Di Timur Tengah, pohon kurma (Phoenix dactylifera) hidup pada kondisi kelembaban rendah dan kering. Agar bisa tumbuh baik, pohon itu tetap memerlukan air. Itu menyebabkan kurma ditemukan di oasis atau area gurun yang mendapat pengairan teknis. Jadi, wajar meski beriklim tropis, sejumlah wilayah di Indonesia berpotensi jadi produsen buah kurma karena terkena panas matahari sepanjang tahun.
Pohon kurma masih bisa tumbuh dan berbuah di daerah tropis dengan syarat memiliki ketinggian di bawah 50 meter dari permukaan laut (mdpl), curah hujan di bawah 1.500 milimeter per tahun, dan suhu di siang hari mencapai 32 hingga 35 derajat celsius.
”Lokasi yang cocok untuk budidaya kurma, antara lain, Lamongan, Gresik, Pasuruan, Bali, Lombok, Flores, Sumba Barat, dan Sumba Timur,” kata praktisi dan petani kurma, Syaiful Ichsan, pada seminar ”Potensi dan Tantangan Pengembangan Kurma Tropis di Indonesia”, di Jakarta, Sabtu (3/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam setahun, pohon kurma menghasilkan 80-100 kilogram(kg). Harga kurma segar di pasaran Tanah Air mencapai Rp 300.000 per kg. Pohon betina mulai menghasilkan buah setelah berusia 4-6 tahun, dan menghasilkan produksi maksimum setelah berusia 15 tahun.
”Rata-rata, usia ekonomis kebun kurma 40-50 tahun, tetapi masih produktif hingga 150 tahun. Kurma tak mengenal musim berbuah. Saat buah belum panen, muncul lagi buah baru yang dipanen 6-7 bulan kemudian,” ucap Syaiful.
Pematangan buah bisa terjadi dalam 4 tahap berbeda yaitu kimri (hijau belum matang), khalal (matang warna merah), ruthab (lunak berwarna coklat), dan tamar (keras seperti kismis). Tahap kimri hingga tamar perlu waktu 150 hari. ”Di Indonesia, kurma biasa dikonsumsi pada tahap tamar” ujarnya.
Mengutip data Badan Pusat Statistik, total nilai impor kurma Indonesia naik hampir dua kali lipat pada Januari-Maret 2016 yang mencapai 13,18 juta dollar AS seberat 9,99 juta kilogram. Adapun pencapaian di periode sama tahun lalu, total nilai impor kurma 7,34 juta dollar AS seberat 6, 45 juta kg.
Meski tertinggal 11 tahun dari Thailand dalam budidaya dan pembibitan kurma, tak ada kata terlambat memulai geliat pembudidayaan kurma di Indonesia. Apalagi kurma bernilai tinggi di pasar Indonesia.
Belajar dari Thailand
Sejumlah kota di Thailand, seperti Suphanburi, Ayutthaya, Nakhonratchasima, Pathumtani, dan Kanchanaburi, punya sentra perkebunan kurma. Produktivitas kurma tropis di Thailand 300 kg per pohon per tahun.
Doktor Ilmu Tumbuhan Maejo University Thailand yang juga praktisi pembudidaya kurma, Sak Lamjuan, menjelaskan, sejak 2002, Thailand membuka banyak kebun dan melakukan penyilangan bibit. Hasilnya, Thailand mematenkan varietas hybrid bibit kurma KL-1.
”Varietas ini adalah silangan varietas Barhee dengan Delget Nour dari Timur Tengah yang amat adaptif di daerah iklim tropis,” ujarnya. Varietas ini mulai banyak digunakan pembudidaya kurma di Tanah Air karena bisa menghasilkan 30 kg buah kurma per tandan.
Kepala Subbagian Benih, Direktorat Perbenihan Hortikultura, Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian, Elnizar Zainal mengatakan, untuk membudidayakan bibit, banyak petani Indonesia masih melakukan pembuahan bibit secara manual. Caranya, memotong kulit mayang pohon kurma jantan, dilanjutkan penyerbukan bunga jantan ke bunga betina, dengan menyelipkan bunga jantan di antara bunga betina. ”Segala jenis tanaman bisa tumbuh di Indonesia, tetapi harus memodifikasi iklim sesuai karakteristik tanaman,” ujarnya. (C06)
Sumber: Kompas, 5 September 2016