Teknik Memendam Gas Karbon Diuji Coba

- Editor

Selasa, 22 Maret 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Emisi gas karbon akibat aktivitas manusia sejak puluhan tahun silam berdampak pada pemanasan global. Upaya menekan pelepasan gas rumah kaca itu antara lain dengan menangkap dan menyuntikkannya ke perut Bumi.

Uji coba teknik itu akan dilakukan di lapangan gas Gundih, Blora, Jawa Tengah, lewat kerja sama dengan Jepang, yakni Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Universitas Kyoto. Riset itu juga melibatkan peneliti dari Institut Teknologi Bandung dan PT Pertamina.

Demikian diungkapkan Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Dimyati, di Jakarta, Senin (21/3). “Peningkatan CO2 (karbon dioksida) ke atmosfer memicu perubahan iklim yang berdampak kepada warga dunia,” ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Selama ini, solusi teknologi untuk menekan emisi gas karbon ialah energi nonfosil, seperti panas bumi. Kini teknologi penangkap dan pengubur gas karbon ke Bumi juga dikembangkan.

Rencana uji coba itu dipaparkan Prof Dr Wawan Gunawan A Kadir, Wakil Rektor ITB Bidang Keuangan, Perencanaan, dan Pengembangan, pada simposium Penangkap dan Penyimpan Karbon (CCS), pekan lalu. Diskusi CCS digelar beberapa kali sejak 2009. Sejumlah institusi internasional berkontribusi pada riset itu, termasuk menyuntik CO2 ke reservoir bawah tanah.

Indonesia memiliki cadangan gas alam melimpah mengandung gas karbon sehingga perlu menguasai teknologi menangkap, memanfaatkan, dan menyimpan karbon (CCUS). Tujuannya, agar penggunaan gas efisien.

Menurut Dimyati, sejak 2014 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi berkontribusi pada proyek riset itu dengan menyediakan dana hibah lewat Penelitian Unggulan Strategis Nasional. Pemberian dana itu memasuki tahun ketiga. Ada tiga proyek riset CCS di Gundih.

Selain itu, proyek percontohan CCS juga harus terwujud di Gundih dan sekitarnya. Penyuntikan gas CO2 di Gundih ditargetkan pada 2017. “Proyek Gundih akan jadi yang pertama di Asia Selatan dan Asia Tenggara,” ujarnya.

Pembangunan proyek percontohan itu bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Bank Pembangunan Asia, JICA, serta Pertamina. Harapannya, itu bisa dimanfaatkan peneliti Indonesia untuk menguasai teknologi tahap selanjutnya. (YUN)
——————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 Maret 2016, di halaman 14 dengan judul “Teknik MemendamGas Karbon Diuji Coba”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB