Aktor laga Joe Taslim mendekatkan Zenfone Zoom S ke mata kirinya untuk menonjolkan sepasang lensa di punggung ponsel. Ponsel ini menyandingkan lensa tele dan lebar untuk menangkap foto dengan sudut yang berbeda. Fotografer Darwis Triadi juga hadir memberikan pengakuan untuk ponsel pintar ini.
Sepasang lensa yang dipasang Asus memungkinkan pengguna untuk mengambil gambar dari jarak dekat ataupun jauh melalui perbesaran hingga 12 kali. Didukung oleh teknologi fotografi yang dikembangkan secara mandiri, kamera tersebut makin berjaya di kondisi pencahayaan rendah dan kecepatan fokus yang tinggi.
Ditawarkan dengan harga Rp 6 juta, Zenfone Zoom S melanjutkan seri ponsel dari Asus yang menyasar kelas menengah yang sebelumnya memanfaatkan satu lensa. Kali ini sasarannya jelas, yakni para penghobi fotografi menggunakan kamera.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Penggunaan lensa ganda untuk kamera ponsel saat ini begitu marak, tidak hanya untuk ponsel kelas flagship. Huawei melakukannya, Coolpad melakukannya, LG melakukannya.
Beberapa nama lain juga menanamkan fitur serupa, seperti Oppo, Vivo, Nubia, dan termasuk Asus. Implementasi lensa ganda kian jamak ditemui dan menjadi daya tawar kepada konsumen yang ingin menghasilkan gambar yang berbeda.
Semua kelas
Tidak sekadar ditemui di ponsel kelas premium yang harganya Rp 8 juta, fitur ini juga sudah ditawarkan di ponsel kelas menengah yang harganya tersedia mulai harga Rp 3 juta. Fitur ini kian terjangkau dan sesama produsen tidak mau kalah untuk punya ponsel yang memiliki fitur ini.
KOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO–Model menunjukkan Zenfone Zoom S, varian dari lini produk ponsel pintar dari Asus yang memiliki lensa ganda untuk kamera utamanya, Selasa (16/5). Lensa ganda menjadi daya tawar produsen bagi konsumen yang menginginkan hasil kamera yang berbeda.
Harian Kompas sejak awal tahun mengikuti beberapa peluncuran produk ponsel pintar yang memiliki fitur lensa ganda, termasuk menjajal kemampuan kemampuannya. Satu hal yang pasti adalah tidak semua ponsel dengan lensa ganda memiliki teknologi yang sejenis.
Ada P9 dari Huawei yang diluncurkan untuk pasar Indonesia akhir tahun lalu. Ponsel ini memiliki lensa ganda dengan salah satunya terpasang sensor monokrom untuk membantunya menangkap detail gambar lebih baik. Huawei saat itu memang memasarkan P9 sebagai ponsel yang mampu mengambil foto monokrom dengan kualitas merek kamera Leica yang tersohor karena hal yang sama.
Kolaborasi dua merek itu mengharapkan asosiasi di benak konsumen bahwa teknologi yang digunakan Huawei bisa menghasilkan foto dengan kualitas yang sama dengan kamera Leica.
Pendekatan serupa juga diambil oleh Coolpad dengan menghadirkan seri Dual yang memiliki lensa ganda yang diposisikan vertikal, bukan horizontal seperti ponsel lainnya. Merek ini saham mayoritasnya dikuasai merek LeEco, perusahaan yang berfokus pada ekosistem perangkat pintar dan konten, menghadirkan tampilan antarmuka yang indah dan intuitif dalam ponsel yang dijual dengan harga Rp 3,2 juta.
Dengan angka tersebut, konsumen bisa mendapatkan ponsel dengan layar 5,5 inci dan memiliki resolusi 1920 x 1080 piksel, sepasang kamera dengan resolusi 13 megapiksel dan sensor sidik jari. Sistem dalam cip (SoC) yang digunakan, yakni Snapdragon 625 didukung RAM 3 gigabyte membuatnya bisa dipakai untuk segala kebutuhan.
Aplikasi kamera juga digarap secara serius dengan kemampuan untuk mengatur parameter secara manual sehingga pengguna memiliki kebebasan dalam mempersiapkan hasil akhirnya. Satu hal yang disayangkan adalah layanan konten yang menjadi ekosistem LeEco belum masuk ke Indonesia karena bisa mendongkrak citra merek Coolpad lebih kencang lagi.
Sementara itu, Nubia adalah merek ponsel yang sebelumnya selalu dikaitkan dengan nama ZTE. Tidak hanya sama-sama lahir dari Shenzhen, China, hubungan tersebut juga dikaitkan dengan submerek Honor milik Huawei yang agresif dijual secara daring.
