32 Insinerator Rumah Sakit Mulai Dibangun Di Indonesia

- Editor

Rabu, 22 April 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Petugas dari Suku Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu membersihkan sampah di pantai di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakata, Jumat (30/11/2018). Sampah yang hanyut sampai ke pantai tersebut sebagian besar berlumur limbah minyak. Belum diketahui asal usul minyak yang mencemari sejak Senin (26/11/2018) tersebut...Kompas/Heru Sri Kumoro.30-11-2018

Petugas dari Suku Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu membersihkan sampah di pantai di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakata, Jumat (30/11/2018). Sampah yang hanyut sampai ke pantai tersebut sebagian besar berlumur limbah minyak. Belum diketahui asal usul minyak yang mencemari sejak Senin (26/11/2018) tersebut...Kompas/Heru Sri Kumoro.30-11-2018

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam lima tahun ini membangun 32 insinerator bagi limbah medis. Hal itu bertujuan mengatasi kesenjangan ketersediaan insinerator antardaerah.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam lima tahun ini membangun 32 insinerator bagi limbah medis. Pada tahun ini pembangunan dilakukan di Aceh, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

“Semoga ini bisa (membantu) memecahkan gap yang ada sekarang,” kata Sinta Saptarina Soemiarno, Direktur Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah NonB3, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Selasa (21/4/2020), di Jakarta, dalam diskusi virtual bertema “Refleksi Hari Bumi Di Masa Pandemi” yang diselenggarakan Divers Clean Action (DCA) dan Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ia menjelaskan, insinerator limbah medis yang berkategori limbah B3 tersebut dibangun dengan kapasitas jauh lebih besar dari insinerator di Makassar, Sulawesi Selatan, sebesar 2,4 ton per hari. Insinerator yang akan dibangun berkapasitas 300 kilogram per jam. Pembangunan ini akan disusul 6 unit insinerator serupa pada tahun 2021 kemudian berturut-turut tujuh unit setiap tahun pada periode tahun 2022-2024.

Ia mengakui, ketimpangan jumlah dan distribusi insinerator limbah medis di Indonesia masih signifikan. Digambarkan dari 2.800-an rumah sakit di Indonesia baru terdapat 110 insinerator berizin dari KLHK serta 14 perusahaan jasa pengelolaan limbah B3.

Sebagai gambaran lebih lanjut, di wilayah Maluku dan Papua tidak terdapat fasilitas insinerator berizin pada rumah sakit maupun perusahaan jasa pengelolaan limbah B3. Di wilayah Bali dan Nusa Tenggara, hanya terdapat 5 insinerator rumah sakit berizin yang dalam konteks penanganan limbah Covid-19 tak ada satu pun dari 11 rumah sakit rujukan yang memiliki insinerator legal.

PRESENTASI KLHK—Sebaran lokasi pengolahan limbah medis masih sangat senjang dan jarang. Paparan ini disampaikan Sinta Saptarina Soemiarno, Direktur Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah NonB3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Selasa (21/4/2020) dalam diskusi virtual.

Terkait pembangunan insinerator limbah medis, menurut Health Care Without Harm, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UN Environment Program (UNEP) cenderung menyarankan penggunaan steam-based (uap) atau metode selain insinerator untuk disinfeksi. Alasannya, insinerator bisa menghasilkan zat berbahaya berupa polutan organic persistent (POPs).

Biaya teknologi nonpembakaran temperatur tinggi (insinerator) juga disebut HCWH lebih mahal dibandingkan teknologi lain. Ini belum termasuk dari sisi jejak karbon yang sangat tinggi karena insinerator membutuhkan injeksi energi sangat tinggi untuk menghasilkan panas lebih dari 800 derajat celsius.

Terkait hal ini, saat dihubungi setelah diskusi, Sinta mengatakan saat ini insinerator masih menjadi pilihan efisien untuk seluruh 9 karakter limbah medis. “Kalau autoclave (berbasis tekanan) untuk pathogen tidak bisa. Kami perketat baku mutu lalu ada 2 chamber (tungku) dan minimal ketinggian cerobong,” katanya.

Sinta menyampaikan adanya Surat Edaran Menteri LHK Nomor 2 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Limbah Infeksius (Limbah B3) dan Sampah Rumah Tangga dari Penanganan Covid-19 tertanggal 24 Maret 2020. Surat ini ditujukan kepada Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) yang juga Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 serta seluruh kepala daerah di Indonesia.

Ia menyebutkan SE ini ditindaklanjuti dengan baik di Sumatera Selatan. Diantaranya dengan menyediakan tempat sampahberwarna kuning khusus bagi/ “limbah medis” dari rumah tangga ataupun wisma di Stadion Jaka Baring yang dipergunakan sementara untuk penanganan Covid-19 . Limbah medis itu bisa berupa masker medis/masker sekali pakai, suntikan, maupun alat pelindung diri dari anggota rumah tangga yang berstatus orang dalam pemantauan (ODP) maupun pasien dalam pengawasan (PDP) yang menjalani karantina mandiri.

Terkait evaluasi dan jumlah limbah medis dari penanganan Corona-19 di rumah sakit, ia belum mendapatkan hasil pendataan yang dilakukan pemerintah daerah. Namun, kata Sinta, menurut Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, limbah medis bertambah 30 persen dalam masa penanganan Covid-19 saat ini.

Pabrik semen
Dalam kondisi kesenjangan ketersediaan pemusnah limbah infeksius rumah sakit ini, pemerintah daerah diperbolehkan bekerja sama atau meminta bantuan pabrik semen untuk memusnahkan limbah tersebut pada tanur. Ia mengatakan, tanur bersuhu 2.000 derajat Celcius tersebut bisa dimanfaatkan sementara waktu agar limbah medis tak menumpuk.

Langkah ini, imbuhnya, telah dikerjakan Sumatera Barat dengan memusnahkan limbah infeksiusnya di pabrik PT Semen Padang. “Ini agar bisa diikuti daerah lain,” katanya.

Di sisi lain, Sinta mengingatkan agar masker sekali pakai atau alat pelindung diri yang digunakan awam di rumah tangga untuk tak dibuang sembarangan. Ia mengingatkan agar masker tersebut direndam dalam cairan disinfektan maupun pemutih (mengandung klorin) lalu disobek/dipotong sebelum dibuang dalam bungkus tersendiri.

Hal itu bertujuan menghindari risiko jalur penularan baru melalui masker sekali pakai maupun alat pelindung diri dari sampah rumah tangga maupun pemanfaatan yang tak bertanggungjawab.

Terkait sampah masker sekali pakai ini, aktivis Kali Ciliwung Suparno Jumar mengatakan pihaknya pertama kali menemukan sampah masker sekali pakai di pinggir Kali Ciliwung pada 21 Maret 2020. Setelahnya, ia menemukan masker-masker tersebut di pinggir-pinggir jalan raya.

“Masker dipakai untuk menyelamatkan diri anda dari corona, tapi dibuang sembarangan sehingga potensi menyebarkan penyakit yang belum ketemu obatnya ini ke orang lain,” ujarnya.

Regia Puspa Astari, dokter dan mitra ahli mindandbrain.id, pembicara dalam diskusi serupa, menyarankan agar masyarakat awam menggunakan masker kain yang dapat dicuci. Masker bedah atau masker medis lebih baik digunakan oleh tim medis yang fasilitas layanan kesehatannya memiliki prosedur pengelolaan limbah infeksius tersebut.

Oleh ICHWAN SUSANTO

Editor EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 22 April 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB