Terapi Kanker dengan ECVT Mendunia

- Editor

Jumat, 21 Agustus 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sistem pemindai berbasis medan listrik statis yang disebut electrical capacitance volume tomography atau ECVT yang ditemukan dan diaplikasikan Warsito Purwo Taruno kini telah digunakan di Amerika, Eropa, dan Asia. Ironisnya, terapi kanker yang masih dianggap kontroversial di Indonesia itu justru telah digunakan di tingkat klinis di Jepang, Jerman, dan Polandia.

Hal ini disampaikan Warsito seusai acara penganugerahan Bacharuddin Jusuf Habibie Technology Award (BJHTA) 2015 oleh Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Unggul Priyanto di Jakarta, Kamis (20/8). Penganugerahan ke-8 BJHTA ini antara lain dihadiri BJ Habibie, Jaya Suprana, Staf Khusus Menteri ESDM Said Didu, dan mantan Dirjen Telematika Kementerian Kominfo Ashwin Sasongko.

Di Jepang, Saisei Mirai Clinics sejak Desember 2014 menerapkan ECVT di kliniknya yang berada di Kyoto, Osaka, dan Kobe untuk terapi kanker. Selain itu, Klinik Weber dan Pusat Onkologi di Donawerg Jerman, serta Klinik Dr Norbert, spesialis onkologi di Polandia, juga telah menerapkan alat tersebut berbasis pelayanan medis.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Di Jepang dan negara maju lainnya, alternatif terapi kanker ini diterima masyarakat karena mereka telah mengenal terapi berbasis laser lebih baik daripada yang konvensional. “Sistem laser menggunakan energi penyinaran beberapa ratus volt. Adapun ECVT hanya menggunakan gelombang elektro statis yang berdaya 15 volt,” kata Warsito.

Di Jerman, Jepang, Kanada, dan Amerika Serikat, ada ketentuan alat terapi yang berdaya di bawah 50 volt bebas diterapkan pada manusia. Hal inilah yang menyebabkan ECVT dapat diterima di negara maju ini.

Pemanfaatan luas
Dalam sambutannya, Unggul mengatakan, Warsito terpilih di antara 16 inventor dan inovator yang diajukan berbagai lembaga dan perusahaan melalui situs web BPPT pada Mei hingga Juni.

“Penghargaan ini diberikan kepada pelaku teknologi yang berjasa kepada bangsa dan negara dalam berinovasi dan berkreasi menghasilkan karya nyata di bidang teknologi,” ujarnya.

Warsito adalah penerima beasiswa OFP3 yang dikelola BPPT untuk menempuh pendidikan S-1 di Jepang. Program postdoktoralnya dijalani selama tujuh tahun di Amerika Serikat. (YUN)
———————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 Agustus 2015, di halaman 14 dengan judul “Terapi Kanker dengan ECVT Mendunia”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB