Publik Jakarta punya segudang usulan untuk menyiasati masalah kotanya. Jakarta Urban Challenge, kompetisi untuk mencari solusi masalah mobilitas dan kemacetan Jakarta, bisa jadi indikatornya. Hingga pendaftaran ditutup 8 Mei 2015, sebanyak 226 usulan masuk ke meja panitia.
Proposal dipilih berdasarkan tujuan mengatasi kemacetan, mengurangi emisi efek rumah kaca, mengurangi polusi udara, serta memperbaiki keamanan dan mobilitas warga Jakarta. Sejumlah juri internasional terlibat dalam penilaian, antara lain Ketua New Cities Foundation John Rossant serta peraih Nobel Perdamaian dan pendiri Grameen Bank Muhammad Yunus.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama berkesempatan menyerahkan hadiah kepada tiga pemenang pada penutupan New Cities Summit 2015 di Jakarta, Rabu (10/6). Mereka menerima hadiah total 20.000 dollar AS pada kompetisi yang diselenggarakan New Cities Foundation dan Connect4Climate itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Aplikasi mobil “Squee” yang dikembangkan Arlene Nathania dan kawan-kawan memenangi kompetisi itu. Squee menggabungkan pejalan kaki dan pesepeda bepergian bersama melewati rute yang lebih singkat dan bebas kendaraan bermotor melewati kampung-kampung perkotaan Jakarta.
Arlene mengatakan, Squee menggunakan pendekatan perkotaan Jakarta. Aplikasi ini menggabungkan kampung-kampung perkotaan dengan sistem transportasi yang awalnya terlihat tidak berkaitan.
Tim Squee percaya bahwa “jalan tikus” yang dibagi bisa menjadi alternatif bagi pejalan kaki dan pengguna sepeda menempuh rute lebih singkat. Aplikasi ini menjanjikan dapat meningkatkan aksesibilitas, kebebasan bergerak, dan nilai sosial.
Sementara gagasan “Jalan Aman” dipilih sebagai juara kedua. Aplikasi mobil ini fokus pada keamanan komuter perempuan. Aplikasi juga memungkinkan pengguna berbagi informasi mengenai lokasi mereka, melaporkan penyerangan, dan menyediakan informasi transportasi yang aman kepada pengguna lain.
“Hampir semua dari kita adalah wanita, dan proposal Jalan Aman disusun berdasarkan pengalaman pribadi ketika bepergian di jalan Jakarta yang menantang dan bahkan menakutkan,” kata Paulista Surjadi yang mewakili tim Jalan Aman.
Paulista berharap idenya dapat berkontribusi pada perbaikan mobilitas dengan memberikan solusi yang tepat sasaran, khususnya komuter perempuan sebagai kelompok komuter yang paling terkena dampak.
Gagasan lain disampaikan tim Cyclist Urban System (CUS) yang menawarkan rencana menciptakan “pusat pengendara sepeda” di Jakarta. Usulan tim ini terpilih sebagai pemenang ketiga dalam kompetisi tersebut.
Ucha Kautsar dari CUS mengatakan, usulannya memungkinkan pengendara sepeda dapat memarkir sepeda mereka, berganti pakaian, membeli minuman, memperbaiki sepeda mereka, mendapatkan pertolongan pertama dan informasi rute, serta menyewa sepeda.
“Selain berolahraga, kita sering bersepeda untuk menuju tempat tertentu. Kami percaya CUS dapat mendorong seseorang bersepeda jika kita bisa menyediakan akses mudah untuk fasilitas parkir sepeda, locker, dan kamar mandi untuk pesepeda,” kata Ucha.
Diundang gubernur
Kepada para pemenang, Basuki berjanji akan mengundang mereka untuk bertemu dan menelaah apakah usulan mereka bisa diaplikasikan di Jakarta. Dia menyatakan akan menerapkannya untuk membantu publik Jakarta jika terbukti efektif.
Beberapa peserta New Cities Summit mengapresiasi sejumlah finalis. Menurut Rossant, banyaknya proposal yang masuk menjadi indikasi bahwa Jakarta punya modal sumber daya manusia dan kreativitas untuk mengatasi masalahnya. Deden Rukmana, peserta dari Asosiasi Profesor dan Koordinator Studi Urban dan Program Perencanaan, menilai, teknologi informasi membantu para peserta menawarkan solusi bagi warga kotanya. Ide-ide positif perlu didengar dan dipertimbangkan pemerintah kota.(MUKHAMAD KURNIAWAN)
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 Juni 2015, di halaman 25 dengan judul “Tiga Usulan Menyiasati Kemacetan Ibu Kota Jakarta”.