Udang Tawar Indikator Alami Mutu Sungai

- Editor

Senin, 27 Juli 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kondisi sungai yang buruk akibat pencemaran membuat hampir seluruh spesies udang air tawar tak bertahan. Ketiadaan udang di bagian sungai jadi indikator alami air tak bisa digunakan manusia untuk kebutuhan sehari-hari.

Itu terlihat dari studi “Biota Perairan dan Herpetofauna di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung dan Cisadane Kajian Hilangnya Keanekaragaman Hayati”, yang dibuat peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan dipublikasikan tahun 2009. “Di Sungai Ciliwung, misalnya, di bagian tengah hingga hilir, kami tak temukan satu pun jenis udang. Tandanya air di sana tak berkualitas bagi manusia,” kata peneliti karsinologi (mempelajari kepiting dan udang) LIPI sekaligus koordinator studi, Daisy Wowor, Selasa (21/7), di Bogor, Jabar.

0Catatan tahun 1890, ada 18 jenis krustasea (kepiting dan udang) asli di DAS Ciliwung. Laporan 2009, jumlah krustasea tinggal enam jenis atau hilang 66,7 persen. Dari enam jenis, tiga di antaranya jenis udang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sungai Ciliwung bersama Sungai Cisadane berawal dari kompleks pegunungan di selatan Bogor, di Pegunungan Gede-Pangrango dan Halimun-Salak. Di daerah hulu, masih ditemukan satu jenis udang, yaitu Macrobrachium pilimanus.

Setelah itu, Daisy menemukan udang M pilimanus, M sintangense (udang regang atau sintang), dan M lanchesteri di Bojong Baru hingga Pondok Cina, yakni bagian Ciliwung dengan arus tak terlalu deras. Di daerah hilir, mulai Condet hingga muara Ciliwung di Sunda Kelapa, Daisy sama sekali tak menemukan krustasea.

Jenis-jenis udang, kata Daisy, tak bisa hidup di air tercemar. Udang sangat sensitif kondisi kurang oksigen dan kelebihan amonia. Udang sangat cocok jadi indikator alami mutu sungai dibandingkan hewan air tawar lain.

Dibandingkan anggota kelompok krustasea lain, yaitu kepiting, udang rentan perubahan kualitas. Udang sepenuhnya di air.

Menurut peneliti ikan air tawar LIPI, Renny K Hadiaty, jenis ikan asli Ciliwung turun drastis. Laju kehilangan jenis ikan di sana tahun 2009 mencapai 92,5 persen dibandingkan jumlah jenis tahun 1910. Era 1910-an, ada 187 jenis ikan, sedangkan 2009 hanya diperoleh 20 jenis.

Jika pemerintah memang komitmen mengembalikan kualitas sungai jadi aman dikonsumsi, kata Daisy, pemerintah perlu membuat udang-udang dapat hidup di sungai. Jika udang bisa hidup, air boleh digunakan warga. (JOG)
———————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 Juli 2015, di halaman 14 dengan judul “Udang Tawar Indikator Alami Mutu Sungai”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB