SpaceX, perusahaan asal Amerika Serikat, menjadi perusahaan swasta pertama yang berhasil mengirimkan manusia ke Stasiun Luar Angkasa Internasional lewat kapsul Crew Dragon. Lompatan penerbangan luar angkasa pun dimulai.
JK—Roket Falcon-9 dengan membawa wahana berawak Crew Dragon diluncurkan dari landas luncur 39A di Bandar Antariksa Kennedy, Florida, Amerika Serikat pada Sabtu (30/5/2020) pukul 15.22 waktu setempat atau Minggu (31/5/2020) pukul 02.22 WIB. Peluncuran ini menandai runtuhnya dominasi lembaga negara dalam pengiriman antariksawan ke luar angkasa selama hampir 60 tahun. SpaceX sebagai pemilik Falcon-9 dan Crew Dragon menjadi perusahaan swasta pertama yang mampu mengirimkan antariksawan ke Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Setelah hampir 60 tahun pengiriman manusia ke luar angkasa dilakukan oleh lembaga negara, SpaceX mendobrak tradisi itu. Perusahaan milik Elon Musk yang baru berumur 18 tahun itu mencatatkan diri sebagai perusahaan swasta pertama yang mampu melakukannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Misi uji coba bertajuk Demo-2 itu mampu mengirimkan dua antariksawan kawakan Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) menuju Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Mereka adalah Robert ‘Bob’ L Behnken (49) dan Douglas ‘Doug’ G Hurley (53).
Kedua antariksawan itu dikirimkan memakai wahana kapsul Crew Dragon yang ditumpangkan pada roket peluncur Falcon-9, dua teknologi buatan SpaceX. Mereka diluncurkan dari landas luncur 39A di Bandar Antariksa Kennedy, Florida, AS pada Sabtu (30/5/2020) pukul 15.22 waktu setempat atau Minggu (31/5/2020) pukul 02.22 WIB.
Setelah terbang hampir 19 jam, Crew Dragon sampai di ISS pada Minggu pukul 10.16 waktu Florida atau pukul 21.16 WIB. Penyatuan Crew Dragon dan ISS itu terjadi saat ISS terbang pada ketinggian 422 kilometer (km) di atas wilayah perbatasan China-Mongolia.
Jarak ISS-Bumi sebenarnya sama seperti jarak Jakarta-Semarang. Penerbangan panjang itu terjadi karena wahana harus bermanuver, mengeliling Bumi beberapa kali, demi menghemat bahan bakar. Crew Dragon juga harus bisa mengejar ISS yang bergerak mengorbit Bumi dengan kecepatan 27.600 km per jam atau 7,66 km per detik.
“Ini adalah mimpi yang jadi nyata, sekaligus puncak dari sejumlah pekerjaan yang melibatkan lebih dari 100.000 orang,” kata Musk seperti dikutip di situs NASA.
Misi ini tak hanya bermakna penting bagi SpaceX atau industri penerbangan luar angkasa, tapi juga bagi AS. Crew Dragon adalah misi berawak pertama yang dikirimkan AS setelah vakum hampir satu dekade. Misi terakhir AS ke ISS dilakukan oleh pesawat ulang alik Atlantis pada 2011.
Setelah itu, NASA bergantung pada wahana dan roket Rusia untuk mengirimkan antariksawannya ke ISS. ”Hari ini, kami sekali lagi berbangga atas diluncurkannya antariksawan AS menggunakan roket AS, yang terbaik di dunia, dari tanah AS,” kata Presiden AS Donald Trump yang menyaksikan langsung peluncuran tersebut seperti dikutip BBC.
KOMPAS/NASA TV/SPACE—Wahana kapsul berawak Crew Dragon merapat ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), Minggu (31/5/2020) pukul 10.16 waktu Florida Amerika Serikat atau pukul 21.16 WIB. Wahana yang dikendarai oleh antariksawan kawakan AS, Robert ‘Bob’ L Behnken (49) dan Douglas ‘Doug’ G Hurley (53), itu menjadi wahana berawak pertama milik swasta yang sandar di ISS.
