Pengalengan makanan tradisional jadi salah satu teknologi yang dikembangkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Pemanfaatan teknologi itu disesuaikan dengan sumber daya lokal daerah. Itu diharapkan bisa mendukung industri usaha kecil dan menengah di Indonesia.
“Selama ini, industri pengalengan yang berkembang pesat hanya ikan. Dalam melaksanakan riset, kami ingin menunjukkan makanan tradisional juga bisa masuk industri pengalengan,” kata Deputi Bidang Jasa Ilmiah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bambang Subiyanto di Bogor, Jawa Barat, Jumat (18/9), pada jumpa pers Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional (Kipnas) XI dan Indonesia Science Expo (ISE) 2015.
Bambang mencontohkan, gudeg, makanan tradisional Jawa. Dalam pameran sains nanti, akan dijelaskan cara dan teknologi yang digunakan dalam proses pengalengan. Teknologi yang dipakai disesuaikan dengan skala usaha kecil menengah (UKM). “Prosesnya, bagaimana kita membuat rasa nangka muda tak hilang meski di dalam kaleng pada jangka waktu tertentu, telurnya juga tak berubah warna,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain pengalengan makanan tradisional, pemanfaatan teknologi nano bagi industri kosmetik, dan banyak teknologi lain lainnya akan dipamerkan dalam Kipnas XI dan ISE 2015 di Auditorium LIPI, Jakarta Selatan, pada 8-9 Oktober 2015. “LIPI ingin membangkitkan kembali kesadaran industri Indonesia agar berdaya saing tinggi dengan negara asing,” ujarnya.
Menurut Bambang, Kipnas XI dan ISE 2015 menjadi wadah para ilmuwan, masyarakat, dan pemerintah untuk berdiskusi tentang masalah bangsa dari berbagai segi, baik ekonomi maupun teknologi. Kongres yang dihadiri para ilmuwan Indonesia itu bertujuan membantu pemerintah dalam mengambil kebijakan.
“Banyak teknologi LIPI yang bisa membantu pemerintah di berbagai aspek. Ini saatnya membangun bangsa dengan basis teknologi,” kata Ketua Tim Ilmiah Kipnas XI Lukman Hakim.
Perkuat kebijakan
Lukman memaparkan, kongres itu merupakan agenda empat tahunan LIPI sejak tahun 1958. Kali ini, Kipnas fokus pada empat bidang kerja atau komisi, yakni ilmu pengetahuan alam dan maritim, ilmu pengetahuan teknik, ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan, serta bidang kesehatan dan obat.
“Kipnas akan menghasilkan rekomendasi untuk pemerintah dari komisi-komisi itu. Hal ini untuk memperkuat kebijakan pemerintah,” ujarnya. Rekomendasi itu akan memuat naskah pemikiran terkait kemajuan ilmu pengetahuan nasional, kebijakan, dan konsep ilmu pengetahuan Indonesia untuk disampaikan kepada pemerintah.
Kipnas XI dan ISE 2015, menurut rencana, dibuka Presiden Jokowi dan diikuti sejumlah kementerian terkait, perusahaan swasta, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, perguruan tinggi, dan masyarakat.
Kepala LIPI Iskandar Zulkarnain, beberapa waktu lalu, menyatakan, sinergi akademisi dan industri dalam pemanfaatan riset harus didukung pemerintah sebagai penentu kebijakan. Namun, sejauh ini komitmen pemerintah dinilai belum berpihak pada kemajuan riset (Kompas, Selasa, 25 Agustus 2015). (B09)
——————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 19 September 2015, di halaman 13 dengan judul “Pemanfaatan Sesuai Sumber Daya Lokal”.