Tren Kelimpahan Kerapu di Laut Menurun

- Editor

Senin, 19 Februari 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Keberadaan ikan kerapu di perairan laut makin turun. Penurunan ikan karang yang jadi alternatif sajian di saat merayakan Imlek ini patut diwaspadai karena juga menjadi salah satu indikator kesehatan ekosistem terumbu karang.

Pada laporan bertajuk ”Going, Going Gone: The Trade of Live Reef Food Fish” yang dirilis 6 Februari 2018 oleh Swire Institute of Marine Sciences, Universitas Hong Kong, ADM Capital Foundation, dan WWF Coral Triangle Program, menunjukkan spesies ikan karang yang umum ditangkap, seperti kerapu, bisa habis. Jadi, pemanfaatan tak terkontrol perlu dikurangi untuk mencegah itu terjadi.

Dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 50 Tahun 2017 tentang Estimasi Potensi, Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan, dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia menunjukkan 72,7 persen dari stok ikan karang Indonesia ada pada status fully exploited (tereksploitasi penuh) dan over exploited (tereksploitasi berlebihan). Indonesia adalah negara terbesar pengekspor ikan karang hidup ke China.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Peringatan ini senada dengan hasil kajian oleh Jaringan Kerja Reef Check Indonesia, yang melakukan survei bawah air dengan metode Reef Check di Indonesia. Survei untuk menghitung kelimpahan ikan karang jenis kerapu ukuran dewasa menunjukkan, ada penurunan penangkapan.

Pada 1999-2017, kelimpahan ikan karang turun dari 760 ekor per hektar (1999) jadi 200 ekor per ha (2017). ”Penurunan kelimpahan ini menunjukkan penangkapan ikan karang melebihi daya dukung alam,” kata Derta Prabuning, Direktur Yayasan Reef Check Indonesia, Kamis (15/2), di Jakarta.

Ikan karang hidup konsumsi (Live Reef Food Fish/LRFF) termasuk produk idola perdagangan ekspor ke pasar China amat menguntungkan. Laporan Going, Going Gone: The Trade of Live Reef Food Fish menyebut, nilai perdagangan LRFF legal saat ini hampir sepertiga dari tangkapan tuna dari kawasan Pasifik Tengah dan Barat. Setiap tahun volume perdagangan ikan karang lewat Hong Kong 20.000–30.000 metrik ton senilai lebih dari 1 miliar dollar AS.

Abdullah Habibi, Manajer Perbaikan Perikanan Tangkap dan Budidaya WWF Indonesia berharap konsumen mendukung keberlanjutan stok perikanan. Pihaknya menyediakan informasi jenis dan status ikan lewat aplikasi Seafood Advisor. (ICH)

Sumber: Kompas, 19 Februari 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 12 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB