Para siswa terus didorong untuk memanfaatkan perangkat komputer bagi hal-hal yang produktif. Saat ini, ada banyak siswa yang terampil memakai komputer, tetapi cenderung kurang diarahkan untuk hal yang positif.
“Keterampilan TIK (teknologi, informasi, dan komunikasi) yang dimiliki anak-anak bisa membuahkan hal-hal positif. Mereka diharapkan bisa melahirkan berbagai inovasi. Saat ini zamannya teknologi, maka bangsa yang besar harus menguasai TIK,” ujar Ketua Pelaksana Olimpiade TIK Nasional 2016 Sutan Chaniago, Jumat (6/5), di sela-sela kegiatan olimpiade itu, di Jakarta.
Komunitas Guru TIK, Keterampilan Komputer, dan Pengelolaan Informasi (Kogtik) menggelar Olimpiade TIK Nasional 2016 untuk tingkat SD, SMP, hingga SMA/SMK/MAN, di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kamis-Sabtu (5-7/5). Selain bertujuan mengampanyekan dimasukkannya kembali mata pelajaran TIK ke dalam kurikulum, kegiatan ini juga bertujuan mendorong siswa untuk menggunakan keterampilan TIK bagi hal-hal yang positif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam ajang itu ada delapan jenis kegiatan yang dilombakan, yakni lomba membuat gim komputer, desain web, menulis blog, robotik, menggambar digital, membuat film pendek, membuat presentasi menarik, serta mengetik cepat. Sebanyak 288 siswa dari Jabodetabek, Bandung, Indramayu, Tegal, Palembang, hingga Makassar mengikuti acara tersebut.
Olimpiade TIK baru pertama kali ini diadakan. Menurut rencana, pada tahun-tahun mendatang lomba dibuat berjenjang dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, hingga nasional.
Aan Raisa (49), orangtua dari Amaris Raisa (9), peserta termuda lomba membuat gim komputer, mengatakan, anaknya gemar bermain gim komputer. “Maka, ia diarahkan untuk membuat gim,” ujarnya.
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA–Sejumlah siswa, Jumat (6/5), mengikuti kompetisi membuat robot pada Olimpiade Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Nasional 2016 di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Wakil Ketua Kogtik Tri Budiharjo mengatakan, mata pelajaran TIK sangat relevan untuk mempersiapkan anak-anak menghadapi kemajuan teknologi. “Apalagi pemerintah juga sudah menjalankan ujian nasional berbasis komputer, masak tidak ada mata pelajarannya?” ujarnya.
Sejak diberlakukannya Kurikulum 2013, TIK bukan lagi mata pelajaran wajib, melainkan hanya menjadi program bimbingan. Dengan demikian, guru TIK hanya mengajar ketika ada siswa yang membutuhkan bimbingan keterampilan.
Dalam kesempatan terpisah, Balai Pustaka mengumumkan rencana kerja sama dengan PT Telkom Indonesia untuk membuat 1.000 perpustakaan digital di 34 provinsi di seluruh Indonesia sampai akhir 2016. “Hal ini merupakan salah satu langkah kami untuk mengantisipasi perubahan teknologi,” ujar Direktur Utama Balai Pustaka Saiful Bahri, dihubungi Jumat.(C11)
———-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 Mei 2016, di halaman 11 dengan judul “Siswa Terus Didorong untuk Berinovasi”.