Program tayangan Belajar dari Rumah di TVRI bisa menjadi sarana utama ataupun alternatif siswa selama pembelajaran jarak jauh berlangsung. Program itu mendapat sambutan positif dan saran perbaikan teknis konten.
KOMPAS/ZULKARNAINI–Kayyisah Khazimah, siswa MIN 5 Banda Aceh, sedang belajar di rumah mengikuti paparan pelajaran yang dikirimkan guru melalui aplikasi Whatshapp, Rabu (18/3/2020).
Program Belajar dari Rumah yang disiarkan di Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia (LPP TVRI) sejak Senin (13/4/2020) mendapat respons orangtua dan sekolah. Mereka sepakat konten semacam itu perlu diperkaya dan dikemas lebih atraktif dengan durasi lebih panjang serta kualitas siaran yang bagus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Fotografer asal Yogyakarta, Desi Suryanto, saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (14/4/2020), mengatakan, kedua anaknya, Lintang (9) dan Langit (7), turut menonton konten program Belajar dari Rumah di TVRI selama dua hari terakhir. Kemarin, anak-anaknya menonton tayangan belajar operasi bilangan cacah. Kemarin lusa, mereka menonton tentang kegiatan mengisi waktu luang. Di dalam konten tersebut memang diberikan tugas, tetapi hanya sesekali dikerjakan karena sinyal kurang baik sehingga gambar kurang bagus dan soal tidak terbaca.
”Apabila ada soal yang terbaca di layar, kami segera membantu anak memotret dan dikerjakan di lain waktu,” ujar Desi.
Menurut dia, guru Lintang dan Langit menyarankan menonton program Belajar dari Rumah, tetapi tidak meminta mereka mengumpulkan tugas yang ada di konten program. Sebagai orangtua, dia menilai program itu jadi tambahan anak belajar. Apalagi selama satu bulan pembelajaran jarak jauh (PJJ), soal-soal jarang diberikan kepada siswa.
Hanya saja, program Belajar dari Rumah memiliki kekurangan. Salah satunya adalah jam tayang berlangsung bersamaan dengan waktu orang bekerja. Situasi itu cukup mengganggu bagi orangtua bekerja seperti dirinya. Dia menyarankan agar LPP TVRI membuat siaran ulang malam hari sehingga orangtua bisa menonton dan menyampaikan kepada anak.
”Kami (dia dan istri) tidak menjalani bekerja di rumah, maka kami harus berbagi waktu mendampingi anak belajar. Jam biologis berubah dan aktivitas dapur dibuat semakin pagi agar bisa mendampingi anak belajar sebelum berangkat kerja,” ceritanya selama satu bulan PJJ.
Rasendriya Razqa, siswa kelas II SD Labschool Cibubur, turut menonton konten Gemar Matematika bersama Pak Ridwan dan film kartun Sahabat Pelangi Ayo Memancing. Untuk film kartun, dia ikut mengerjakan soal yang diberikan. Namun, saat konten Gemar Matematika bersama Pak Ridwan, dia kesulitan mencatat materi dan soal. Hal ini dikarenakan pemateri terlalu cepat menyampaikan.
Wati, ibu dari Kevin Harli dan Sarah Kirana, mengatakan, dirinya mendapat info program Belajar dari Rumah di TVRI dari berita media massa dan grup Whatsapp wali murid. Kevin Harli duduk di kelas VIII SMP. Sementara Sarah Kirana duduk di kelas III SD.
”Menonton program Belajar dari Rumah di TVRI adalah perintah wali kelas. Perintah itu disebar di Whatsapp grup wali murid. Orangtua siswa wajib memfoto atau merekam dalam format video sebagai bukti menonton,” kata Wati.
Oleh karena itu, dia mau tidak mau harus mendampingi anak menonton sampai ikutan memantau anak mengirim tugas ke guru. Kendalanya, sinyal TVRI tidak jernih sehingga Wati kesulitan mencari gelombang kanal. Situasi ini kalah dengan stasiun televisi swasta yang sinyalnya selalu jernih dan gambarnya bersih.
Dia pun menyarankan agar konten program Belajar dari Rumah dibuat lebih atraktif bagi anak-anak, terutama sekolah dasar. Hal tersebut bertujuan agar anak mau menonton sampai selesai.
”Kalau kontennya tidak atraktif, anak cepat bosan sehingga kami harus menemani menonton sampai tayangan selesai. Selama PJJ, anak-anak semakin manja. Ada saja alasan mereka buat menunda belajar dan mengerjakan tugas,” kata Wati.
KOMPAS/PRIYOMBODO–Siswa kelas II di SD Al-Bayan Islamic School, Kota Tangerang, Banten, mengerjakan tugas dari guru saat belajar di rumah (home learning), Selasa (17/3/2020).
Lebih terjangkau
Guru kelas VIA SDN 25 Pekanbaru, Riau, Tri Heni Endang Rochana Pamiluwati, menceritakan, guru telah berusaha dengan berbagai cara memberikan pembelajaran di tengah pembatasan sosial karena Covid-19. Dengan PJJ daring, para siswa terkendala pembelian pulsa dan keterbatasan gawai. Sementara dengan sistem pemberian tugas pembelajaran seminggu sekali, orangtua juga harus mengambil dan mengembalikan tugas belajar anak ke sekolah.
Oleh karena itu, kehadiran konten program Belajar dari Rumah di TVRI menjawab persoalan-persoalan tersebut. Jenis konten yang disiarkan dinilai bagus, tepat sasaran, dan edukatif. Tri telah menyusun arahan pembelajaran beserta tugas dari program Belajar dari Rumah di TVRI selama seminggu.
