Penduduk di kawasan barat Indonesia perlu mewaspadai curah hujan tinggi dalam beberapa hari mendatang. Selain hujan lebat, gelombang laut yang tinggi juga diperkirakan akan terjadi di perairan barat dan timur Indonesia.
Intensitas curah hujan yang tinggi diperkirakan terjadi di Jawa bagian tengah hingga timur, Jawa Barat bagian selatan, Sumatera bagian selatan, Sumatera bagian tengah, Kalimantan Timur, dan Papua bagian tengah hingga ke utara.
“Hujan lebat di wilayah tersebut akan muncul sekitar 26 Januari hingga 28 Januari mendatang. Peluangnya ada selama satu minggu kemudian,” kata Mulyono Rahadi Prabowo, Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Jakarta, Jumat (22/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sementara itu, gelombang tinggi hingga empat meter diperkirakan akan terjadi di kawasan selatan Pulau Jawa dan Sumatera, Laut Tiongkok Selatan hingga Selat Karimata, perairan sekitar Bangka Belitung, perairan utara Papua, Halmahera, dan Sulawesi Utara.
Kejadian cuaca ekstrem tersebut, kata Prabowo, disebabkan terjadinya peningkatan aktivitas monsun Asia, kemunculan seruakan dingin dari Asia dan Madden Julian Oscillation. “Seruakan dingin sudah terindikasi tiga hari lalu. Potensi curah hujan tinggi ditandai dengan indeks seruak dingin lebih dari 10. Hari ini, indeks telah meningkat menjadi 14,3. Dampak jelasnya bagi wilayah Indonesia tiga hari lagi,” katanya.
Tingkat curah hujan yang tinggi itu juga terkait akumulasi puncak hujan yang berlang-sung pada 10 hari terakhir Januari hingga 10 hari awal Februari.
Pengaruh El Nino
Seperti dijelaskan Nurhayati, Kepala Pusat Informasi Klimatologi BMKG, pengaruh El Nino masih berlangsung hingga April mendatang. Kondisi tersebut akan memengaruhi curah hujan dan kemunduran datangnya awal musim hujan, yang di antaranya mengganggu musim tanam padi sawah di sejumlah daerah.
Dalam prakiraan musim hujan 2015-2016 yang dikeluarkan BMKG disebutkan, awal musim hujan umumnya mulai bulan November, yaitu 139 dari 342 zona musim (ZOM) di Indonesia. Dibandingkan dengan kondisi normalnya, awal musim hujan kali ini mundur sebulan. Hal itu disebabkan pengaruh fenomena El Nino yang mulai menguat sejak Juli 2015.
Jika dibandingkan terhadap rata-ratanya selama 30 tahun (1981-2010), sebagian besar daerah, yaitu 256 ZOM atau 74,9 persen, awal musim hujannya mundur. Hingga Januari 2016 masih ada beberapa wilayah yang belum memasuki musim hujan. Diperkirakan, semua ZOM baru akan memasuki musim hujan pada April mendatang.
Selain El Nino dan La Nina, fenomena yang turut memengaruhi kondisi iklim di Indonesia adalah Dipole Mode, Sirkulasi Monsun Asia- Australia, Daerah Pertemuan Angin Antartropis (Inter Tropical Convergence Zone), serta anomali suhu permukaan laut di wilayah Indonesia.(YUN)
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 Januari 2016, di halaman 13 dengan judul “Waspadai Lonjakan Curah Hujan”.