Sebanyak 13 Proyek Telah Digenapi
Tiga kontrak pembangunan bendungan ditandatangani, Selasa (24/11), di Jakarta. Ketiganya adalah Bendungan Sindang Heula di Banten, Bendungan Bintang Bano di Nusa Tenggara Barat, dan Bendungan Rotiklot di Nusa Tenggara Timur. Ketiganya melengkapi 10 bendungan yang dibangun pada tahun ini.
Penandatanganan kontrak pembangunan dilakukan antara pemerintah dan penyedia jasa konstruksi dan pengawas. Melalui penandatanganan tersebut, proyek tahun jamak tersebut mulai dikerjakan. “Kami minta agar konstruksi dikerjakan selama tujuh hari kerja dalam seminggu dengan dua kali pergantian kerja (shift). Dalam satu bulan setelah ditandatangani, sudah harus ada alat berat yang masuk,” kata Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Mudjiadi saat penandatanganan kontrak.
Nilai konstruksi Bendungan Sindang Heula sebesar Rp 427,3 miliar dengan nilai konsultasi supervisi Rp 23,7 miliar. Bendungan yang direncanakan berkapasitas 9,258 juta meter kubik itu dapat mengairi 1.200 hektar sawah dan sumber air baku untuk Kota dan Kabupaten Serang sebesar 800 liter per detik. Konstruksi direncanakan selama 38 bulan atau selesai pada 2018.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Beralih ke timur, Bendungan Bintang Bano menelan biaya konstruksi sebesar Rp 667,7 miliar dan biaya konstruksi lubang air (spillway) Rp 222,9 miliar. Dengan volume tampungan 54,63 juta meter kubik, bendungan itu dapat menyuplai kebutuhan air irigasi seluas 2.493 hektar, penyediaan air baku 555 liter per detik, dan pembangkit listrik 2 x 4,1 megawatt (MW). Direncanakan, pembangunannya akan memakan waktu 52 bulan atau hingga 2019.
Di NTT, konstruksi Bendungan Rotiklot menelan biaya Rp 470,5 miliar dengan nilai konsultasi supervisi Rp 21,9 miliar. Bendungan berkapasitas 2,9 juta meter kubik itu dapat mengairi sawah irigasi 500 ha dan menyuplai air baku 50 liter per detik. Menurut rencana, proses konstruksi memakan waktu 37 bulan atau hingga 2018. Selain ketiga bendungan, ditandatangani pula kontrak proyek pengerukan dan pengendalian sedimen Danau Limboto, Gorontalo, senilai Rp 228 miliar dan nilai konsultasi supervisi Rp 7 miliar.
Mudjiadi menyatakan, dengan ditandatangani tiga bendungan itu, berarti 13 bendungan yang direncanakan pemerintah untuk dibangun tahun ini telah digenapi. Total nilai pembangunan ketiga belas bendungan tersebut sebesar Rp 9,239 triliun. Ketiga belas bendungan tersebut menambah 209 bendungan yang saat ini sudah ada dengan volume tampungan 12,56 miliar kubik.
Segera ke lapangan
Mudjiadi meminta pihak konsultan segera ke lapangan untuk mencocokkan dengan desain yang sudah dibuat. Selain itu, Mudjiadi meminta agar setiap kontraktor memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja. Jika sampai terjadi kasus pekerja meninggal, manajer proyek, pemimpin tim, dan pejabat pembuat komitmen akan dinonaktifkan selama dua tahun. “Untuk kebersihan hanya ada dua contoh, yakni proyek MRT dan proyek sodetan Ciliwung,” katanya.
Untuk tahun anggaran 2016, Mudjiadi meminta penyedia jasa konstruksi dan konsultan untuk segera bersiap mengikuti tender karena pihaknya akan segera melakukan lelang dini. Ditargetkan, hingga akhir Desember, sekitar 70 persen dari sekitar 3.500 paket proyek 2016 di Ditjen SDA sudah dilelang sehingga pada Januari, realisasi penyerapan anggaran minimal 5 persen dari anggaran sekitar Rp 30 triliun.
Direktur Utama PT Brantas Abipraya Bambang E Marsono, yang mewakili penyedia jasa, berkomitmen untuk menjalankan kewajiban sesuai yang tertuang di dalam kontrak. (NAD)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 25 November 2015, di halaman 19 dengan judul “Tiga Bendungan Mulai Dibangun”.