Akhir April lalu Nubia meluncurkan tiga ponsel pintar, yakni M2, M2 Lite, dan N1 Lite, untuk pasar Indonesia. Kali ini, mereka menegaskan bahwa Nubia adalah merek yang berdiri secara independen untuk bertarung di industri ponsel Tanah Air tanpa harus bergantung ke ZTE yang sudah beberapa tahun tidak lagi terdengar kiprahnya.
“ZTE memang memiliki saham perusahaan Nubia. Kami serius ingin hadir di pasar Indonesia, salah satunya memenuhi ketentuan soal komponen lokal dengan menggandeng pabrik di Batam,” kata Stephen Qu, Presiden Direktur PT Nubia Technology Indonesia.
Satu dari tiga ponsel yang diluncurkan itu, yakni M2, juga tidak ketinggalan dengan tren lensa ganda yang dirilis dengan harga Rp 4,4 juta. Lensa ganda yang dimiliki digunakan untuk mengukur obyek dan latar belakang sehingga bisa menyimulasikan cara kerja lensa kamera SLR.
Teknologi Neovision yang digunakan kamera Nubia memberikan beragam fitur dan moda pengambilan gambar yang bisa dilakukan oleh pengguna. Mulai membuat lukisan cahaya, kecepatan rana rendah, gerak lambat, hingga mengambil gambar pergerakan bintang (star trail).
Ujung tombak dari lensa ganda dari M2 adalah moda portrait untuk membuat obyek terpisah dengan latar belakang. Moda ini bisa digunakan untuk menghasilkan foto yang terkesan diambil dengan kamera SLR.
Dengan mudah bisa dikenali bahwa fitur ini sangat mirip dengan fitur kamera dari iPhone 7 Plus yang namanya sama. Eksekusinya mungkin sedikit berbeda karena pemisahan antarobyek dan latar belakang M2 kerap meleset, bagian dari obyek menjadi kabur atau malah sebaliknya. Fitur ini akan efektif bila obyeknya kontras dengan latar belakang.
Kamera depan
Dua pemain dari China yang sedang agresif di pasar Indonesia, yakni Oppo dan Vivo, juga tidak ketinggalan dengan tren lensa ganda ini. Akan tetapi, mereka tetap dengan strategi awal, yakni memasarkan ponsel untuk swafoto. Alih-alih di belakang, ponsel mereka memasang dua lensa kamera di bagian depan meski memiliki fungsi yang berbeda.
V5 Plus adalah seri ponsel swafoto dari Vivo yang hadir setelah membuat kejutan dengan rilis V5 dengan kamera depan 20 megapiksel dan RAM 4 gigabyte hanya dengan harga Rp 3,5 juta. Hadir beberapa bulan kemudian, V5 Plus memiliki spesifikasi lebih baik dan harga jual yang lebih tinggi yakni Rp 5,5 juta.
Seri ini boleh dibilang memelopori tren lensa ganda di kamera depan. Kolaborasi dua lensa untuk memisahkan obyek foto dengan latar belakang kali ini dieksekusi untuk swafoto. Hasilnya, para penggemar swafoto pun bisa membuat karya yang memiliki ruang tajam.
Tidak ingin ketinggalan, Oppo juga merilis F3 Plus yang memiliki dua lensa di kamera depan. Bedanya, satu lensa memiliki lebar 80 derajat dan satu lagi 120 derajat, yang satu untuk swafoto dan satu lagi lebih lebar sehingga bisa memasukkan lebih banyak orang atau obyek.
Ponsel yang diperkenalkan dengan harga Rp 6,5 juta ini mencoba untuk memperkenalkan penggunaan yang berbeda bagi kamera ponsel. Mengambil swafoto secara rombongan pun bisa dilakukan tanpa bergantung pada monopod atau tongkat narsis.
LG melakukannya lebih jauh lagi. Berpengalaman sejak meluncurkan ponsel premium G5 dilanjutkan V20, G6 hadir dengan sepasang lensa ganda di belakang yang punya lebar lensa yang berbeda dan lensa lebar di depan. Ponsel yang resmi dilepas dengan harga Rp 10 juta ini juga menjual desain dan spesifikasi kelas atas di pasar saat ini.
Tidak ada yang tahu sampai mana tren lensa ganda ini akan berlangsung. Lensa ganda bisa jadi standar baru layaknya fitur tahan air yang juga makin banyak ditemui di produk ponsel.
Namun, fitur lensa ganda itu belum tentu disambut oleh konsumen. Semua tidak lepas dari kemampuan produsen untuk mengedukasi konsumennya akan nilai tambah dari lensa ganda.
Apabila tidak, gandrung lensa ganda ini pun juga akan usai ditelan zaman.–DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO
———————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 6 Juni 2017, di halaman 25 dengan judul “Gandrung Berlensa Ganda”.