Pascakecelakaan nuklir akibat tsunami 2011, kawasan sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi, Jepang kini mulai dihuni kembali. Pembersihan radiasi nuklir di sekitar reaktor yang meledak dan rusak juga terus dilakukan. Situasi itu menunjukkan, dampak kecelakaan nuklir akhirnya bisa dikendalikan.
KOMPAS/M ZAID WAHYUDI–Rumah-rumah dibiarkan terbengkalai dan ditumbuhi ilalang yang terletak di radius kurang dari 5 kilometer dari PLTN Fukushima Daiichi Jepang, Selasa (27/11/2018). Pemerintah masih melarang rumah-rumah di kawasan itu dihuni karena masih tingginya paparan radiasi di kawasan itu akibat ledakan pada beberapa reaktor PLTN tersebut akibat tsunami 11 Maret 2011.
Pantauan Kompas di sekitar kota Tomioka yang berjarak 9 kilometer dari lokasi PLTN Fukushima Daiichi, Selasa (27/11/2018), menunjukkan sejumlah rumah mulai dihuni lagi. Beberapa toko dan stasiun pengisian bahan bakar juga sudah mulai buka. Sebuah hotel baru juga mulai beroperasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
M ZAID WAHYUDI–Hotel Tomioka di Tomioka, sekitar 9 kilometer dari PLTN Fukushima Daiichi Jepang, Selasa (27/11/2018) sudah dikunjungi tamu. Hotel itu baru dibangun setelah sebelumnya lokasi itu rata disapu tsunami pada 11 Maret 2011.
“Sebagian besar bangunan yang sudah dihuni adalah bangunan baru karena wilayah ini terdampak oleh tsunami yang terjadi,” kata Direktur Eksekutif Pusat Kerja Sama Internasional Forum Industri Nuklir Jepang (Japan Atomic Industry Forum International Cooperation Center/JICC) Akio Toba.
Akibat kecelakaan reaktor nuklir yang menyebarkan radiasi tinggi ke lingkungan sekitar, tercatat pada Mei 2012 ada 164.865 jiwa yang harus diungsikan baik ke kota lain di wilayah Prefektur Fukushima maupun di luar Fukushima. Pada Maret 2018 lalu, masih ada 49.492 yang masih diungsikan atau 2,6 persen dari seluruh penduduk Fukushima.
Pada 7 tahun 8 bulan setelah meledaknya sejumlah reaktor di PLTN Fukushima Daiichi itu, kawasan pada radius sekitar 10 kilometer dari PLTN Fukushima Daiichi memang sudah diperbolehkan untuk dihuni kembali. Aktivitas ekonomi masyarakat, termasuk pertanian, juga mulai pulih.
Namun mulai dari radius 5 kilometer, masih jadi daerah terlarang untuk dihuni. Bahkan untuk mencegah penduduk kembali ke rumahnya, pintu-pintu halaman rumah masih dipagari atau ditutup oleh otoritas setempat. Suasana kota pun masih seperti kota mati karena banyak rumah, gedung dan mobil yang dibiarkan pemiliknya.
KOMPAS/EVY RACHMAWATI–Sebuah pagar membentang di halaman rumah warga di radius kurang dari 5 kilometer dari PLTN Fukushima Daiichi Jepang, Selasa (27/11/2018). Pagar itu menunjukkan rumah di dalamnya masih terlarang untuk dihuni karena masih tingginya paparan radiasi di kawasan itu yang dipicu kecelakaan nuklir akibat tsunami 11 Maret 2011.
Sementara di sekitar reaktor di PLTN Fukushima Daiichi, para pekerja masih membersihkan bekas- bekas radiasi. Para pekerja punitu tak lagi baju antiradiasi dan masker khusus, namun baju kerja biasa selayaknya di lokasi proyek konstruksi. Perbaikan reaktor rusak juga terus berjalan, termasuk dengan menggunakan robot.
“Saat ini kondisi lapangan di sekitar reaktor sudah semakin bersih sehingga para pekerja bisa bekerja menggunakan pakaian biasa,” kata Supply Site Intendant PLTN Fukushima Daiichi Tomohiko Isogai.
Dari enam reaktor yang dikelola PLTN Fukushima Daiichi sebelumnya, mereka mampu menghasilkan listrik 4.696 megawatt. Sejumlah reaktor di PLTN itu memang rencananya akan dimatikan karena sudah habis masa ekonomis operasionalnya. Namun, tsunami membuat semuanya berubah.
KOMPAS/EVY RACHMAWATI–Sejumlah petugas berusaha menata ulang dan membersihkan tingginya radiasi di daerah dengan radius kurang dari 5 kilometer dari PLTN Fukushima Daiichi Jepang, Selasa (27/11/2018). Meski daerah itu masih terlarang dihuni, petugas dan otoritas setempat terus berupaya memulihkan kembali wilayah tersebut.
Penutupan PLTN
Jika sebelum peristiwa ledakan PLTN Fukushima Daiichi Jepang memiliki 54 PLTN, maka setelah gempa dan tsunami itu seluruh PLTNyang ada di Jepang dimatikan. Upaya itu dilakukan agar pemerintah bisa meninjau seluruh aspek keselamatan PLTN yang ada. Standar keselamatan baru pun diterapkan Pemerintah Jepang. Kini, 9 PLTN dihidupkan kembali.
Namun ada pula PLTN akan ditutup, seperti PLTN Fukushima Daini yang terletak sekitar 10 kilometer dari PLTN Fukushima Daiichi. Jika PLTN Fukushima Daiichi terletak di antara kota Futaba dan Okuma, maka PLTN Fukushima Daini di antara kota Tomioka dan Naraha. PLTN Fukushima Daini yang memiliki empat reaktor dengan kapasitas 4.400 megawatt itu tidak mengalami gangguan operasional meski salah satu reaktornya sempat diterjang tsunami.
“PLTN Fukushima Daini masih memiliki daya untuk mengendalikan reaktor,” kata Unit Superintendant PLTN Fukushima Daini Takaki Mishima. Akibatnya, tidak ada kecelakaan nuklir yang terjadi dan tidak ada radiasi berlebih yang menyebar ke lingkungan. Saat itu, butuh waktu empat hari untuk mematikan PLTN sehingga suhunya sama dengan lingkungan sekitar.
Namun PLTN itu tetap akan ditutup karena dianggap tidak efisien secara ekonomi jika harus menerapkan standar keselamatan baru reaktor yang ditetapkan pemerintah. Kini, para pekerja PLTN Fukushima Daini terus melaksanakan pendinginan karena sisa bahan bakar radioaktif yang digunakan masih menghasilkan panas.
Meski memilukan dan membutuhkan biaya sangat besar untuk mengatasi kecelakaan nuklir itu, Isogai menilai ada pelajaran besar yang diperoleh dari bencana yang terjadi. Sebelumnya, para perekayasa dan pengelola PLTN sangat yakin bahwa gempa bumi besaryang sering melanda Jepang tidak akan menimbulkan gangguan pada reaktor PLTN.
Keyakinan itu memang benar jika yang terjadi hanya gempa. Namun tsunami yang ikut melanda membuat kepercayaan diri berlebihan itu luntur. “Ke depan, keselamatan dan keamanan PLTN perlu dipersiapkan menghadapi situasi yang paling buruk karena prediksi yang kuat pun masih bisa meleset,” katanya.–M ZAID WAHYUDI
Sumber: Kompas, 28 November 2018