Mata Alif (17) berbinar-binar ketika melihat kertas putih kosong dan pensil di depannya. Ia segera membuat sketsa yang akan digunakan untuk karya grafisnya.
Setelah sketsa bergambar abstrak tersebut selesai, Alif membuat cetakan pada karet lino dengan teknik cukil. Ia lalu mengoleskan tinta offset hitam pada cetakan yang telah disediakannya.
Pada tahap akhir, sebuah karton putih diletakkan di atas cetakan dan menghasilkan sebuah karya grafis seni stempel bergambar abstrak. Alif tersenyum dan tampak puas dengan karyanya tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
PRAYOGI DWI SULISTYO UNTUK KOMPAS–Peserta kelas sehari seni rupa di Institut Kesenian Jakarta membuat karya seni kriya kayu, Sabtu (10/3). Program Kelas Sehari dilaksanakan untuk memperkenalkan perguruan tinggi seni rupa kepada siswa sekolah menengah atas.
Perasaan yang dialami Alif juga dirasakan oleh peserta program Kelas Sehari lainnya yang diadakan oleh Institut Kesenian Jakarta (IKJ) pada Sabtu (10/3). Acara ini didakan untuk memperkenalkan sistem pembelajaran di IKJ kepada para siswa sekolah menengah atas (SMA).
PRAYOGI DWI SULISTYO UNTUK KOMPAS–Hasil karya seni stempel dari peserta Kelas Sehari.
Selain seni stempel, ada beberapa kelas lain, yaitu komik strip, aksesori kertas, jam meja kayu, maket furnitur, animas flipbook, sablon kaus, dan aksesori keramik. Setiap kelas diikuti oleh 20 peserta.
Wakil dekan bidang kemitraan Fakultas Seni Rupa IKJ Adityayoga mengatakan, program ini dapat membantu para siswa SMA yang ingin mendalami ilmu seni rupa.
”Mereka diperkenalkan pada ilmu seni rupa yang tidak ada di bangku sekolah,” kata Adityayoga.
Menurut Adityayoga, sebagian besar sekolah belum mengajarkan seni rupa secara mendalam sehingga pengetahuan di sekolah masih kurang. Seni rupa dipandang hanya sebagai pelajaran tambahan.
Adityayoga mengatakan, di dalam seni rupa, seseorang dapat menekuni bidang-bidang tertentu, seperti seni rupa murni, desain, dan kriya. Ketiga bidang tersebut masih memiliki spesialisasi lagi. Sebagai contoh, seni kriya memiliki cabang keilmuan berdasarkan media yang digunakan, yaitu kayu, keramik, dan tekstil.
Di dalam pendidikan seni rupa tingkat perguruan tinggi, seseorang diajarkan untuk lebih ekspresif menuangkan ide yang dimiliki. Meskipun demikian, seorang mahasiswa juga diajarkan untuk memahami kebutuhan masyarakat.
PRAYOGI DWI SULISTYO UNTUK KOMPAS–Wakil Dekan Bidang Kemitraan Fakultas Seni Rupa IKJ Adityayoga
Dalam proses pemahaman tersebut, seorang mahasiswa meriset segala kebutuhan masyarakat sehingga dapat memecahkan masalah menggunakan ilmu seni rupa yang dimiliki.
”Seni rupa tidak hanya berbicara soal estetika, tetapi juga kedalaman nilai yang ada di dalamnya,” kata Adityayoga.
Proses riset tersebut dilalui dengan pengamatan kebutuhan masyarakat dan diskusi dengan publik. Hal tersebut berguna untuk merumuskan solusi yang tepat.
Teknologi digital
Perkembangan teknologi digital turut memengaruhi pendidikan seni rupa, salah satunya komik. Pengajar Ilustrasi Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa IKJ dan Komikus Beng Rahadian mengatakan, seni rupa tumbuh dari masyarakat sehingga tidak akan terlepas dari realitas kehidupan sehari-hari.
Menurut Beng, perkembangan teknologi digital hanya berpengaruh pada media yang digunakan untuk menuangkan ide yang dimiliki, salah satunya melalui komik.
Jika sebelumnya orang terbiasa membaca buku komik, sekarang mulai beralih menggunakan gawai. Oleh karena itu, komikus perlu memahami karakter dari penikmat komik yang menggunakan teknologi digital.
Beng menuturkan, teknologi tidak dapat mematikan seseorang dalam berkreasi, tetapi hanya mengubah cara berkarya. Bahkan, teknologi dapat membantu seseorang dalam mengembangkan karyanya.
PRAYOGI DWI SULISTYO UNTUK KOMPAS–Pengajar Ilustrasi Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa IKJ dan Komikus Beng Rahadian
Seperti halnya dengan seni murni yang lebih menekankan pada kepuasan batin. Pengajar Seni Murni Fakultas Seni Rupa IKJ Walid Syarthowi mengatakan, perkembangan teknologi tidak akan mematikan seni rupa karena ia memiliki nilai kepuasan batin. Seni murni juga dapat diaplikasikan pada industri modern sebagai pencipta ide.
Peluang
Peluang kerja di bidang seni rupa sangat luas. Dukungan pemerintah melalui Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) semakin membuka lapangan kerja yang membutuhkan tenaga ahli dari seni rupa, misalnya di bidang periklanan, media, tata busana, multimedia, dan lain-lain.
Adityayoga mengatakan, seni rupa tidak hanya memiliki peluang kerja di perindustrian, tetapi juga dapat menciptakan karya seni murni yang memiliki kedalaman nilai kehidupan yang tinggi. Karya tersebut dicari seorang kolektor untuk kepuasan batin. (DD08)
Sumber: Kompas, 11 Maret 2018