Teknologi Garis Gawang

- Editor

Rabu, 18 Juli 2012

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dunia sepak bola selalu identik dengan konflik dan kontroversi, baik antarpemain, suporter maupun penonton, terutama menyangkut absah tidaknya  sebuah gol.

Maka teknologi hadir untuk memberikan jalan tengah. Hasil revolusi teknologi garis gawang atau goal-line technology (GLT) diharapkan dapat meredakan ketegangan dan meminimalisasi keraguan soal akurasi masuk tidaknya sebuah gol.

Boleh dikatakan, GLT merupakan piranti teknologi olahraga tercanggih saat ini yang dapat menjadi ”saksi” karena kemampuannya menghasilkan data  yang akurat, reliabel dan praktis karena didukung piranti Hawk Eye dan GoalRef. Perangkat ini telah diujicobakan pada pertandingan pemanasan antara Inggris vs Belgia di Stadion Wembley, awal Juni lalu. Sistem serupa juga pernah diuji coba pada dua laga Denmark.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Hawk Eye menggunakan rekaman gambar (video/foto) yang diambil sepanjang pertandingan. Kemudian hasil rekaman itu ditransfer secara otomatis ke komputer khusus di saat pertandingan berlangsung (real time).

Pada komputer khusus ini, seluruh rekaman  dikombinasikan dengan semua data pertandingan, sebelum menunjukkan apakah bola masuk gawang (gol) atau tidak. Jika bola terlihat (tercatat) melintasi garis gawang, komputer otomatis akan mengirimkan sinyal  ”gol” melalui earphone  atau jam tangan wasit di tengah lapangan.

Hawk Eye merupakan teknologi buatan Inggris, sedangkan GoalRef diciptakan di Fraunhofer Institute, Jerman. Produsen Hawk Eye mengklaim bahwa GLT dapat memproses dan mengirim jawaban dalam 0,05 detik. Sementara GoalRef lebih praktis karena hanya memakai gelombang radio berfrekuensi rendah yang dipancarkan medan magnet di sekeliling gawang. Kemudian GoalRef menanamkan chip khusus di dalam bola sebagai penanda bila menembus gelombang radio tadi.

Dalam presentasi di Nurenberg 7 Juni lalu, Rene Duenker, peneliti di Fraunhofer Institute  menjelaskan, jika bola melintasi seluruh garis gawang yang dipagari medan magnet, maka gelombang radio akan terlacak dan melaporkan bahwa bola sudah masuk (gol).

Agar tidak terjadi keraguan gol, Badan Pengawas Dunia FIFA telah mencoba dua sistem ini untuk membantu penyelenggaraan turnamen guna mengetahui apakah bola sudah melewati garis atau tidak.

Dipertimbangkan

Beberapa insiden gol misterius pada sejumlah ajang kompetisi dunia antara lain yang memicu desakan pemakaian GLT. Misalnya gol misterius saat Inggris melawan Jerman di Piala Dunia 2010 dan  gol Juan Mata (Chelsea) ke gawang Liverpool di final Piala FA dua bulan lalu.

Insiden terbaru terjadi pada laga terakhir dan penentuan Grup D Piala Eropa 2012, saat Ukraina melawan Inggris pada Selasa atau Rabu (20/6/2012) dini hari WIB. Sebuah tendangan Marko Devic sudah masuk ke gawang dan baru dihalau John Terry. Namun, wasit kelima  menolaknya sebagai gol, sementara rekaman pertandingan menunjukkan bahwa bola telah masuk gawang.

Sebenarnya GoalRef sudah dipakai tahun 2005 saat Kejuaraan Dunia U-17 di Peru. Tetapi ternyata FIFA menunda pemakaiannya di Piala Dunia 2006.  GLT yang masih mempertaruhkan nasibnya pada sidang FIFA di Zurich, 5 Juli nanti, tinggal dua, yaitu Hawk Eye dan GoalRef.

Kini dunia sedang menimbang pemanfaatan GLT dalam persepakbolaan guna menunjang kompetisi yang berkualitas dan menghindari insiden akibat keraguan gol. Kemungkinan besar pemakaian  GLT baru bisa dilaksanakan pada Piala Dunia 2014 mendatang jika ada kesepakatan.

Pasalnya, desakan pemakaian teknologi ini masih menimbulkan pro kontra. Presiden Uni Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA), Michel Platini, menolak keras penggunaan teknologi garis gawang dengan alasan bahwa kehadiran teknologi di lapangan justru akan mengurangi esensi sepak bola itu sendiri. Sementara Presiden FIFA, Sepp Blatter, sangat menyetujui penggunaan GLT.  (24)

Kawe Shamudra, penulis lepas, tinggal di Batang

Sumber: Suara Merdeka, 2 Juli 2012

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Menghapus Joki Scopus
Kubah Masjid dari Ferosemen
Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu
Misteri “Java Man”
Empat Tahap Transformasi
Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom
Gelar Sarjana
Gelombang Radio
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:08 WIB

Menghapus Joki Scopus

Senin, 15 Mei 2023 - 11:28 WIB

Kubah Masjid dari Ferosemen

Jumat, 2 Desember 2022 - 15:13 WIB

Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu

Jumat, 2 Desember 2022 - 14:59 WIB

Misteri “Java Man”

Kamis, 19 Mei 2022 - 23:15 WIB

Empat Tahap Transformasi

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB