Keanekaragaman hayati Indonesia menarik Swedia untuk memasuki jalur riset dan mendirikan perguruan tinggi. Kerja sama itu diharapkan menjadi solusi atas berbagai masalah penyakit, pangan, teknologi, dan sebagainya.
”Indonesia adalah negara yang luar biasa besar dan memiliki biodiversitas sangat tinggi. Sementara Swedia adalah negara kecil, tetapi kaya inovasi. Penting bagi kami untuk bekerja sama dengan Indonesia,” kata Ewa Polano, Duta Besar Swedia untuk Indonesia dan Timor Leste, Selasa (6/5), di Jakarta.
Saat ini, antara Indonesia dan Swedia sepakat membangun kampus Indonesia International Institute for Life Sciences (I3L), di Pulo Mas, Jakarta. Inaugurasi kampus serta peluncuran kegiatan Innovative Sweden 2014 digelar di kampus tersebut sejak Senin lalu hingga 30 September 2014.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Lambang I3L berupa triple helix yang menggambarkan kesatuan kerja antara pemerintah, pebisnis, dan akademisi. Konsep tersebut, kata Polano, berhasil mengentaskan Swedia dari stigma negara miskin di Eropa pada beberapa tahun lalu menjadi negara dengan tingkat kemakmuran tinggi saat ini.
”Swedia menjadi top brand dalam indeks inovasi global dan entrepreneurship. Indeks itu mendukung pemasukan 3,6 persen dari GNP (produk nasional bruto). Indonesia di bawah Swedia, sekitar 1 persen, tetapi punya ambisi untuk naik,” kata Polano yang disambut tawa para pengunjung inaugurasi.
Niclas Adler, Presiden I3L, mengatakan, potensi besar penopang Indonesia menjadi negara maju adalah mengembangkan inovasi pada biodiversitasnya. ”Kekayaan hayati ini belum terungkap. Ke depan, harus banyak inovasi dari Indonesia dan ini bisa dipercepat melalui kerja sama, seperti dilakukan sekarang ini,” ujarnya.
Ia mengatakan berbagai inovasi dan riset ini akan sangat berdampak ketika diimplementasikan dalam bisnis/ekonomi. Oleh karena itu, I3L akan melibatkan para peneliti dan pengajar dari Karolinska Medical University dan Swedish University of Agricultural Sciences dari Swedia.
Daya saing
Sementara itu Angelique Aryanto, salah satu pendiri I3L dari Indonesia, mengharapkan perguruan tinggi baru itu turut memperkuat daya saing Indonesia. ”Pendidikan tinggi I3L tidak hanya menghasilkan murid dengan pengetahuan luas dan keterampilan riset di bidang life sciences yang berkualitas tinggi, tetapi juga pengertian akan rumitnya persaingan life sciences global yang muncul,” ungkap dia.
Institusi I3L akan mulai beroperasi setelah mendapat izin dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kampus tersebut sudah siap menawarkan program studi S-1 Food Science, Food Technology, Bio Medicine, Bio Technology, Bio Informatics, dan Bio Enterpreneurship. (ICH)
Sumber: Kompas, 7 Mei 2014