Di Indonesia Lebih Banyak pada Riset Klinis
Pilihan terapi penyakit diabetes melitus pada masa depan akan memanfaatkan penanda genetik pada pasien. Pengobatan bagi pasien diabetes diharapkan bisa lebih efektif. Selama ini, pengobatan diabetes dinilai rumit karena diabetes amat terkait dengan kelainan fungsi banyak organ dalam tubuh atau patofisiologis.
Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Sidartawan Soegondo menyatakan hal itu pada Jakarta Diabetes Meeting (JDM) 2014, di Jakarta, Minggu (21/12).
Sidartawan mengatakan, riset untuk mengungkap penanda genetik pada pasien diabetes sudah ada yang masuk fase tiga atau uji coba pada manusia. Namun, ada juga yang masih fase dua atau bahkan pembentukan hipotesis. Penelitian penanda genetik itu merupakan riset sains dasar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Penelitian penanda genetika itu diharapkan bisa memprediksi risiko diabetes seseorang berikut kemungkinan komplikasi yang muncul hanya dengan melihat struktur genetikanya. Jadi, dokter bisa memberi terapi yang sesuai,” kata Sidartawan.
Riset penanda genetika dalam terapi diabetes banyak dilakukan peneliti di negara maju yang punya dana riset besar. Di Indonesia, riset di perguruan tinggi lebih banyak pada riset klinis daripada sains dasar.
Diabetes melitus ditandai dengan tingginya kadar gula darah. Penyebabnya, gangguan sekresi insulin, gangguan kerja insulin, ataupun gangguan sekresi sekaligus kerja insulin. Tubuh pasien diabetes tak bisa memproduksi atau merespons hormon insulin yang dihasilkan organ pankreas.
Staf pengajar Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI yang juga Ketua Panitia JDM 2014 Dante Saksono Herbuwono mengatakan, penanganan diabetes yang rumit kerap menyebabkan pasien mengonsumsi banyak obat. Tidak hanya kadar gula darah yang dikendalikan, tetapi juga komplikasi dan penyakit penyerta. Menurut Sidartawan, alur pelayanan kesehatan terbaru penanganan diabetes adalah ginjal sebagai target intervensi. Fungsi ginjal yang menyerap gula yang dibuang tubuh memengaruhi kadar gula darah. (ADH)
Sumber: Kompas, 22 Desember 2014