Pembuatan desain dan rancang bangun purwarupa pesawat N219 yang dimulai sejak tahun 2014 akan selesai proses sertifikasinya pada 2019. Saat ini tengah dipersiapkan versi berikutnya, yaitu varian Amphibi.
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin menyampaikan hal ini dalam Seminar Iptek Penerbangan dan Antariksa ke 22 di Puspiptek Serpong, Selasa (24/7/2018).
“Lapan telah mendapatkan lampu hijau dari Bappenas untuk sertifikasi siap produksi dan direkomendasikan untuk dibiayai dengan dana Rp 81 miliar yang digunakan untuk uji terbang hingga 340 jam. Saat ini sedang diproses di kementrian keuangan,” kata Thomas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sia mengatakan, ada kemungkinan mendapat tambahan anggaran untuk program tersebut. Sekarang sedang dihitung ulang untuk menggunakan dua pesawat. Pesawat yang telah uji tebang tahun lalu tetap digunakan. Agustus mendatang ada pembuatan pesawat kedua. Dengan demikian sertifikasi dan uji terbang selanjutnya dapat dilaksanakan segera sehingga target untuk produksi tahun depan diharapkan dapat tercapai.
Selain membiayai finalisasi sertifikasi N219, Bappenas juga berkomitmen membiayai N219 versi amphibi. “Dua-duanya tetap diberi dana. N219 sudah hampir final uji terbangnya untuk kemudian ke produksi massal. Setelah selesai dapat dilanjutkan ke versi amphibi karena prospek pasarnya besar,” ujar Amich Alhumami, Direktur Perguruan Tinggi, Iptek, dan Kebudayaan KPPN/Bappenas.
KOMPAS/RONI ARIYANTO NUGROHO–Pesawat N219 buatan PT DI, Bandung, Jawa Barat, Kamis (12/11/2015). Pesawat dengan desain, teknologi, serta mesin yang seluruhnya dikerjakan oleh Indonesia ini miliki kelebihan mampu menjelajah ke daerah pelosok dan terpencil dengan landasan minim serta pendek. Pesawat ini dikembangkan oleh PT DI dengan LAPAN.
Versi amphibi ini dapat membuka keterisolasian daerah untuk mendukung pelayanan kesehatan, pendidikan dan mobilitas logistik, serta menunjang konektivitas daerah wisata bahari. Menurut Amich, sebaran kawasan strategis pariwisata nasional mencapai 88 titik dalam 50 destinasi, antara lain Labuan Bajo, Morotai, Wakatobi, Tanjung Kelayang, Kepulauan Seribu, tanjung lesung.
Desain versi amphibi telah dimulai tahun ini dan tahun 2019 mulai dipacu. Lapan akan menghitung pembuatan prototipe sampai ke tahap sertifikasi. “Penganggaran akan dialokasikan sampai tiga tahun mendatang sehingga masuk tahap produksi setelah 2021,” ujar Deputi Bidang Teknologi Penerbangan dan Antariksa LAPAN, Rika Andiarti.
Untuk pengembangan desain pesawat amphibi, Lakan menjalin kerja sama dengan perusahaan di Jepang dan Amerika serikat, antara lain Web Air. Kerja sama antara lain dalam pelatihan SDM di bidang perancangan. Perancangan desain akan dilaksanakan di Lapan dengan melibatkan pakar dari PTDI, dan AS atau Jepang.
Sementera itu, untuk peningkatan pendidikan dan pengalaman riset, Lapan menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi melalui program meraih kesarjanaan melalui riset (degree by research). “Dengan program ini para peneliti tetap dapat menjalankan risetnya sekaligus meningkatkan status pendidikannya,” urai Thomas.
Adapun kerja sama Lapan dengan Universitas Indonesia untuk pengembangan riset dan inovasi dengan menyediakan SDM yang kompeten. Sekarang telah ada kerja sama dalam bidang master dan dokter di bidang penginderaan jauh di MIPA dan Fakultas Teknik untuk teknologi penerbangan.
“Bagi peneliti Lapan yang mengikuti program ini ada kemungkinan mendapat gelar rangkap, karena UI memiliki mitra dengan perguruan tinggi di Perancis dan AS,” jelas Heri Hermansyah, Direktur Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat UI.
Modifikasi N219
Modifikasi akan difokuskan pada bagian bawah dan roda pesawat N219. Bahan yang digunakan adalah komposit karena lebih ringan. Saat ini PTDI telah memiliki fasilitas atau laboratorium komposit.
Untuk versi amphibi, N219 akan diberi tambahan bagan pelampung di bawah rangka kakinya. Pada kajian awal memungkinkan pesawat ini dimodifikasi untuk tipe amphibi dan sedang dilakukan modifikasi desain.
Saat ini di Indonesia sertifikasi operasi pesawat amphibi di Indonesia masih parsial, yaitu hanya untuk kawasan Indonesia bagian timur. Secara umum sertifikasi pesawat amphibi belum ada.–YUNI IKAWATI
Sumber: Kompas, 25 Juli 2018