Teknologi Instrumentasi Belum Mandiri

- Editor

Sabtu, 31 Oktober 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penyediaan teknologi instrumentasi belum mandiri. Berbagai alat kesehatan, sensor, teknik pengukuran, dan kalibrasi yang digunakan industri dalam negeri masih bergantung pada impor. Padahal, dari sisi keahlian, Indonesia memiliki para ahlinya.

Hal itu muncul dalam International Conference on Automation, Cognitive Science, Optics, Micro Electro-Mechanical System, and Information Technology (ICACOMIT) di Bandung, Kamis (29/10). Ketua Umum ICACOMIT Arjon Turnip mencontohkan, alat kesehatan seperti elektrokardiogram (EKG) dan alat perekam listrik jantung di rumah sakit merupakan jenis yang umum diimpor. “Kalau rusak, komponennya harus diimpor atau beli baru yang sangat mahal,” ujar Arjon. Instrumen EKG yang harga impornya Rp 30 juta bisa dibuat di dalam negeri seharga Rp 10 juta.

Konferensi internasional itu diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia bekerja sama dengan Institute of Electrical and Electronics Engineers Indonesia Control System Society, Robotics and Automation Society and System Joint Chapter, yang didukung sejumlah perguruan tinggi di Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

IMG_7645-880x493Wakil Kepala LIPI Akmadi Abbas menyatakan, untuk mendukung industri nasional yang mampu menggulirkan perekonomian, diperlukan pengembangan riset nasional yang kuat. Salah satunya, riset pengembangan instrumentasi. LIPI berkomitmen memperluas jaringan dan komunitas peneliti, salah satunya bidang instrumentasi terkait pengukuran dan pengendalian.

“Penelitian terkait teknologi instrumentasi seperti brain engineering, sistem suspensi, pengolahan air, kontrol, ilmu kognitif, optik, sistem mikro elektromekanis, dan teknologi informasi harus terus didukung. Sebab, hal itu dapat memberi manfaat terutama kepada pemerintah untuk memantau dan mengamankan wilayah,” ujar Akmadi.

Saat ini, menurut Kepala Balai Pengembangan Instrumentasi LIPI Demi Soetraprawata, LIPI merancang kerja sama dengan Universitas Nasional Pusan, Korea Selatan. Di dalam negeri, kerja sama pengembangan SDM bersama ahli dari ITB, UGM, Unpad, dan UI. LIPI menyediakan fasilitas penelitian dalam teknologi instrumentasi. (DMU)
———————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 31 Oktober 2015, di halaman 13 dengan judul “Teknologi Instrumentasi Belum Mandiri”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB