Makan tempe ternyata amat bermanfaat bagi kesehatan. Kandungan mikroorganisme probiotik dalam tempe mendorong pembentukan imunoglobulin A. Bakteri kebal utama itu melindungi saluran pencernaan dari mikroba dan virus penyakit.
Selain itu, makan tempe juga membantu mengurangi berat badan karena bahan pangan tersebut berperan sebagai suplemen diet. Produksi imunoglobulin A (IgA) secara teratur menghabiskan energi sehingga membantu mengurangi berat badan.
Susan Soka memaparkan hal itu saat mempertahankan disertasinya dalam ujian terbuka doktoral di Institut Pertanian Bogor, Kamis (27/11). Disertasinya berjudul ”Pengaruh Suplementasi Tempe terhadap Profil Mikrobiota Usus dan Imunoglobulin A pa- da Tikus Sprague Dawley (SD)”.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Disertasi itu disusun berdasarkan percobaan pada 30 tikus SD betina yang dibagi dalam enam kelompok. Tiap kelompok mendapat perlakuan berbeda dalam pemberian pakan, terutama pada kandungan protein bubuk tempe. Dalam riset itu, tempe yang dipakai diperoleh dari penjual di Empang dan Warung Jambu, Kota Bogor. Tempe itu dikukus selama 10 menit dan dihaluskan sebelum diberikan pada tikus dalam percobaan 28 hari.
Siap tempur
Menurut Susan, tikus yang diberi pakan yang mengandung bubuk tempe lebih banyak memiliki sistem kekebalan tubuh lebih baik. Pada dinding usus, tumbuh mikrobiota IgA. Selain sebagai pelindung dinding usus, bakteri IgA ibarat pasukan siap tempur. Saat ada bakteri perusak atau patogen masuk dan menyerang sistem pencernaan, bakteri IgA langsung maju berperang.
Kandungan mikroorganisme pemicu pembentukan bakteri IgA itu menunjukkan, tempe dapat jadi bahan makanan terbaik bagi bayi dan anak-anak. ”Sistem kekebalan tubuh akan prima,” kata dosen Fakultas Bioteknologi Universitas Katolik Atma Jaya, meraih gelar sarjana kimia dan master biokimia dari Universitas Katolik Leuven, Belgia, itu.
Penguji terbuka guru besar IPB Prof Dr Made Astawan dan Achmad Dinoto, PhD dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia menyarankan ada riset lanjutan manfaat tempe terhadap mamalia, primata, bahkan manusia. Perlu diyakinkan, apakah kandungan protein atau karbohidrat dalam tempe yang memicu pembentukan bakteri IgA.
Tim promotor, Prof Dr Antonius Suwanto, Prof drh Dondin Sajuthi, PhD, dan Dr Iman Rusmana, juga meminta Susan terus meneliti manfaat tempe.
Prof FG Winarno, guru besar IPB dan penggagas gerakan makan tempe, mengatakan, tempe adalah warisan teknologi pangan terpenting bagi dunia dari Indonesia. Tempe tak sekadar enak dan bergizi, tetapi juga menyehatkan. Beberapa peneliti internasional pernah membuktikan, di dalam tempe ada antibiotik dan berbagai vitamin. (BRO)
Sumber: Kompas, 29 November 2014