Tanggung Jawab

- Editor

Kamis, 17 Juli 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Aspek kehidupan yang paling menyedihkan saat ini adalah sains menambah pengetahuan lebih cepat daripada masyarakat menambah kearifan.

Isaac Asimov, penulis dan ahli biokimia (1920-1992)

HUKUM Gravitasi tercipta dari peristiwa jatuhnya apel di atas kepala Newton. Dan, begitulah ilmu pengetahuan diciptakan; sebagai tanggapan terhadap alam. Pun sains dan teknologi yang diciptakan untuk menjembatani kebaikan alam dan kebutuhan manusia, bukan untuk menguasai alam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Namun, godaan terbesar manusia adalah syahwatnya; untuk menguasai dan menundukkan. Terutama terhadap alam, dengan membongkar perut bumi, menggunduli hutan, meracuni tanah dan sungai, serta mengeruk laut. Semua demi industrialisasi, atas nama pendapatan negara, sambil berilusi tentang ”kemajuan” dan ”kesejahteraan”, tetapi tak paham arti kebaikan bersama.

Pada zaman ini, tak sedikit ilmuwan termasuk dalam golongan intellectual corrupt. Mereka menggunakan ilmunya untuk memanipulasi, tanpa kepekaan dan komitmen terhadap masalah-masalah besar menyangkut manusia dan kemanusiaan. Mereka ini tak enggan membalik risiko petaka menjadi gula-gula.

Julien Benda dalam The Betrayal of the Intellectuals (1955) memberi penekanan pada moral pemimpin yang harus menyatu dalam diri seorang intelektual. Dapat dilihat apakah seorang intelektual berkhianat, naif, atau tak paham medan pertarungan sehingga salah mengambil langkah (Syafii Maarif, 2013).

Kawasan pegunungan gamping yang terus diburu pabrik semen, misalnya, adalah habitat yang terbentuk selama jutaan tahun. Bahkan, ikut membentuk peradaban manusia.

Wilayah itu menjadi habitat keragaman hayati di hutan yang menyelimutinya dan menjaga integritas ekologis. Tandon air di perutnya mengairi sawah dan lahan pertanian, memberikan kehidupan bagi manusia melintasi waktu dan wilayah.

Kalau wilayah itu dihancurkan oleh kegiatan manusia, teknologi secanggih apa pun mustahil mengembalikannya, kecuali menunggu alam memulihkan diri, dan butuh waktu berlintas generasi. Keberlangsungan hidup dipertaruhkan.

Ironis, sementara komitmen tentang perubahan iklim terus digemakan, proses penghancuran alam tak pernah reda.

Lumpuhnya kesadaran
Kemajuan sains dan teknologi tidak berjalan seiring kesadaran manusia. Kesadaran kritis yang digagas Paulo Freire (1985) tak mampu bersaing dengan kesadaran palsu yang meruyak seperti virus. Ruang publik menjadi ruang kontestasi pengetahuan.

Yang bersandar pada pengetahuan dan pengalaman menyangkut alam dan kehidupannya, dipandang lambat, lemah, dan selalu dikalahkan. Pengetahuan warga tentang wilayahnya hampir selalu dipandang sebelah mata oleh ilmuwan menara gading dan penguasa yang main mata dengan korporasi.

Dengan kesadaran kritis orang mampu menolak hegemoni gagasan dan pemikiran yang tampak menjanjikan, tetapi sebenarnya pepesan kosong. Barangkali karena itu, Gramsci (1971) mengingatkan untuk menolak hegemoni pihak yang dominan.

Pertarungan antara pengetahuan (Barat-Timur, formal-nonformal), antara kaum intelektual bersama penguasa dan pengusaha, dengan rakyat yang merawat alam, adalah pertarungan kehidupan. Martabat manusia bukan bagaimana memenanginya, melainkan bagaimana menolak manipulasi dan penghancuran.

Oleh: Maria Hartiningsih dan ahmad arif

Sumber: Kompas, 15 Juli 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma
Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara
Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya
Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Mengalirkan Terang dari Gunung: Kisah Turbin Air dan Mikrohidro yang Menyalakan Indonesia
Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Berita ini 9 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 12 November 2025 - 20:57 WIB

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Minggu, 27 Juli 2025 - 21:58 WIB

Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara

Kamis, 17 Juli 2025 - 21:26 WIB

Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya

Selasa, 15 Juli 2025 - 08:43 WIB

Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi

Senin, 14 Juli 2025 - 16:21 WIB

Mengalirkan Terang dari Gunung: Kisah Turbin Air dan Mikrohidro yang Menyalakan Indonesia

Berita Terbaru

Artikel

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Rabu, 12 Nov 2025 - 20:57 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tarian Terakhir Merpati Hutan

Sabtu, 18 Okt 2025 - 13:23 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Hutan yang Menolak Mati

Sabtu, 18 Okt 2025 - 12:10 WIB

etika

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Kamis, 16 Okt 2025 - 10:46 WIB