Otoritas berwenang Mali, Sabtu (25/10), berusaha menenangkan kekhawatiran publik atas kemungkinan penyebaran virus ebola. Warga panik karena telah jatuh korban tewas pertama akibat ebola, yakni seorang bayi yang semula naik bus sejauh 1.000 kilometer untuk mencari pengobatan.
Puluhan orang menumpang bus bersama bayi berumur dua tahun itu. Otoritas Mali pun mengonfirmasi kematian anak perempuan itu akibat terjangkit virus ebola. Pemerintah mulai panik karena bakal repot mengidentifikasi orang-orang yang telah menumpang satu bus dengan korban.
Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita mengatakan, untuk mengurangi kekhawatiran atas wabah ebola, otoritas terkait melakukan berbagai upaya. ”Kami melakukan segala sesuatu untuk mencegah kepanikan itu,” katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Anak balita perempuan yang dilaporkan tertular penyakit paling mematikan abad ini tewas pada Jumat. Kini, petugas kesehatan berpacu dengan waktu untuk melacak orang-orang yang berpotensi pernah melakukan kontak atau duduk dekat dengan anak itu agar virus tersebut tidak menyebar ke seluruh pelosok Mali.
”Dalam momen sedih ini, pemerintah ingin menyampaikan rasa duka yang dalam kepada keluarga dan mengingatkan warga agar tetap memperhatikan kebersihan karena itu tetap menjadi cara terbaik agar terhindar dari penyakit ini,” ujar Keita.
Darurat
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan situasi di Mali dalam keadaan ”darurat”. Selain ada kemungkinan besar bahwa orang-orang yang satu bus dengan bayi itu tertular, nenek bayi tersebut sudah menunjukkan gejala penyakit yang sama, yang berarti dia juga sudah tertular.
Dilaporkan, sang bayi dan neneknya melakukan perjalanan panjang lebih kurang 24 jam. Mereka pergi setelah pemakaman ibu si bayi di Guinea, salah satu negara yang terkena dampak terparah virus ebola.
Menurut WHO, mereka bertolak dari Keweni di Guinea dengan singgah di kota Kankan, Sigouri, dan Kouremale menuju Bamako, ibu kota Mali, untuk pengobatan. Mereka istirahat di Bamako dua jam, lalu ke Rumah Sakit Kayes di Mali barat daya untuk diobati di sana, tetapi tak tertolong.
WHO mengatakan, telah terjadi pendarahan dari hidung sejak anak dan nenek tersebut di Guinea. Hal itu berarti besar kemungkinan sang bayi telah menyebarkan penyakit selama perjalanan hingga ke Mali. Virus ebola terjangkit melalui cairan tubuh, bukan lewat udara.
Pejabat Mali menyatakan, gejala yang dialami anak balita itu saat dalam perjalanan adalah hal yang paling membuat mereka khawatir. Ini karena di dalam bus ada banyak orang sehingga kemungkinan penyakit itu menular ke orang lain lebih besar.
Otoritas kesehatan Mali telah mengobservasi 43 orang. Namun, seorang pejabat berwenang lain di Mali yang tidak ingin disebut namanya mengatakan, ada sedikitnya 300 orang yang melakukan kontak dengan anak balita itu.
Mali menjadi negara keenam di Afrika Barat yang tercatat memiliki pasien ebola atau negara kedelapan di dunia. Dalam laporan terbaru WHO disebutkan, wabah terburuk ebola menewaskan 4.922 orang, sebagian besar warga Guinea, Liberia, dan Sierra Leone. Kesuksesan Nigeria dan Senegal dalam mengatasi wabah ebola harus menjadi pelajaran penting yang diikuti.
Begitu juga dengan kesuksesan Spanyol dan AS dalam merawat pasien yang tertular ebola. Langkah yang paling penting, menurut WHO, adalah mengisolasi segera penderita. Para dokter dan paramedis juga harus mematuhi prosedur atau protokol perawatan pasien, antara lain harus mengenakan sarung tangan, jas penutup seluruh tubuh, dan masker serta mencuci tangan.
Beberapa sumber diplomatik khawatir akan kemampuan Mali mengatasi penyebaran ebola. (AFP/AP/REUTERS/CAL)
Sumber: Kompas, 26 Oktober 2014