Kebutuhan global pada ketersediaan energi terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk dunia. Pemanfaatan sumber-sumber energi baru dan terbarukan, terutama yang ramah lingkungan, menjadi pilihan bagi penyediaan energi masa depan.
”Tantangannya adalah bagaimana menyediakan teknologi untuk energi baru dan terbarukan yang lebih baik, lebih murah, dan lebih cepat,” kata Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam pembukaan konferensi International Student Energy Summit (ISES) 2015 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Rabu (10/6) malam. ISES adalah forum pemuda global yang fokus pada peran mahasiswa dan pemuda dalam pengelolaan sumber daya berkelanjutan.
Konferensi ISES 2015 diikuti sekitar 600 peserta dari kalangan mahasiswa yang berasal dari 100 negara. Indonesia dan Institut Teknologi Bandung (ITB) menyisihkan perguruan tinggi ternama dari 15 negara untuk menjadi tuan rumah ISES 2015. Pencapaian itu menjadikan ISES untuk pertama kali diselenggarakan di negara berkembang yang sebelumnya selalu di negara maju, yakni Calgary, Kanada (2009), Vancouver, Kanada (2011); dan Trondheim, Norwegia (2013).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kalla mengatakan, karena alasan ekonomi, investasi pada teknologi untuk pemanfaatan energi yang bersumber dari fosil, seperti minyak dan gas bumi, masih lebih banyak ketimbang teknologi untuk pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan, seperti energi dari surya, angin, dan air.
Tantangan lainnya, menurut Kalla, adalah bagaimana menggunakan energi secara hemat dan efisien untuk berbagai alasan. Kebutuhan energi dipastikan akan terus meningkat karena penduduk dunia juga akan terus bertambah.
Pemanfaatan sumber-sumber energi baru dan terbarukan yang ada di alam pun menjadi alternatif penyediaan energi untuk masa depan. ”Karena itu, kita juga harus merawat dan melestarikan alam, hutan, dan lingkungan,” kata Kalla.
Atasi kemiskinan
Pada pembukaan konferensi ISES 2015, kemarin, Direktur Pelaksana Bank Dunia Sri Mulyani Indrawati menyatakan, energi juga berpengaruh terhadap upaya penghapusan kemiskinan global, selain penting untuk perekonomian negara. Bank Dunia secara khusus juga memberikan perhatian serius terhadap upaya-upaya meningkatkan akses energi bagi penduduk miskin dunia.
Sri mengatakan, dibutuhkan langkah-langkah nyata dan segera untuk menyediakan energi yang terjangkau, bertahan lama, dan berkelanjutan. ”Penting untuk mengubah kondisi yang status quo, yang bergantung pada minyak,” kata Sri.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Student Energy Kali Taylor mengatakan, mahasiswa melalui ISES dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka dalam menyikapi persoalan energi dan tantangan energi untuk masa depan. Mahasiswa adalah penentu masa depan bangsa dan dunia yang tak lepas dari tantangan ketersediaan energi.
”Konferensi ini adalah kesempatan untuk anak-anak muda untuk mengambil peran dan memberikan manfaat karena kami adalah generasi yang menghadapi perubahan dan mendapat tantangan (energi) tersebut,” kata Kali.
Menurut rencana, Kamis ini akan diisi sejumlah sesi paralel membahas berbagai tema, seperti masalah global dan solusi lokal, kota berkelanjutan, serta tantangan dan peluang bagi Indonesia. Puluhan pembicara direncanakan hadir, mulai dari kalangan birokrat, pebisnis, ilmuwan, LSM, hingga masyarakat, terkait persoalan masa depan energi.
Kegiatan tersebut akan berlangsung hingga Sabtu (13/6). Presiden Joko Widodo dijadwalkan akan memberikan pidato. (COK)
————————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 Juni 2015, di halaman 14 dengan judul “Teknologi Energi Baru dan Terbarukan Jadi Tantangan”.