Para taksonom kelautan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau bidang lain patut berterima kasih kepada ikan. Khususnya, ikan-ikan spesies baru yang setahun lalu ditemukan tim peneliti Conservation International Indonesia di perairan Raja Ampat, Papua Barat. Berterima kasih? Tentu saja. Pasalnya, dari pelelangan nama spesies baru sepuluh ikan karang di Monaco, 20 September 2007, didapat dana segar sekitar 1,5 juta dollar AS, LIPI kebagian sekitar 500.000 dollar AS untuk program pembangunan kapasitas taksonom muda. "Selain untuk beasiswa jenjang S2 dan S3 taksonomi, juga untuk pelatihan taksonom muda LIPI. Khusus kelautan, jumlahnya masih sangat sedikit," kata Kepala Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI Suharsono di Jakarta, Jumat (28/9). Taksonomi merupakan pengklasifikasian flora atau fauna berdasarkan ciri-ciri tertentu. Sebagian besar peneliti Indonesia mampu mengidentifikasikan flora atau fauna tertentu, tetapi tidak mengetahui spesies baru atau tidak. "Taksonom" tanpa publikasi khusus di bidang taksonomi seperti itu dianggap tidak real. Di Indonesia tidak banyak taksonom real. Fakta itu patut disayangkan di tengah kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia. Tak sedikit taksonom asing yang "mengambil untung" dan menggemparkan dunia ilmu pengetahuan dari kekayaan alam Indonesia. Sepuluh jenis ikan karang temuan dua ilmuwan CI Indonesia itulah contohnya. Keduanya, Mark Erdmann (dari AS) dan Gerry Allen (dari Australia). Atas seizin keduanya, nama di belakang nama genus ikan?yang secara tradisi menjadi hak mereka?dapat dilelang. Pemenang berhak mencantumkan namanya menggantikan nama kedua penemu itu. Harga tertinggi lelang 500.000 dollar AS, untuk genus Hemiscyllium yang menyerupai hiu bertotol. Jenis itu berjalan menggunakan siripnya dan hanya ditemui di Teluk Cenderawasih. Harga terendah 50.000 dollar AS (sekitar Rp 450 juta) untuk ikan dari genus Pseudanthias yang hanya ditemukan di karang dalam di Teluk Cenderawasih. Pseudanthias ini awalnya tumbuh sebagai betina dan beranjak dewasa sebagai jantan. Satu pejantan hidup dengan 20 betina. Sukses besar Direktur Program Kelautan CI Indonesia Ketut Sarjana Putra mengatakan, pelelangan pertama kali itu sukses besar. Lelang dihadiri langsung oleh putra mahkota Kerajaan Monaco Pangeran Albert II di Museum Oseanografi Monaco. Lelang didukung Monaco Society dan Balai Lelang Christie's. Selain hasil 1,5 juta dollar AS, lelang juga sukses menjual program kunjungan langsung ke kawasan Raja Ampat dan Kaimana senilai 350.000 dollar AS. Pemenangnya Pangeran Albert II. Peserta lelang juga membeli rencana program patroli dan penegakan hukum 100.000 dollar AS. Nama pemenang lelang akan menjadi nama kapal patroli. "Kesepakatan awal, semua hasil lelang dari spesies ikan akan digunakan untuk program kelautan di kawasan kepala burung Papua. Tidak untuk program lain," kata Ketut. Rencananya, CI Indonesia akan membeli kapal baru untuk pendidikan kelautan dan fungsi sosial di pulau-pulau di sekitar Teluk Cenderawasih. Selanjutnya, program kedua rencananya digelar di Shanghai, China. Kini sedang ditunggu pengklasifikasian jenis ikan lain dari Papua untuk memastikan baru atau tidak. Hal itu terkait dengan lembaga berusia 112 tahun, International Commission on Zoological Nomenclature (ICZN). Menurut Suharsono, komersialisasi pemberian nama spesies baru seperti di Monaco ini baru yang pertama kali berlangsung megah dan mewah. Sebelumnya, "jual beli" nama spesies berlangsung biasa saja. Seperti digelar lembaga nonprofit Jerman, pemilik daftar 120 spesies beraneka satwa. Tentu kita pantas bersyukur dan mengucap, "Terima kasih ikan!" (GSA) Sumber: Kompas, 1 Oktober 2004