Jumlah tenaga kesehatan yang tertular dan meninggal akibat Covid-19 terus bertambah. Selain faktor kelelahan, keterbatasan alat pelindung diri juga menjadi penyebab kerentanan terinfeksi virus korona tipe baru tersebut.
Seiring dengan peningkatan kasus Covid-19 secara nasional, jumlah tenaga kesehatan yang tertular dan meninggal dunia terus bertambah. Pemerintah diminta memperketat pembatasan dengan sanksi yang tegas dan masyarakat agar menaati protokol kesehatan.
Menurut data Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dokter yang meninggal karena Covid-19 atau penyakit yang disebabkan virus korona tipe baru, baik dengan status sudah keluar hasil tes maupun dengan status pasien dalam pengawasan (PDP), telah mencapai 61 orang hingga Minggu (12/7/2020).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Untuk hari Minggu ini saja ada empat dokter yang meninggal dunia, masing-masing satu di Surabaya, Gresik, Lamongan, dan Labuhanbatu Utara (Sumatera Utara),” kata Halik Malik dari bagian Humas IDI.
Menurut Halik, salah satu korban meninggal pada Minggu adalah dokter berusia 29 tahun yang bertugas di Labuhanbatu Utara. Dokter tersebut meninggal dalam perawatan di Medan. ”Info yang kami peroleh, almarhumah dalam kondisi hamil delapan bulan,” tuturnya.
Untuk dokter yang meninggal di Lamongan, menurut Halik, sehari sebelumnya istri yang bersangkutan lebih dulu meninggal dunia. Fenomena meninggalnya satu keluarga tenaga kesehatan sebelumnya juga telah terjadi, seperti dialami satu dokter di Madura dan kedua orangtuanya yang perawat, sedangkan di Semarang dialami dua dokter kakak beradik.
Sementara itu, jumlah perawat yang meninggal dunia diduga karena Covid-19, menurut Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadhilah, telah mencapai 39 orang. Sebagian besar perawat yang meninggal ini dengan status PDP yang berarti belum sempat dites atau belum keluar hasil tesnya. ”Masih ada perawat lain yang meninggal, tetapi masih diinvestigasi apakah akibat Covid-19 atau tidak,” ujarnya.
—-Sebanyak 39 perawat telah meninggal dunia terkait Covid-19. Sebagian di antaranya meninggal dengan status pasien dalam pengawasan karena keterlambatan pemeriksaan. Sumber: DPP PPNI
Belum terlindungi
Faktor kelelahan dan alat pelindung diri masih menjadi masalah yang dialami tenaga medis. ”Banyak tenaga kesehatan terpapar dari pasien, terutama karena banyaknya kasus orang tanpa gejala yang periksa dengan keluhan lain. Di sisi lain, petugas kesehatan tidak cukup terlindungi dan sering terlambat diperiksa sehingga terlambat mendapat penanganan,” kata Halik.
Tri Maharani, dokter emergensi dari Kediri, Jawa Timur, yang baru sembuh dari Covid-19, mengatakan, pemeriksaan tes reaksi berantai polimerase (PCR) masih sulit diperoleh para tenaga kesehatan di daerah. Dari pengalamannya, Tri harus melakukan pemeriksaan di luar kota.
”Harus ada pemeriksaan dengan PCR secara berkala untuk semua tenaga kesehatan yang menangani pasien Covid-19 dan melakukan tindakan berisiko. Jangan lagi pakai tes cepat antibodi karena itu membuat terlambat ditangani,” tuturnya.
Selain itu, menurut Tri Maharani, para tenaga kesehatan membutuhkan jaminan asuransi, selain dukungan sosial dari masyarakat ataupun rumah sakitnya jika akhirnya mereka positif dan dirawat. ”Dari pengalaman saya, banyak yang justru mendapatkan stigma setelah positif. Bahkan, setelah sembuh juga masih distigma,” katanya.
Sekalipun ketersediaan APD sudah membaik dibandingkan dengan beberapa bulan lalu, menurut Tri Maharani dan Halik, masih banyak tenaga kesehatan yang kekurangan APD.
”Sistem pemenuhan kebutuhan APD ini harus dibenahi agar tersedia di setiap fasilitas kesehatan secara menerus. Kami dengar pemerintah sudah alokasikan bantuan dalam jumlah besar, tapi masih terkendala dalam distribusi ke fasilitas kesehatan,” kata Halik.
Di Solo, 25 tenaga kesehatan dan peserta didik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) yang ditugaskan di Rumah Sakit Moewardi diketahui telah positif Covid-19. ”Termasuk yang positif ini dosen dan peserta didik kami. Mereka saat ini sudah diisolasi di RS UNS. Selanjutnya, akan dilakukan penanganan sesuai dengan prosedur,” kata juru bicara Satuan Tugas Covid-19 RS UNS, Tonang Dwi Ardyanto.
Tonang mengaku tidak mengetahui penyebab mereka tertular. Namun, saat ini para tenaga kesehatan telah berada dalam kondisi kelelahan karena jumlah pasien Covid-19 terus bertambah. ”Teman-teman tenaga kesehatan sudah kerja keras sekali. Berdarah-darah. Faktor kelelahan ini akan menurunkan daya tahan tubuh. Sementara masyarakat sudah seperti normal,” katanya.
Oleh karena itu, Tonang berharap masyarakat menaati protokol kesehatan karena kasus penularan, secara nasional ataupun di Jawa Tengah, terus meningkat. ”Tes mulai meningkat, tapi kasus penularan juga meningkat. Masyarakat harus menyadari risiko ini saat kembali beraktivitas sehingga lebih hati-hati,” ungkapnya.
OlehAHMAD ARIF
EditorEVY RACHMAWATI
Sumber: Kompas, 13 Juli 2020