Pemerintah terus mendorong agar usaha mikro, kecil, dan menengah dapat merambah ke dunia daring untuk meningkatkan produk domestik bruto. Targetnya, 8 juta UMKM merambah daring pada tahun 2020. Namun, kendalanya sebagian UMKM belum mampu memenuhi pesanan dalam jumlah besar setelah merambah ke daring.
Direktur Pemberdayaan Industri Informatika dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Septriana Tangkary menuturkan, saat ini di Indonesia ada sekitar 56 juta pelaku UMKM dengan menghasilkan lebih dari 90 juta pekerja. Berdasarkan data Kominfo saat ini, baru sekitar 4,6 juta UMKM yang telah merambah ke dunia daring.
”UMKM adalah tulang punggung Indonesia dengan kontribusi mencapai 60 persen PDB nasional. Berdasarkan data, setiap UMKM yang merambah ke daring akan mencapai pertumbuhan sebesar dua kali lipat,” ungkap Septriana dalam acara diskusi Pemanfaatan Teknologi Digital untuk UMKM di Indonesia yang diselenggarakan di BNI Life Tower, Jakarta Pusat, Kamis (14/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
UMKM adalah tulang punggung Indonesia dengan kontribusi mencapai 60 persen produk domestik bruto nasional. Berdasarkan data, setiap UMKM yang merambah ke daring akan mencapai pertumbuhan dua kali lipat.
Dengan tingkat kontribusi ke PDB nasional, setiap 10 persen UMKM yang menjadi UMKM digital akan menambah kontribusi minimal 5 persen PDB nasional per tahun.
”Pada tahun 2020, Indonesia diharapkan menjadi negara dengan ekonomi digital terbesar di wilayah Asia dengan estimasi transaksi e-dagang mencapai Rp 1.700 triliun,” kata Septriana.
Ia menuturkan, saat ini transaksi e-dagang mengalami pertumbuhan yang signifikan. Pada 2014, tercatat jumlah transaksi sebesar Rp 104 triliun dan pada 2016 sebesar Rp 261 triliun. Selain itu, potensi financial technology pada 2016 di Indonesia sebesar Rp 190 triliun.
Pada tahun 2020, Indonesia diharapkan menjadi negara dengan ekonomi digital terbesar di wilayah Asia dengan estimasi transaksi e-dagang mencapai Rp 1.700 triliun.
”Melihat penetrasi pengguna internet di Indonesia saat ini yang mencapai 132,7 juta pengguna di Indonesia, seharusnya UMKM dapat melihat peluang daring ini,” kata Septriana.
Berdasarkan data yang diolah Kominfo, dari total UMKM di Indonesia pada tahun 2016, sebanyak 9 persen telah menggunakan internet secara serius untuk menjual produknya. Kemudian, 18 persen menggunakan intenet tingkat menengah, 37 persen menggunakan internet tingkat dasar. Sementara pelaku UMKM yang belum sama sekali menyentuh internet sebesar 36 persen.
”Oleh karena itu, Kominfo berusaha untuk melakukan pemerataan internet ke sejumlah daerah di Indonesia. Salah satunya dengan program Palapa Ring Projects,” ungkap Septriana.
Palapa Ring Projects ini merupakan program dari Kominfo untuk proyek infrastruktur telekomunikasi berupa pembangunan serat optik di seluruh Indonesia sepanjang 36.000 kilometer. Pembangunan jaringan serat optik nasional yang akan menjangkau 440 kota/kabupaten di seluruh Indonesia.
”Selain itu, ada juga program untuk memberikan domain dan hosting kepada UMKM secara gratis selama satu tahun dengan target 20.000 website,” ungkap Septriani.
CEO Tokopedia Leontinus Alpha Edison menjelaskan, saat ini sudah ada sekitar 2,5 juta UMKM yang berpartisipasi di Tokopedia. Menurut dia, jumlah ini akan terus bertambah seiring perkembangan dunia digital.
Saat ini sudah ada sekitar 2,5 juta UMKM yang berpartisipasi di Tokopedia. Jumlah ini akan terus bertambah seiring perkembangan dunia digital.
”Saat ini, UMKM terbanyak masih berasal dari kota-kota besar di Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Harus diakui, kota-kota besar di daerah ini memiliki jaringan internet dan infrastruktur yang sudah baik,” kata Leontinus.
Leontinus menjelaskan, e-dagang memiliki peran untuk mendorong UMKM untuk semakin mendorong potensi usaha di daerahnya. Kemudian, dengan bergabung dengan e-dagang, maka kebutuhan logistik dan distribusi barang jadi lebih mudah dan terakomodasi. Selain itu, Leon menjelaskan, UMKM sudah seharusnya mulai memperhatikan gerakan pembayaran nontunai yang digadang oleh pemerintah.
Director of Consumer Business BNI Anggoro Eko Cahyo memaparkan, perbankan juga memiliki peran untuk mendorong UMKM dalam merambah ke dunia digital. Pemberdayaan UMKM tersebut meliputi pelatihan penggunaan daring, serta permudahan Kredit Usaha Rakyat bagi mereka yang butuh modal tambahan untuk menambah produksi.
Masalah UMKM
Septriana menjelaskan, saat ini kendala yang dihadapi pelaku UMKM adalah belum mampu memenuhi pesanan dalam jumlah banyak ketika masuk ke dunia digital. ”Hal tersebut karena keterbatasan modal, kemudian keterbatasan teknologi untuk memproduksi barang,” kata Septriani.
Anggoro juga menuturkan, sebenarnya pelaku UMKM memiliki inovasi yang baik dari sisi produk, tetapi masih terkendala dalam sisi pengemasan barang yang kurang kreatif. Selain itu, Leon menjelaskan, terkadang UMKM masih belum bisa menjaga kualitas barang produksinya di saat terjadi pelonjakan permintaan produk.
”Selain itu, pelaku UMKM harus aktif membalas komentar pembeli yang ada di kolom komentar platform e-dagang untuk menunjukkan bahwa usahanya masih aktif dan merespons pembeli dengan cepat,” kata Leon.
Pelaku UMKM harus aktif membalas komentar pembeli di kolom komentar platform e-dagang untuk menunjukkan usahanya masih aktif dan merespons pembeli dengan cepat.
CEO Ranah Kopi Muadzin Jihad, salah satu pelaku UMKM, menjelaskan, saat ini usahanya masih memiliki pendapatan lebih besar daripada penjualan nondaring. Untuk penjualan daring, total pemasukannya baru 30 persen hingga 40 persen dari pemasukan keseluruhan.
”Kami menjual biji kopi masih dari café shop di daerah Depok dan itu masih menjadi pemasukan utama,” kata Muadzin.
Dalam usahanya merambah ke dunia digital, Muadzin menggunakan media sosial Instagram dan Facebook, serta ikut serta dalam beberapa platform e-dagang. Selain produk berkualitas, jika ingin merambah ke dunia digital, Muadzin menuturkan, pelaku UMKM harus memberikan konten yang kreatif ketika mengunggah produknya di media sosial. (DD05)
Sumber: Kompas, 14 Desember 2017