Fenomena supermoon atau bulan super, yaitu Bulan berada pada titik terdekat dengan Bumi, bisa memicu kenaikan permukaan laut hingga Kamis (4/1). Namun, risiko terjadi banjir rob di sejumlah pesisir Indonesia lebih kecil dibandingkan pada 9 Desember 2017.
“Secara teori, supermoon meningkatkan ketinggian permukaan laut karena gaya tarik Bulan pada Bumi membesar akibat kedekatan jarak. Kemungkinan akan terjadi pasang laut maksimum,” kata Kepala Bidang Informasi dan Prediksi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ramlan, di Jakarta, Selasa (2/1).
Penggabungan gravitasi Matahari dan Bulan saat bulan super meningkatkan pasang air laut setinggi 10-20 sentimeter (cm) dibandingkan pasang saat bulan purnama biasa. “Dampak pasang laut tidak besar,” kata peneliti klimatologi laut Badan Informasi Geospasial Ibnu Sofian (Kompas, 14/11/2016).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Data BMKG menyebut, fenomena astronomi bulan super yang terjadi Selasa ini menyebabkan Bulan berada pada jarak terdekat dari Bumi, 356.565 kilometer. Saat supermoon, Bulan tampak lebih besar 14 persen dan lebih terang 30 persen daripada ukuran saat purnama biasa.
Risiko banjir rob membesar di musim hujan saat pasang maksimum bersamaan hujan lebat karena menghalangi aliran air permukaan ke laut. “Hari-hari ini ada potensi hujan lebat di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan Sumatera Barat. Hujannya tidak merata dan di beberapa lokasi saja,” ujarnya.
Peringatan dini
Sejumlah Stasiun Meteorologi Maritim BMKG mengeluarkan peringatan dini akan naiknya air pasang laut. Stasiun Meteorologi Maritim Semarang, misalnya, meminta warga pesisir utara Kota Semarang, Demak, Batang, Pekalongan, Pemalang, dan Tegal mewaspadai banjir rob atau genangan air laut di daratan. Peringatan untuk 1-4 Januari 2018.
Namun, belum ada laporan banjir rob di pesisir Indonesia. “Kita perlu waspada dua hari ke depan, terutama di daerah berpotensi hujan lebat,” ucapnya.
Peneliti cuaca ekstrem BMKG, Siswanto, menambahkan, pengaruh supermoon di sejumlah daerah tak seragam, sesuai karakter pasang surut. Misalnya, di Pontianak, Kalimantan Barat, memiliki karakter pasang maksimum harian berfrekuensi rendah, seperti terjadi di Palembang. Itu menyebabkan pasang maksimum hariannya bertahan 4-5 hari.
“Di daerah dengan tipikal frekuensi rendah, pasangnya lebih tinggi daripada pantai dengan frekuensi tinggi. Selisihnya sampai dua meter,” kata Siswanto.
Dampak pasang maksimum tak selalu berupa banjir rob. Itu tergantung riwayat banjir rob dan pasang naik di area tersebut. “Berapa ambang batas minimal pasang yang berdampak rob harus jadi acuannya,” ungkapnya.
Di Semarang, misalnya, tinggi pasang 120 cm bisa memicu banjir rob. Di Surabaya, banjir rob akan terjadi jika pasang 140 cm. “Untuk pantai seperti Makassar, kemungkinan supermoon kali ini tak berdampak, tetapi wilayah lain bisa terdampak,” katanya.
Menurut Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Pontianak Danu Triatmoko, ketinggian pasang laut di Pontianak, Selasa sore, 139 cm dari rata-rata tinggi muka air laut biasanya. Itu lebih rendah dibandingkan saat supermoon, 9 Desember lalu, 268 cm. (AIK)
Sumber: Kompas, 3 Januari 2018