Tiga kapal riset milik lembaga pemerintah bakal berangkat serentak untuk survei berbeda. Itu diharapkan mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim di bidang riset dan teknologi. Ahli-ahli dalam negeri juga diharapkan menguasai riset laut Indonesia yang kini lebih banyak diinisiasi asing agar menjamin manfaat bagi rakyat.
“Teknologi kemaritiman kami dorong untuk mewujudkan tol laut serta memperbanyak riset, antara lain bidang oseanografi dan geologi laut,” ujar Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhamad Nasir, saat jumpa pers di Jakarta, Kamis (6/8). Kapal berangkat saat puncak peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-20, 10 Agustus 2015, di Markas Komando Lintas Laut Militer TNI Angkatan Laut, Tanjung Priok.
Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek dan Dikti Muhammad Dimyati menjelaskan, kapal yang akan berangkat adalah Kapal Riset (KR) Baruna Jaya IV milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kapal Republik Indonesia (KRI) Rigel-933 milik TNI AL, dan KR Bawal Putih III milik Kementerian Kelautan dan Perikanan. “Inovasi sebagai salah satu soko guru daya saing akan terwujud jika dimulai dengan survei,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
KR Baruna Jaya IV akan menginisiasi survei potensi kelautan di area perairan Marine Techno Park di Penajam, Kalimantan Timur. Staf Ahli Menristek dan Dikti Bidang Relevansi dan Produktivitas Agus Puji Prasetyono mengatakan, Marine Techno ParkPenajam merupakan pusat riset kemaritiman berskala nasional dengan kedalaman laut, kondisi angin, dan kualitas garam yang cocok untuk penelitian.
Adapun KRI Rigel-933 akan survei di area antara Batam dan Singapura guna menajamkan data pemetaan bawah laut. KR Bawal Putih III melanjutkan riset stok ikan di wilayah pengelolaan perikanan Indonesia.
KRI Rigel-933 diklaim sebagai salah satu kapal tercanggih se-Asia produksi Perancis. Nasir meminta para ahli dalam negeri juga mempelajari teknologi tinggi pada kapal itu sehingga nantinya bisa mengembangkan sendiri.
Deputi Koordinasi Bidang Infrastruktur Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Ridwan Djamaluddin menuturkan, program riset itu sesuai target pemerintah memperbanyak pemanfaatan kapal riset dalam negeri, termasuk milik instansi pemerintah.
Saat ini, 60 persen riset besar, antara lain terumbu karang, laut dalam, dan potensi energi baru dan terbarukan, diajukan pihak asing. Ahli dalam negeri hanya terlibat dalam proses riset.
“Kami ingin sejak ide awal, riset, hingga pemanfaatan hasil dijalankan orang dalam negeri. Ini butuh keterpaduan semua pihak kemaritiman,” kata Ridwan. Ia mencontohkan, teori ahli menyebut, potensi perminyakan saat ini mengarah ke batuan lebih tua. Untuk membuktikan itu, perlu program survei.
Dimyati menambahkan, dalam Hakteknas ke-20, pemerintah juga mempromosikan tongkang ramah lingkungan AWB Elnusa Samudra 8, milik PT Elnusa. Kapal buatan dalam negeri, mulai perancangan hingga konstruksi. Perancangan tiga tahun lalu oleh galangan kapal di Batam, Kepulauan Riau. Biaya proyek 8,08 juta dollar AS (Rp 109 miliar dengan kurs Rp 13.500). (JOG)
—————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 Agustus 2015, di halaman 14 dengan judul “Tiga Kapal Riset Berangkat Serentak”.