”Guru seperti kami bisa ikut belajar menambah wawasan karena kontennya dibuat oleh pakar. Orangtua yang sudah mendapat sosialisasi menonton dari guru pun mendapat tambahan pengetahuan,” ujarnya.
Menurut Tri, selama dua hari konten program Belajar dari Rumah di TVRI berjalan, terdapat kekurangan teknis penyajian. Misalnya, jam tayang konten berubah tidak sesuai dengan informasi awal yang diberikan Kemdikbud. Kendati sudah ada pemberitahuan perubahan, itu pun hanya lewat tulisan berjalan dan kerap terabaikan.
Kepala SMP Negeri 2 Kendal, Jawa Tengah, Supardi mengatakan, bagi sekolah yang dia pimpin, program Belajar dari Rumah di TVRI bersifat tambahan. Guru tetap dibiarkan berkreasi model pengajaran.
Di Kendal, PJJ telah berlangsung sejak 16 Maret. Berdasarkan arahan dinas pendidikan dan kebudayaan, PJJ tidak boleh memberatkan siswa dan orangtua, bermakna, menyenangkan, dan pendidikan kecakapan hidup. Berangkat dari arahan itu, SMP Negeri 2 Kendal telah menyusun pembelajaran yang lebih bersifat tematik pada Senin-Jumat. Misalnya, cara hidup sehat di tengah pandemi Covid-19.
”Pembelajaran yang lebih bersifat tematik merupakan tindak lanjut aspirasi siswa dan orangtua. Anak-anak tetap menonton konten program Belajar dari Rumah TVRI, tetapi kami sinergikan aktivitas itu dengan pembelajaran internal. Sifat siaran di TVRI, kan, juga tematik,” ujar Supardi.
Pelaksana Tugas Direktur Utama LPP TVRI Supriyono, saat dihubungi terpisah, mengklaim, coverage populasi TVRI saat ini mencapai lebih dari 78 persen dari total penduduk Indonesia. Ini merupakan coverage terluas dibandingkan dengan stasiun televisi lainnya.
Durasi konten program merupakan kebijakan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) serta disepakati oleh TVRI dalam sistem kerja sama. Produksi pun dilakukan oleh pihak Kemdikbud. LPP TVRI hanya menyiarkan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati.
”Program Belajar dari Rumah merupakan siaran free to air atau terestrial. Tidak ada bentuk kerja sama untuk siaran ulang,” kata Supriyono.
Sebelumnya, komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti, mengatakan, pihaknya mengapresiasi terobosan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dalam menyiapkan PJJ. Terobosan itu mulai dari penyediaan platform Rumah Belajar, Guru Berbagi, diperbolehkannya dana bantuan operasional sekolah (BOS) untuk subsidi beban pulsa seluler, penerbitan Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19, sampai program Belajar dari Rumah di TVRI.
Namun, masih ada persoalan inti yang belum terpecahkan secara optimal. Salah satunya adalah adanya sekolah dan dinas pendidikan tertentu yang masih tetap menuntut siswa menuntaskan capaian seluruh kurikulum untuk kenaikan kelas atau kelulusan. Padahal, hal itu sama sekali tidak dianjurkan sesuai dengan Surat Edaran Mendikbud No 4/2020.
KPAI merekomendasikan agar Kemdikbud mengeluarkan peraturan khusus tentang kurikulum dalam situasi darurat. Implementasinya mirip saat kejadian gempa Palu dan Lombok beberapa waktu lalu, yakni sekolah memakai materi ajar sebelum bencana sebagai bahan untuk ujian kenaikan kelas.
”Apabila ada panduan khusus, bukan sekadar surat edaran, kami yakin dinas dan sekolah cepat mematuhi,” ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Plt Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Balitbang Kemdikbud Awaluddin Tjalla mengatakan, usulan KPAI perlu ditelaah lebih jauh. Pasalnya, di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang, hal terpenting adalah anak-anak senang belajar.
”Anak-anak harus dipahami bahwa dirinya belum terbiasa PJJ. Oleh karena itu, sekolah dan guru perlu berperan optimal menyusun kegiatan pembelajaran harian ataupun mingguan beserta strategi penyampaian,” ujarnya.
Menurut Awaluddin, Kemdikbud selalu menekankan belajar di rumah fokus pada literasi, numerasi, dan penumbuhan karakter anak. Kepala sekolah dan guru perlu kreatif dan inovatif mengelola materi.
Sebelumnya, Mendikbud Nadiem Makarim mengatakan, konten program itu berfungsi alternatif belajar di tengah pandemi Covid-19. Keberadaan konten program pun dimaknai sebagai upaya Kemdikbud membantu terselenggaranya pendidikan bagi semua kalangan masyarakat pada masa darurat Covid-19.
Dia menyadari bahwa belajar menyenangkan merupakan isu terbesar di dunia pendidikan Indonesia. Isu ini bahkan telah terjadi sebelum PJJ karena Covid-19. Oleh karena itu, survei karakter yang, menurut rencana, mulai tahun depan akan menanyakan praktik-praktik pedagogi yang telah berjalan.
Nadiem mengatakan, pihaknya akan terus memonitor pelaksanan pembelajaran. Pihaknya tidak akan serba mengatur ataupun intervensi.
Dia menjelaskan, di dalam Surat Edaran No 4/2020 telah disebutkan ujian nasional tahun 2020 dibatalkan, termasuk uji kompetensi keahlian 2020 bagi sekolah menengah kejuruan. Ujian sekolah ataupun akhir semester untuk kenaikan kelas dirancang untuk aktivitas pembelajaran bermakna dan tidak perlu mengukur ketuntasan kurikulum. Dengan arahan seperti itu, dia menilai, sekolah semestinya menjadi lebih kreatif menyelenggarakan pembelajaran.
Oleh MEDIANA
Editor ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
Sumber: Kompas, 15 April 2020