Lolos ujian masuk perguruan tinggi itu susah. Lebih susah lagi lulus dari perguruan tinggi tepat waktu. Mereka yang telat lulus, ikhlas nggak ikhlas, harus menerima julukan “mahasiswa abadi”. Yuk kita simak alasan mengapa seseorang bisa jadi “mahasiswa abadi”?
Mardiansyah adalah mahasiswa salah satu PTN di Tangerang, Banten. Saat ini, ia telah memasuki tahun ke-7 perkuliahan alias semester 14. Biasanya mahasiswa S1 lulus dalam 4-5 tahun, bahkan ada yang lulus di bawah 4 tahun. Karena dianggap telat lulus, pihak kampus telah memberikan teguran dan memberikan batas tenggat waktu lulus pada 30 Juli 2019. Jika tenggat waktu dilewati ia terancam drop out (DO)
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO–Wisuda PKN STAN 2017 – Para wisudawan mengikuti upacara wisuda mahasiswa Politeknik Keuangan Negara Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (PKN STAN) 2017 di gedung Student Center PKN STAN, Bintaro, Tangerang Selatan, Rabu (4/10/2017).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Mengapa Mardiansyah telat lulus? Dengan santai, dia mengatakan, kuliah selama empat tahun itu tidak cukup. Apalagi, sebagian dosen lebih mementingkan presensi daripada paham tidaknya mahasiswa terhadap ilmu yang dipelajari.
“Saya molor kuliah karena pilihan sadar. Saya ingin mencari pengalaman di bidang akademis maupun non-akademis lewat organisasi di kampus dan luar kampus,” ujarnya. Menurutnya, kuliah itu ada dua pilihan: mengabdi dulu di organisasi baru lulus atau lulus dulu baru mengabdi di organisasi.
Sehari-hari, ia memang total berkegiatan di organisasi mahasiswa ekstra kampus. Namun, dia tidak mau menjadikan organisasi sebagai kambing hitam. “Kalau dibilang organisasi sebagai penghambat saya lulus, tidak juga. Organisasi kan tidak pernah memaksa saya untuk mengabdi.”
Fadil, mahasiswa PTS di Tangerang Selatan, juga sudah melewati waktu lulus normal. Ia kini berada di semester 12. Dia mengaku lambat lulus karena kuliah sambil bekerja.
CEO dan Pendiri aplikasi bahasa asing Bahaso, Tyovan Ari Widagdo (29), juga pernah tercatat sebagai “mahasiswa abadi” yang nyaris DO. “Sebetulnya saya ingin cepat selesai, tapi jadwal kuliah dan kegiatan bisnis sering bentrok. Makanya kuliah saya molor sampai enam tahun” kata Tyo, alumni Universitas Bina Nusantara di Jakarta.
Tyo mengaku kuliah lama bukan karena ia bermalas-malasan, tetapi ia mendahulukan peluang bisnis rintisan di bidang teknologi informasi yang sedang terbuka lebar. “Kuliah bisa disambi. Bagi saya, kuliah terbaik adalah langsung dari kehidupan,” ujar Tyo yang ketika belum jadi sarjana sudah dapat suntikan modal sekitar Rp 6 miliar.
Menurut aturan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) tahun 2015, masa perkuliahan untuk jenjang S1 maksimal tujuh tahun. Dari data tahun 2012-2017, rata-rata mahasiswa S1 bisa lulus dalam 4,3 tahun. Mereka yang melewati tenggat tujuh tahun, terancam DO.
Namun, setiap universitas bisa jadi punya kebijakan yang berbeda-beda. Rektor Universitas Al-Azhar Indonesia Jakarta Asep Saefuddin yang juga Ketua Dewan Pertimbangan Forum Rektor Indonesia mengatakan, di kampusnya, mulai 2019 ada kebijakan mahasiswa S1 mesti lulus dalam delapan semester atau empat tahun.
Jika pada semester delapan belum selesai, maka biaya operasional pendidikan (BOP) yang ditanggung mahasiswa, naik 50 persen ditambah peringatan harus tuntas di semester 9. “Semakin ngaret, BOP naik terus. Kemudian (mahasiswa) harus tanda tangan bersedia keluar atau mengundurkan diri di semester 11 atau 5,5 tahun,” ujar Asep.
Kegiatan
Selain kuliah, mahasiswa umumnya mengikuti berbagai kegiatan di kampus atau luar kampus. Dari hasil jajak pendapat Kompas yang melibatkan 512 responden usia muda, tidak kurang dari 71 responden mengaku mengikuti kegiatan lain di luar perkuliahan.
Bahkan lebih dari 42 responden mengikuti lebih dari dua kegiatan ekstra kampus. Sementara itu, sepertiga lainnya menyatakan hanya mengikuti satu kegiatan selain perkuliahan.
KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA–Forum Perempuan Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sumatera Barat menggelar aksi damai di kawasan Jalan Chatib Sulaiman, Kota Padang, Sumatera Barat, Minggu (24/2/2019). Aksi damai tersebut diselenggarakan dalam rangka mengajak masyarakat, terutama perempuan untuk tidak golput dan ikut memberikan hak suara pada Pemilihan Umum Calon Anggota Legislatif dan Presiden pada 17 April 2019 mendantang.
Meski banyak kegiatan, sebagian besar mahasiswa paham bahwa tujuan utama mereka adalah untuk belajar di ruang kuliah. Lebih dari 73 persen responden sepakat akan hal ini, bahwa kuliah harus diutamakan walau memiliki kesibukan lain di luar perkuliahan.
Bagaimanapun pentingnya kegiatan luar kampus–misal untuk aktualisasi diri–seorang mahasiswa tetap saja harus bertanggung jawab atas pilihannya. Karena itu, mahasiswa mesti disiplin dan mengelola waktu dengan apik agar kegiatan kuliah dan kegiatan non-kuliah bisa seiring sejalan.
Jika tidak disiplin, maka bisa jadi kalian akan masuk dalam jajaran “mahasiswa abadi”. (Eren Marsyukrilla-Litbang Kompas/*)–ESTER LINCE NAPITUPULU
Sumber: Kompas, 27 Februari 2019