Teknologi andal
Misi Demo-2 ini adalah misi uji coba untuk memastikan keandalan teknologi Crew Dragon. Jika Behnken dan Hurley nanti kembali dengan selamat ke Bumi, wahana itu akan langsung digunakan NASA untuk mengirimkan tiga antariksawannya ke ISS melalui misi Crew-1 yang dijadwalkan meluncur pada 30 Agustus 2020.
Pada 2014, SpaceX mendapat kontrak dari NASA sebesar 2,6 miliar dollar AS atau Rp 39 triliun dengan kurs Rp 15.000 per dollar untuk mengirimkan enam misi NASA ke ISS. Kontrak serupa juga diberikan NASA pada Boeing sebesar 4,2 miliar dollar atau Rp 63 triliun yang proses uji teknologinya hingga kini masih berjalan.
Kesuksesan Crew Dragon sandar di ISS setidaknya memberi keyakinan teknologi kapsul ini bekerja baik. Crew Dragon dirancang sebagai wahana berawak yang bekerja otomatis penuh, sesuai yang diprogramkan. Wahana ini tidak dilengkapi batang kendali seperti model kapsul sebelumnya karena semua kontrol dilakukan melalui panel layar sentuh.
Meski demikian, antariksawan yang mengendarinya tetap dilatuh mengendalikan wahana secara manual. Uji kendali manual Crew Dragon ini merupakan bagian proses sertifikasi wahana oleh NASA.
Crew Dragon adalah versi berawak dari wahana Cargo Dragon yang telah bertugas mengirim logistik ke ISS sejak 2012. Meski kapsul ini mampu membawa tujuh orang, namun dia hanya akan membawa empat antariksawan untuk penerbangan reguler ke ISS.
Crew Dragon dan Cargo Dragon sama-sama bisa dipakai berulang. Kedua wahana juga diletakkan di ujung atas roket. Bedanya, Crew Dragon dilengkapi sistem keamanan darurat yang membuat kapsul itu bisa lepas dari roket saat terjadi bahaya. Sistem keamanan itu dibuat agar peristiwa meledaknya pesawat ulang-alik Challenger yang menewaskan tujuh antariksawan pada 1986 tak terulang.
Dengan sistem keamanan itu, SpaceX yakin bahwa jika roket peluncurnya meledak, maka antariksawan di dalam kapsul akan tetap aman. Proses uji keamanan kapsul itu sudah dilakukan pada Januari 2020 yang dilakukan SpaceX dengan menghancurkan roket Falcon-9.
Selain Crew Dragon, teknologi andal SpaceX yang digunakan dalam misi ini adalah roket peluncur Falcon-9. Roket dua tingkat dengan tinggi 70 meter dan diameter 3,7 meter itu memiliki bobot 549 ton. Dia mampu membawa muatan 22,8 ton ke orbit rendah Bumi (LEO), 8,3 ton ke orbit geostasioner atau 4 ton ke Mars.
Sejak 2016, Falcon-9 juga dirancang bisa dipakai lagi hingga mampu menghemat biaya peluncuran. Hingga kini, setidaknya sudah 83 roket Falcon-9 yang diluncurkan, 44 roket berhasil didaratkan kembali dan 31 roket sudah diluncurkan ulang. Kini, Falcon-9 dikembangkan menjadi Falcon Heavy yang bisa mengirim manusia ke Mars.
Penggunaan roket peluncur yang bisa dipakai lagi itu juga dilengkapi sejenis tongkang (drone ship) yang mampu dijadikan landasan saat roket itu mendarat. Tongkang itu diperlukan karena pendaratan kembali roket itu umumnya dilakukan di atas lautan, baik Samudera Atlantik atau Samudera Pasifik.
Keberhasilan itu makin menambah keyakinan Musk mewujudkan impiannya mengirimkan manusia kembali ke Bulan, bahkan menuju Mars. Namun, mengirim misi berawak ke Mars itu bukan perkara mudah. Bukan hanya soal teknologi yang harus dikembangkan terus menerus, namun juga teknologi yang mendaratkan manusia ke Mars serta teknologi yang mampu melindungi manusia dari lingkungan ekstrem Mars.
Oleh M ZAID WAHYUDI
Editor ILHAM KHOIRI
Sumber: Kompas, 2 Juni 2020