PT Perkebunan Nusantara XI mengembangkan varietas tebu tahan kondisi kering melalui rekayasa genetika. Sebelum dilepas ke pasar, PTPN XI tinggal menjalankan uji keamanan pakan, yakni menjamin seluruh bagian tebu tidak berbahaya jika dimakan atau termakan hewan. Tebu itu akan jadi varietas transgenik ciptaan lokal pertama di Indonesia.
“Kami menunggu selesainya pedoman pemerintah terkait uji keamanan pakan produk rekayasa genetik,” kata peneliti pada Laboratorium Bioteknologi Bidang Penelitian dan Pengembangan Usaha PTPN XI, Nurmalasari, pada lokakarya “Food Biotechnology Communicating, Media Relations and Multi-sectoral Collaboration Training Workshop”, di Bogor, Kamis (22/10).
Acara diadakan Indonesian Biotechnology Information Center (IndoBIC) dengan International Food Information Council dan United States Department of Agriculture Foreign Agricultural Service, didukung Perhimpunan Bioteknologi Pertanian Indonesia, Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology, dan The International Service for the Acquisition of Agri-biotech Applications.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pedoman yang dimaksud adalah peraturan menteri pertanian terkait uji keamanan pakan. Uji itu salah satu syarat varietas tanaman produk rekayasa genetik (PRG) bisa dibudidayakan, sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik. Selain syarat itu, tanaman juga harus lolos uji keamanan pangan (konsumsi manusia) dan uji keamanan lingkungan.
Varietas tebu tahan kering milik perusahaan negara yang berpusat di Surabaya, Jawa Timur, itu lolos uji keamanan pangan dan lingkungan tahun 2011. Kementerian Pertanian menyetujui pelepasan varietas itu tahun 2013, dinamai varietas NXI-4T.
Riset itu kerja sama PTPN XI dengan PT Ajinomoto Indonesia dan Universitas Jember sejak 2000. Pengembangan varietas memanfaatkan bakteri Rhizobium meliloti, yang punya keunggulan tahan terhadap kondisi kering. “Bakteri disediakan PT Ajinomoto Indonesia, termasuk seluruh bahan riset, metode, teknologi, dan sumber daya manusianya,” ujar Nurmalasari.
Gen dari Rhizobium meliloti dimasukkan ke dalam Agrobacterium, bakteri yang mampu mentransfer gen ke tanaman. Agrobacterium pun menginfeksi tebu agar gen unggul masuk, membuat tebu bersifat tahan kering. Hasilnya, tebu yang biasanya butuh empat kali pengairan kini hanya butuh dua kali pengairan.
Nurmalasari mengatakan, riset dilatarbelakangi banyaknya lahan petani tebu yang tergolong kering. Sebagai penghasil gula terbesar, PTPN XI dapat pasokan tebu dari 72.572 hektar, yang 80 persennya milik petani. Lahan kering mencapai 29.049 hektar.
Kepala Subdirektorat Keamanan Hayati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Daisy Joyce Djohor, yang juga anggota Sekretariat Komisi Keamanan Hayati, menuturkan, rekayasa genetika bisa jadi peluang untuk mengatasi krisis pangan. Namun, pemerintah berhati-hati agar PRG tidak membahayakan keragaman hayati.
Data Balai Kliring Keamanan Hayati Indonesia, 16 PRG lolos uji keamanan pangan, 5 lolos uji keamanan lingkungan, dan 3 lolos uji keamanan pakan. (JOG)
————————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 Oktober 2015, di halaman 14 dengan judul “Tebu Tahan Kering Tunggu Uji Keamanan Pakan”.