Teleskop luar angkasa Kepler milik Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat atau NASA secara tidak sengaja berhasil menangkap nova katai atau ledakan bintang dari sistem bintang katai.
KOMPAS/NASA/L HUSTAK (STSCI)–Ilustrasi artis tentang nova katai. Dalam sistem yang terdiri dari bintang katai putih (belakang) dan bintang katai coklat (depan) itu, bintang katai putih menyedot materi dari bintang katai coklat dan membentuk piringan akresi yang mengitari bintang katai putih. Makin besarnya piringan akresi membuat materi di dalamnya berinteraksi dengan gaya gravitasi bintang katai coklat sehingga bisa memicu ledakan atau nova katai.
Nova katai atau ledakan singkat dari bintang-bintang katai adalah fenomena astronomi yang jarang ditemukan. Hingga kini, nova katai yang diketahui baru mencapai kurang dari 100 sistem.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Teleskop Kepler merupakan teleskop luar angkasa milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA). Teleskop yang beroperasi antara 2009 dan 2018 itu dirancang untuk mencari eksoplanet atau planet-planet di luar Tata Surya dengan mengamati perubahan kecerlangan bintang induknya.
Dalam operasinya, teleskop ini secara tidak sengaja berhasil menangkap nova katai atau ledakan bintang dari sistem bintang katai. Seperti yang disampaikan NASA pada Jumat (24/1/2020), nova katai ini tiba-tiba berubah kecerlangan hingga lebih dari 1.600 kali dibandingkan dengan sebelumnya. Perubahan kecerlangan itu hanya berlangsung dalam waktu sehari sebelum sistem kembali meredup.
”Sistem nova katai ini ditemukan secara tidak sengaja,” kata peneliti Institut Ilmu Teleskop Luar Angkasa atau Space Telescope Science Institute (STScI) di Baltimore, Amerika Serikat, Ryan Ridden-Harper, yang memimpin tim yang menemukan nova katai tersebut, seperti dikutip space.com, Selasa (4/2/2020).
Karena teleskop Kepler didesain untuk mengamati perubahan kecerlangan bintang sebagai tanda melintasnya eksoplanet di depan bintang, maka perubahan kecerlangan dari ledakan nova katai ini bisa dengan mudah diamati. Terlebih, Kepler dirancang untuk mengambil data setiap 30 menit sekali.
Sistem bintang katai yang memicu terjadinya nova katai ini terdiri dari bintang katai putih dan bintang katai coklat. Massa bintang katai coklatnya hanya sepersepuluh dari massa bintang katai putih.
Bintang katai putih merupakan evolusi tahap akhir dari bintang seukuran Matahari. Dia adalah bagian inti yang tersisa setelah bagian luarnya meledak. Jika dibandingkan siklus kehidupan manusia, maka bintang katai putih adalah bintang yang sekarat atau menjelang kematiannya karena sudah tidak memiliki hidrogen untuk menjadi bahan bakarnya.
Sementara bintang katai coklat adalah benda seukuran 10-80 kali massa Jupiter. Massa itu terlalu kecil untuk memicu reaksi fusi nuklir sebagai bahan bakar bintang. Jika diibaratkan dalam kehidupan manusia, bintang katai coklat ibarat janin yang tak sempat dilahirkan.
Dalam sistem nova katai itu, bintang katai coklat mengelilingi bintang katai putih tiap 83 menit sekali pada jarak sekitar 400.000 kilometer atau sama dengan jarak Bumi-Bulan. Jarak yang sangat dekat membuat gaya gravitasi bintang katai putih terhadap katai coklat sangat besar. Akibatnya, materi katai coklat terhisap oleh katai putih dan katai putih berperilaku bak vampir penghisap darah.
Perpindahan materi dari katai coklat ke katai putih, seperti dikutip dari phys.org, Jumat (24/1/2020), membentuk piringan akresi yang bergerak berputar mengitari bintang katai putih. Piringan akresi itu akan bertambah besar hingga bagian luar piringan akresi itu akan berinteraksi dengan gravitasi bintang katai coklat.
Interaksi dengan gaya gravitasi bintang katai coklat itu akan memanaskan materi di piringan akresi hingga suhunya melonjak dramatis dari 2.700-5.300 derajat celsius menjadi 9.700-11.700 derajat celsius. Lonjakan temperatur yang tinggi itu memicu ketidakstabilan termal hingga terjadi ledakan atau nova.
Setelah meledak, suhu piringan akresi akan turun kembali. Namun proses penyedotan materi bintang akan terus berlanjut hingga proses ledakan nova katai itu bisa berulang kembali. Periode terjadinya nova atau ledakan kembali itu bervariasi antara hanya dalam hitungan hari hingga puluhan tahun.
“Sistem nova katai ini sudah dipelajari selama beberapa dekade. Menemukan nova katai merupakan hal yang rumit,” tambah Ridden-Harper.
Nova katai relatif jarang ditemukan. Hingga kini hanya sekitar 100 sistem nova katai yang diketahui manusia. Karena itu, mencari nova katai bagaikan menjadi jarum di tumpukan jerami. Kalaupun peneliti menemukan terjadinya nova katai, waktu terjadinya nova katai kembali di sistem yang sama umumnya masih tidak pasti meski sudah diketahui rentang waktunya.
Di luar persoalan nova katai, kemunculan piringan akresi menarik di pelajari. Piringan ini terlihat dalam berbagai peristiwa astronomi, mulai dari pembentukan bintang baru hingga terbentuknya lubang hitam supermasif. Oleh karena itu, para astronom menilai penting memahami perilaku piringan akresi.
Oleh M ZAID WAHYUDI
Editor EVY RACHMAWATI
Sumber: Kompas, 5 Februari 2020