara lain dipengaruhi pola musim setiap wilayah. Penyebab lainnya adalah besarnya suplai uap air dari Samudra Pasifik yang bertambah akibat EL Nino dan tekanan udara di atas permukaan laut yang memengaruhi kecepatan angin.

“Terjadi perubahan transpor uap air dari samudra yang amat luas. Sistem iklim ini besar, tetapi saling memengaruhi,” kata Tri Wahyu.

Antisipasi
Belum terlalu tegas apakah El Nino tahun ini benar-benar lebih kuat atau lebih lemah daripada tahun 1997-1998. Apa pun kondisinya, dampak ekonomi akan lebih besar karena tata perdagangan internasional yang banyak berubah.

Menurut pakar risiko dan iklim Michael Ferrari dari firma Where Inc di Colorado, AS, jaringan perdagangan dunia yang semakin kompleks mengakibatkan tingkat kerentanan terhadap kelancaran suplai barang semakin tinggi.

Kini, banyak negara mulai bersiap sejak dini. Pemerintah Peru mengumumkan gerakan pencegahan darurat bulan ini untuk 14 negara bagian dari total 25 negara bagian. Dana yang disiapkan mencapai 70 juta dollar AS (sekitar Rp 945 miliar dengan kurs Rp 13.500).

Hilopito Cruchaga, Direktur Pertahanan Sipil di Piura, Peru utara, mengatakan, pemerintah telah membersihkan bantaran-bantaran sungai dari berbagai kotoran dan puing, memperkuat tepi sungai dengan bebatuan, dan memperkuat penampungan air. Kantong-kantong pasir dan batu-batu telah disiapkan di sisi sungai.

“Jika suhu Pasifik tetap setinggi ini hingga akhir Agustus, saya khawatir kami akan mengalami ‘kiamat’,” kata Hilopito. Becermin pada Peru, apakah Indonesia belajar juga pada pengalaman 18 tahun lalu? –(AP/REUTERS-brigitta isworo laksmi)
———————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 1 Agustus 2015, di halaman 14 dengan judul “Ada Untung Ada Malang”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB