Hasil riset peneliti di Spanyol menjumpai tubuh udang laut dalam setempat mengandung mikroplastik. Bila dibandingkan riset di tahun 2007, komposisi dominasi jenis plastik berubah dari polimer akrilik ke poliester.
Tiga dari empat udang laut dalam (Aristeus antennatus) di Laut Mediterania tercemar plastik mikro. Cemaran ini terutama disimpan di saluran pencernaan di sekitar kepala udang. Sumber: Environmental Pollution (2020)
Tiga dari empat udang laut dalam (Aristeus antennatus) di Laut Mediterania tercemar plastik mikro. Cemaran ini terutama disimpan di saluran pencernaan di sekitar kepala udang. Sumber: Environmental Pollution (2020)
Tiga dari empat udang laut dalam dari Laut Mediterania yang dianalisis peneliti telah mengandung serat plastik atau mikroplastik di saluran pencernaannya. Biota laut yang telah tercemar mikroplastik ini dinilai masih aman dikonsumsi meski hingga kini dampak konsumsi biota mengandung mikroplastik bagi kesehatan manusia masih diperdebatkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kajian tentang tingginya cemaran mikroplastik atau plastik berukuran kurang dari 5 milimeter, pada udang laut dalam (Aristeus antennatus) di Laut Mediterania ini dilakukan oleh peneliti dari Universitat Autònoma de Barcelona, Spanyol. Mereka juga mengkaji dampak cemaran ini terhadap kesehatan hewan dan keamanan konsumsinya pada manusia. Hasil kajian dipublikasikan di jurnal Environmental Pollution pada Selasa (21/7/2020).
Penelitian dilakukan di tiga zona penangkapan ikan di lepas pantai Girona, Barcelona, dan Delta de l’Ebre di Tarragona, selama tahun 2017 dan 2018. Beberapa sampel ini, seperti yang dari Barcelona, dibandingkan dengan sampel lain yang diambil lebih dari 10 tahun yang lalu, untuk menetapkan perubahan konsentrasi mikroplastik dalam periode sepuluh tahun.
Hasilnya, tiga dari setiap empat udang yang dianalisis mengandung serat plastik di saluran pencernaannya, dan separuhnya menyimpannya dalam bentuk bola serat di bagian sekitar kepala. Dalam salah satu sampel, udang yang diambil dari lepas pantai Barcelona memiliki kandungan serat sintetis hingga 30 kali lebih banyak daripada yang diambil dari zona penangkapan ikan lainnya.
Namun, ketika hasil tahun 2007 dibandingkan dengan tahun 2017 dan 2018, tidak ada peningkatan yang jelas dalam jumlah serat ini. Perubahan lebih pada komposisinya, yaitu terjadi pengurangan kehadiran polimer akrilik dan peningkatan poliester, sesuai dengan perubahan yang terlihat dalam kebiasaan konsumsi selama periode tersebut.
Berkenaan dengan efek serat buatan ini, penelitian menunjukkan bahwa udang dengan bola serat berukuran besar di pencernaannya masih dalam kondisi sehat. Tidak ada perubahan histopatologis pada jaringan yang diamati, bahkan pada kutikula atau epitel pencernaan yang bersentuhan langsung dengan serat buatan itu.
“Udang mungkin menyingkirkan semua serat buatan yang mereka telan dan menumpuknya sebagaimana mereka membentuk exoskeleton. Ini bisa menjelaskan mengapa meskipun banyak serat telah ditemukan pada beberapa udang, mereka masih menunjukkan tanda-tanda sehat,” sebut biolog Ester Carreras, penulis kajian ini, dalam keterangan pers.
Kesehatan manusia
Sedangkan terkait dengan kesehatan manusia, para peneliti menilai, udang yang telah tercemar mikroplastik ini belum pada tingkat membahayakan jika dikosumsi. Disebutkan, jumlah mikroplastik yang bisa tertelan saat manusia mengonsumsi udang masih sangat kecil dibandingkan dengan jumlah serat yang masuk ke tubuh kita melalui cara lain.
Mikroplastik, menurut Carreras, bisa tertelan saat menggunakan kemasan plastik. Serat sintetis dari pakaian dan juga yang beterbangan bersama debu juga bisa berakhir di piring.
Carreras mengacu pada penelitian yang dilakukan di Inggris, yang memperkirakan seseorang dapat menelan sekitar 14.000-68.000 partikel mikroplastik dari debu dan udara setiap tahunnya. Jumlah ini jauh lebih besar daripada rata-rata 22 serat yang diidentifikasi dalam udang, apalagi lebih dari 90 persen serat tersebut ditemukan di saluran pencernaan di sekitar kepala hewan ini yang biasanya tidak dikonsumsi.
Namun demikian, kajian oleh Madeleine Smith dari Johns Hopkins University, Amerika Serikat dan tim yang dipublikasikan di jurnal Current Environmental Health Reports pada Agustus 2018 menyebutkan, kerang dan hewan laut lain yang telah tercemar mikroplastik memiliki potensi buruk bagi kesehatan. Kemungkinan toksisitas ini tergantung pada dosis, jenis polimer, ukuran, kimia permukaan, dan hidrofobik.
Smith menyarankan dilakukan identifikasi spesies dengan risiko yang lebih rendah, metode produksi, atau wilayah, dan interaksi mikroplastik dengan nutrisi dan berbagai metode pengolahan dan pemasakan makanan laut. Dia mengusulkan agar dilakukan kajian toksikokinetik dan toksisitas mikroplastik serta senyawa kimia yang terkait, untuk menentukan efek saluran gastrointestinal lokal pada hewan dan manusia.
Oleh AHMAD ARIF
Editor: ICHWAN SUSANTO
Sumber: Kompas, 23 Juli 2020